Selasa, 23 Juli 2013

Rahmini, Kisah Petualangan Seksku Dengan Burung Muda


Rahmi


Namaku Rahmi – lengkapnya Siti Surahmini – lahir di Semarang sekitar 46 tahun lalu. Status saat ini janda cerai. Mantan suamiku Indo yang lahir di Belanda. Kami menikah saat aku berusia 20 tahun.


Aku dikaruniai anak perempuan – sekarang berumur 25 tahun, tinggal bersama bapaknya di Amsterdam untuk alasan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Dua tahun sekali kami bertemu. Entah di Jakarta atau aku yang ke Belanda.

Oke. Untuk tidak berpanjang lebar. Ini ceritaku bagaimana aku memuaskan kawan anakku. Ini terjadi saat Fira anakku yang saat itu berusia 18 th duduk di kelas 3 Smu. Sudah kebiasaan kalo rumahku di bilangan Karet Cassablanca menjadi tempat kumpul kawan-kawan Fira – apalagi menjelang ujian. Seperti saat itu sebelum UN.

Saat itu Fira dan 5 orang kawannya – 3 cewek dan 2 cowok datang untuk belajar di ruang keluarga kami yang cukup luas. Kawan cowok Fira keren-keren, maklum anak orang-orang berkedudukan dan kaya. Satu yang menarik perhatianku adalah Robert – yang dipanggil Obet Kuda (aku baru tahu kenapa ada embel-embel kuda beberapa waktu kemudian).

Obet adalah anak pejabat teras DKI – keturunan Maluku-Jawa-Sunda. Tinggi langsing berkulit coklat gelap, tidak begitu cakep. Dia sering mencuri-curi pandang ke arahku jika berkunjung ke rumah ini. Itu dilakukan sejak pertama kali dia ke rumah sekitar setahun lalu.

Siang itu – karena sedang panas di Jakarta – anak-anak itu kemudian bergeser belajar di teras belakang yang teduh dan berangin. Aku – karena kebiasaan kalo sedang panas – menggunakan T-shirt sedikit longgar dan jeans pendek. Aku tidak berpikir kalau akan mengganggu kawan-kawan cowok anakku – toh mereka sudah biasa bertemu.

Seperti biasa aku membawakan mereka minuman dan cemilan. Pada waktu aku menunduk meletakkan baki, T-shirt ku yang memang agak longgar sedikit membuka di bagian leher dan Obet melihat hal itu. Tadinya aku tidak sadar dan cuek saja. Tapi setelah dua kali aku bolak-balik, aku menangkap mata Obet menatap bungkahan payudaraku yang tersingkap dari lubang leher T-shirtku. Dia memalingkan wajah begitu dia tahu aku memergokinya. Malu nampaknya.

Beberapa menit kemudian, ketika aku ada perlu ke dapur aku berpapasan dengan Obet.

“maaf tante. Mau ke toilet. Yang di dalam di pakai Novi (kawan anakku yang lain)”

“Oh ya. Silakan. Pake aja yang dekat dapur itu” kataku sambil melirik kea rah toilet.

Toilet itu adalah toilet pembantu yang kamarnya menjorok ke dalam di dekatnya. Pintunya agak sedikit keropos di beberapa bagian – sebenarnya harus diperbaiki segera – dan pada arah tertentu kita bias melihat beberapa sudut dalam toilet.

Sekitar satu menit aku berada di dapur aku tersadar ada suara-suara seperti kecipak ritmis dari toilet sebelah. Aku tahu itu adalah Obet. Karena penasaran aku hampiri toilet itu dan menempatkan diri dekat kamar pembantuku yang kebetulan aku suruh belanja siang itu.

Astaga….dari celah pintu toilet yang keropos aku bisa melihat Obet memepermainkan kontolnya – sedang masturbasi. Yang membuatku terbelalak adalah ukuran kontolnya yang extra untuk ukuran badan dan usia dia – dan baru tahu aku kenama dia dijuluki KUDA. Hampir seukuran suamiku. Dan yang makin mengejutkan adalah racauannya yang memanggil namaku sambil bermasturbasi…..astaga anak itu membayangkan aku…..

“uuuuggghhhhh…..tante Ami…..yeeeaaaccchhhhh….kocok kontol saya…… uuuccchhhh ……. Tetek tante tadi membuat saya ngacengggghhhhhhhh…. Ooooohhhh…tante…. Saya pengin tante emuttttttcccchhhhhh……” demikian racaunya.

Rupanya pemandangan yang tidak sengaja aku suguhkan tadi merangsang dia. Ada sekitar 3 menit kemudian Obet mempercepat kocokannya dan keluarlah cairan kenikmatannya…astagaaaa….banyak dan kental juga. Aku yang terus mengintip pun tersadar kalau miss V juga berkeringat… Cepat aku kembali ke dapur.

“eh…tante Ami masih di sini,” katanya

“iya Bet, nunggu si Nah pulang belanja,” kataku.

“eh ya….permisi ke luar tante,” katanya ngeloyor ke teras.

“eh…sebentar Bet. Ada yang mau tante bicarakan,” kataku menahannya

“eeeeehhhh…so…soal apa ya tan?” memerah mukanya
“mmm…soal tadi,” kataku menggoda dia

“tadi yang mana ya tan?” katanya pura-pura bego

Aku mendekati dia sambil berkata, “yang di teras….waktu tante memberi kacang…kamu lihat apa hayo,” kataku sembari menyentuh hidungnya.

“ehhhh…emmm…eeee…itu tan…eeee,” katanya tidak jelas…..

Aku yang sudah “keringatan” miss V-ku makin menggoda dia. Aku pegang tangannya dan aku bawa ke dadaku yang masih dibungkus T-shirt dan push-up Bra.

“ini ya,” sambil meletakkan telapak tangannya ke dada. Aku remaskan sedikit.

“ehhh tan….mmm,” dia kaget dan berusaha menarik tangannya sambil matanya melirik keluar lewat pintu dapur ke arah teras.

“dan ini Bet….kamu mainin ini waktu di toilet kan,” kataku sambil tangan kananku meraba bagian depan celananya.

“tante denger koq dari luar….apalagi kamu sebut nama tante,’ kataku sengaja menutupi kejadian di mana aku mengintipnya.

“ehhhh….tante…maaffffiiiinn Obettthhhh,” katanya lirih seakan menahan sesuatu.

kontol yang aku pegang seketika berkembang membengkak dan membesar akupun semakin terkesiap. Besar juga birahi anak ini. Apa karena dia keturunan Maluku ya…. Ya ampun apa yang aku lakukan batinku.

Kepalang tanggung…apalagi aku juga menikmati upayaku menggoda anak ini. Maka aku makin dekatkan mulutku ke cuping telinganya setengah berbisik.

“ Beth…kamu mau tante puaskan,” kataku setengah berbisik.

“ehh..iiiiyyyaaahhhh, tanthhh,” katanya lirih menahan hasrat.

“oke…kalo gitu…besok kamu datang aja jam 11an…kebetulan Fira besok pulang sore karena harus les,” kataku sambil tetap meraba tonjolan depan celananya.

“sekarang…kembali ke kawan-kawanmu sana. Nanti mereka curiga,” kataku sambil mengecup ringan cuping telinganya.

Aku tinggal Obet…terpaku dengan gemetaran. Aku tersenyum.

Singkat cerita….. Keesokan harinya, seperti yang kukatakan pada Obet, dia datang sekitar jam 11.00 kurang setengah jam malah. Sudah gak sabar rupanya.

Pagi itu aku sudah persiapkan segalamnya. Fira les dan pembantuku aku liburkan karena ini weekend. Praktis aku sendirian di rumah. So aku pakai tank-topku yang paling hot no-bra dengan jeans pendek yang nyaris tidak menutup bongkahan pantatku.

“Hai Bet, masuk,” kataku menyambut ketukan di pintu. Obet masuk dan aku memastikan bahwa pintu pagar sudah aku kunci, maka aku masuk ke rumah sambil menutup pintu ruang tamu.

“minum apa sayang. Jakarta panas hari ini,” kataku menggandeng dia ke ruang keluarga.

“eeehhh, apa saja dech tante…pasti enak kalo tante yang bikin,” katanya mencoba melucu menghilangkan nervous.

Obet duduk di sofa keluarga kami menghadap TV yang masih menyala ketika aku tinggal tadi. Aku ke dapur membuatkan minuman dan menyiapkan camilan.

“gimana kabarmu hari ini,” kataku berbasa-basi sambil menghantar minuman dan camilan.

Aku menunduk di meja depan sofa. Dan karena posisiku itu bagian leher tanktop agak membuka dan aku yakin dari posisi Obet dia bisa melihat seluruh payudaraku yang menggantung dari bukaan tanktop itu.

“ehhhmm, baik Tan,” katanya menelan ludah sambil memperbaiki posisi duduk. 

Aku sengaja sedikit lama menunduk sambil melirik sekilas tonjolan di celananya. Wow…cepat sekali sepaning anak ini…atau karena masih muda ya jadi gampang naik.

“silakan lho, diminum dan dimakan. Sebentar tante ngembaliin baki dulu,” kataku kemudian

Aku kembali dari dapur dan duduk di samping Obet yang sedang nonton TV.

“ada acara yang bagus?’ tanyaku.

“ndak ada tante. Paling cuma gossip dan sinetron siang,” katanya menjelajah chanel dengan remote.

‘coba lihat Fashion Show,” kataku memberi saran sambil memegang remote yang dia genggam. TV di rumah memang menggunakan TV berlangganan.

“ehhh, iya tan, ini,” katanya

Sekejap layar beralih pada acara fashion yang kebetulan menampilkan acara behind stage. Para peragawati di balik panggung masing-masing saling berganti-ganti pakaian. Jelas dalam chanel luar seperti itu tidak ada sensor untuk adegan semacam ini. Aku melirik Obet yang terpaku pada layar. Napasnya berat. Nampaknya jarang sekali dia melihat tubuh perempuan setengah terbuka atau terbuka penuh.

Bagian depan celananya menonjol. Dan dia berulang kali mengubah posisi kakinya.

“kenapa Bet, koq gelisah,” kataku pura-pura bego

“ehhh ndak papa Tan, eeeehhhh itu peragawatinya cantik-cantik,” katanya

“cantikan mana sama pacarmu,” kataku menggodanya

“saya belum punya pacar Tan,” katanya melihatku sekilas.

“ah masak sih, anak sekeren kamu ndak punya pacar,” kataku sambil mengelus-elus lengan bawahnya.

“ehhh…betul Tan,” katanya. Aku bisa rasakan bulu tangannya meremang.

“berarti belum pernah dicium perempuan dong selain mama atau keluarga,” godaku

“be..belum Tan. Ini aja baru kali ini di rumah tante lihat tubuh perempuan,” dia nyengir menahan nervous.

“oooo, pantesannnn, kamu ndak berkedip waktu melirik tetek tante,” kataku sambil satu tanganku meraba payudaraku dari luar tanktop, menggoda dia

“yaaa,,,ehhh, be..belum tan,” katanya sedikit gemetar.

“ya apa belum,” godaku. Aku sendiri sudah sedikit “berkeringat” di bawahku

“i..iya tan. Ha ha bis punya tente kelihatannya bagus,” katanya sedikit berani

“bagus ya? Pantes ini kamu makin besar saja,” kataku sambil mengelus-elus bagian depan celananya.

‘ooohhhhh tannnnn, geliiiii,” katanya langsung menyandarkan diri ke sofa.

“tante buka ya Bet,” kataku sudah nggak tahan ingin melihat barangnya secara langsung.

Obet ternyata tidak memakai CD alih-alih dia memakai boxer. Segera, aku rogoh kontol di balik boxernya woooowwwww.....benar-benar ekstra untuk anak seusia dia....kontolnya gemuk dan sedikit lebih panjang dibanding mantan suamiku....

Tak sabar aku segera mengelus-elus barang itu, semakin keras rasanya di tanganku. Aku beri sedikit ludahku untuk melancarkan kocokanku. Dan semakin ritmis aku kocok Obet semakin mengerang... hampir tiga menit dan Obet belum menunjukkan tanda-tanda akan ejakulasi...kuat juga ternyata anak ini... Maka kau putuskan untuk semakin menggoda-nya. Aku turunkan lengan tanktopku sehingga payudaraku terpampang separuh... berkedut kontolnya. Obet terasa di tanganku, semakin ritmis aku mengocoknya. dua menit kemudian aku merasa bahwa harus diserang dengan lebih ganas kontol anak muda ini...

“ooouuccchhhh Tan.....Obetttthhhh ngillluuuu,” rintihnya nyaris tak bersuara

Aku segera mendekatkan mulutku dan menjilat kontolnya. Semakin berkedut barang itu dan akupun semakin dibakar birahi untuk merasakan mengulum kontol anak muda ini. Maka aku rapatkan mulutku pada batang itu.

“aaauuuuuccchhhhhhhhhhh.....enaaakkk Tannnnnh,” erang Obet semakin menjadi

Satu menit kira-kira aku kulum, hisap dan kukocok bergantian. Akhirnya dengan lenguhan panjang kedut-kedut batang kontol Obet mengeluarkan air maninya. 

“aaaarrrrrrrcccccccccccccchhhhhhhhhhhh.......Tannn nnnnnnnnnnnnn, ….....Obethhhhhh dapettttttttttttt,” Tangannya menahan kepalaku di kontolnya.

Segera aku hisap sampai tuntas. Aku ndak mau meneteskan dan memberi bekas pada karpet ruang keluarga ini. Banyak juga air mani anak muda ini...aku terkejut bahwa setelah kemarin dia menumpahkan di kamar mandi, masih banyak juga yang tersisa untuk ku siang ini.

Untuk beberapa saat Obet tergolek lemas dengan celana dan boxer teronggok di kakinya. Beberapa saat kemudia dia ijin membersihkan diri ke toilet. Demikian juga aku.

Aku sudah selesai dengan membereskan sisa-sia pertumpahan mani Obet ketika Fira anakkua muncul di ruang tamu.

“Mama, ada Obet ya. Itu motornya di garasi. Kenapa pintu gerbang mama kunci,” cerocosnya sambil melepas sepatu

“Iya, itu anaknya lagi di toilet. Gerbang mama kunci karena takut ada apa-apa dengan motor Obet,” kataku lega karena aku beberes tepat waktu.

Sejak peristiwa di rumah beberapa waktu lalu, dimana karena birahi dan keisenganku aku memuaskan Obet dengan handjob, Obet sering datang ke rumah dengan berbagai alasan. Aku tahu, sebenernya dia ingin mengulang kejadian beberapa waktu itu, tapi dia takut atau malu kepadaku.

Seperti siang itu misalnya, waktu liburan sekolah dia datang ke rumah. Fira anakku sedang tidak ada di rumah karena dia menghabiskan liburan di tempat Papa-nya di Rotterdam, Belanda. 

Aku tahu kalo Obet pura-pura tidak tahu kalo Fira lagi ke luar negeri. Sebab Fira pernah bilang:

“Mam, besok Juliet (kawan Fira – pen) mau ambil buku. Ini bukunya,” kata dia sambil menyeret keluar travelbag-nya. hari itu dia siap ke bandara.

“Emang, nggak ketemu kemarin di rumah Yanu (kawannya yang lain – pen),” kataku

“Enggak, Jul datang telat, jadi aku pulang dia baru datang. Obet yang bilang lewat telpon,” katanya.

“Udah ya Mam, Fi berangkat, mmucah,” katanya sambil mencium pipi.

Jadi Obet pasti tahu kalau Fira ndak ada di rumah.

Aku saat itu baru saja selesai berbelanja, sudah berganti baju yang nyaman di rumah – favorite tanktop dengan hotpant jeans. Aku sudah tidak punya pembantu. Asih, pembantuku dulu sudah ijin pulang untuk menikah dengan kekasihnya, dan aku pikir Aku serta Fira sudah tidak begitu perlu pembantu.

Bel rumah berbunyi dan aku segera beranjak. Dari balik korden aku lihat Obet ada di balik gerbang rumah. Aku keluar dan membukakan gemboknya.

“Hei Bet, apa kabar. masukin aja motornya,” kataku sambil membuka gerbang.

“makasih tante,” katanya sambil menuntun motornya masuk ke halaman. Aku tutup kembali gerbang dan aku gembok.

“Fira ada tante?” katanya – dan aku tahu dia itu pura-pura

“lho memang nggak bilang ya kalo Fi ke Belanda. Ayo masuk Bet,” kataku membukakan pintu ruang tamu.

“enggggg….e-enggak itu tan,” katanya pura-pura bego….dan ketahuan kalo muka dia memerah.

“iya, Fi bilang kalo bukunya Juliet ada di rumah dan sewaktu-waktu mau diambil. Duduk Bet,” kataku.

“i-iya Tan, terima kasih,’ katanya malu-malu.

“mau minum apa?’ kataku

“apa saja deh tan. yang penting segar…e-e- kayak tante,” katanya bercanda

“ah bisa aja kamu. sebentar ya,” kataku beranjak ke dapur

tak lama kemudian Aku keluar membawa segelas es sirup dan camilan. Seperti kukatakan di depan, kostum yang kukenakan sungguh kostum santai, karena pikirku aku akan sendirian di rumah. Karenanya ada banyak bagian terbuka, terutama lengan dan leher tanktop-ku.

Karena harus menunduk ketika meletakkan gelas dan toples, maka Obet dengan leluasa melihat bagian payudaraku yang masih terbungkus Bra. Aku tidak peduli, karena sejak dia datang ada niat iseng dariku mengerjai dia lagi.

“di minum Bet, ayo…jangan bengong aja lihat payudara tante,” kataku menggoda dia

“ah-eh-eee…i-iya tan. Tadi tante ngomong apa,” katanya malu. mukanya makin memerah.

“di minum,… jangan melototin payudara tante aja,” kataku sambil memegang dua buah dadaku

“e-e-e..habisnya tante nunduk dan kelihatan sih,” katanya mulai berani

“mm..kan waktu itu sudah pernah lihat punya tante,” kataku

“e-e-e..i-iya sih tan. tapi nggak banyak…tante kan cuma ngasih lihat sebagian..i-i-ni,” katanya mulai berani menunjuk dadaku.

“jadi pengin lihat semuanya ya? iiihhh…nggak usah ya,” kataku pura-pura cemberut.

“ya-ya-yaaahhhh. sudah Tan, nggak papa sih,” kata Obet terlihat kecewa.

Aku duduk di samping Obet. Aku lihat bagian depan celananya menonjol.

“Bet, tante mau tanya, kenapa sih kamu bisa terangsang begini waktu lihat Tante?” kataku sambil mengelus bagian depan celananya.

“e-e-e…m-m-m…nggak tahu Tan. Obet terangsang aja…u-u-uh..geli Tan, jangan digosok-gosok dong,” jawabnya terus menggeliat kegelian.

“uupss…maaf,” kataku melepaskan tanganku

“e-e-e..mak-mak-sud Obet, jangan cuma digosok, dikeluarin dan dibuat kayak waktu itu juga dong Tan,” katanya sambil menahan tanganku yang aku tarik tadi.

“Tante sudah buat Obet terangsang…jadi tante harus bertanggung jawab,” katanya menuntun tanganku sementara tangannya satu lagi membuka resleting jeans yang dia pakai.

Tanganku dihantarkannya masuk ke dalam jeans untuk mengeluarkan kontolnya. Ya ampun, ternyata anak ini tidak pakai CD – dan karenanya segera keluar kontolnya yang setengah bangun. Gila anak ini.

“ke-kenapa kamu nggak pakai CD?” tanyaku penasaran.

“e-e-e..boleh Obet jujur Tante?” tanyanya balik

“iya..kenapa?” kataku sambil mulai mengurut kontol Obet yang sudah keluar dari jeans.

“u-u-usssshhh…a-anu…sebenernya Obet ta-ta-huuuu…kalo Fira tidak di rumah..s-s-sstthhhh…ja-jadi…Oh-h-h-bet sengahhhjaaa datang…si-si-apa tahhuuuu bisa di-dipuas-in tante ka-kaya duhhhh---luuuuuhhh,” katanya terbata menahan nikmat.

“ooohhh…tante tahu koq kalo kamu sudah tahu Fira ke luar negeri,” kataku terus mengurut dengan ritmis.

“tante juga tahu kamu pengin dipuaskan kayak waktu itu…tapiiiiii ada syaratnya…” kataku sambil memandang wajah-nya yang kian memerah

“a-appaaahhh syaratnya tanhhhh,..Obet siap koq,” katanya makin belingsatan.

“syaratnyaaaaa…kamu gentian muasin tante,” kataku sambil tersenyum genit

“okkhh keeehh Tan…sssshhhh…,” jawabnya setengah mendesis lirih.

“obb-beth harusss gih-manh-ah?”tanyanya

“gini ajah…sekarang relaks…kamu nikmati aja dulu ini…nanti tante ajarin,” kataku sambil menahan nafsu yang semakin tinggi. Gimana tidak…sembari ngobrol kontol di tanganku seakan semakin keras dan besar.

Lebih kurang tiga menit aku memperlakukan kontol Obet dengan tanganku…dan belum ada tanda-tanda keluar sampai menit ke empat.. akhirnya aku coba garap juga dengan mulutku. Aku cium-cium dulu….baru kemudian aku jilati batang kontolnya. Segera Obet menggeliat ketika pertama kali lidahku menelusuri batangnya.

“aaarrrrhhhh…..,”erangnya lirih

Aku lakukan semakin intensif sekitar satu menit sebelum akhirnya aku rapatkan bibirku mengunci batang kontolnya
 sambil menghisap kuat.
“goooossshhhhhh.aaahhhhhhhh,” setengah membuka matanya yang tadi terpejam dia melirik aku.

“oocchhh Tanhhh..hhh…Obe-beth tak menyangka tanteeehhhh…jago menghisappp kayak di filmmmmm be-be----ooohhhh,” katanya tak mampu meneruskan ucapannya.

aku semakin percepat hisapan dan kocokanku diselingi urutan ke dua bola Obet. Obetpun makin kelojotan. Beberapa detik kemudian dengan lenguhan keras..pantatnya mengencang dia tahan kepalaku di batangnya.

“inihhh tan-teeehhh..Ob-bethhh keluuu------aaarrrrrrhhhhhhhhh,” lenguhnya

Aku bisa merasakan batangnya berkejat-kejat dan tiga-empat kali tembakan pejuhnya mengenai rongga mulut belakangku. Ku hisap dan aku telan semua…Gila…banyakl banget santan anak muda ini…penuh rasanya mulut dan tenggorokanku…Di kejatan terakhir meleleh santan di sudut bibir mulutku.

Aku tersenyum melihat Obet terbaring lemas di sofa. Aku tidak khawatir ada orang yang meilihat karena praktis cuma aku dan Obet di rumah. Aku tinggalkan Obet setengah terlelap di sofa menuju toilet dekat ruang keluarga itu.

Di toilet aku segera ke kamar untuk mempersiapkan rangsangan selanjutnya. Termasuk mempersiapkan diriku yang akan dipuasi oleh Obet. Di kamar aku copot tanktopku juga bra-ku. Aku ambil gaun rumah dengan tali bahu satu jari dan….no-bra. karena gaun rumah ku itu panjangnya sampai 10 cm di atas lutut..untuk semakin merangsang kembali Obet aku copot juga jeans hotpant ku hingga aku hanya mengenakan tong-ku.

Aku keluar kamar dan berjalan ke ruang keluarga di mana tadi Obet terkapar. Aku lihat sofa dan ternyata dia sudah duduk sambil mengatur nafasnya.

“gimana…capek ya sayang,” kataku dengan suara kumanja-manjakan

“iyah…tan..tante hebat…badan Obet seperti di lolosi,” katanya sambil merapikan kaos dan celananya.

“ah bisa ajah…,”kataku tersenyum.

“ayo di minum lagi..habiskan saja…kalo kurang di kulkas masih ada,” kataku menunjuk minuman di meja dan memalingkan muka ke dapur.

“iya Tan..makasih…fieeehhh….gluk..gluk..ahhhh,” katanya sembari kemudian minum.

“ Tante kenapa ganti pakaian,” katanya meletakkan gelas.

“kenapa…ndak suka,” tanyaku mengerling

“eh..eng…enggak koq….Obet suka…makin hot…apalagi itu kelihatan,” katanya nyengir nakal sambil menunjuk putting payudaraku.

“iihhh…udah berani nakal ya,” kataku pura-pura merengut, membetulkan tali gaun rumahku yang sempat melorot memperlihatkan sedikit pentil susuku.

“mm…Tan…mmm,” katanya kesulitan menemukan kata-kata.

“kenapa sayang,” kataku sambil duduk di sebelah kiri dia. aku tumpangkan kaki kanan ke kaki kiri. gaunku terangkat naik dan memperlihatkan sebagian paha putihku.

“mm..ta-tadi tan-tante bilang mau dipuaskan…gimana caranya sih,” tanyanya sambil memandang bolak balik ke wajah-dada-paha-ku.

“begini lho…sini mendekat tante sini,” kataku sambil menepuk sofa di antara kami. Obet pun beringsut mendekat dan menempel ke aku.

Setelah dia mendekat aku pegang lengannya.

“Bet…kamu tahu kalo perempuan…seperti tante ini…seneng kalo lihat anak muda cakep dan keren seperti kamu,” kataku sambil membelai pipinya

“ke-kenapa memang Tan,” tanyanya heran

“karena…energinya besar….sshhh….dan masih malu-malu…ssshhh…kayak kamu,” kataku separuh mendesis.

Aku kecup pipinya. Matanya memejam. Aku sudah semakin terbakar birahi. Aku rasakan miss V ku makin bergetar dan cairannya semakin banyak. Aku ciumi pipi dan cuping telinganya. Tanganku satu di belakang kepalanya…satu lagi di pahanya dan merayap mencari batang kontolnya. woooowwwww…ternyata segera menggeliat batang besar-nya yang ekstra di banding dengan kawan-kawannya bahkan eks-hubby-ku. Benar-benar anak muda yang energinya besar.

Aku sudahi menciumnya. Aku tersenyum melihat tangannya gemetar tidak tahu harus memegang apa. matanya masih terpejam. Dan waktu matanya terbuka aku tertawa kecil. Mukanya lucu. kegairahan yang terputus.

Kupeluk dan kuelus-elus kepalanya. Perlahan lorotkan tali gaun-ku. Kutarik ke bawah dan kurapatkan pentil teteku ke mulutnya. Obet masih menutup matanya. Tak sabar, kulepaskan pakaianku, hingga aku setengah telanjang. Kugesek-gesekkan kedua buah dadaku ke pipinya.

"Isap tetek tante.." kataku berbisik. Perlahan Obet membuka mulutnya dan mengisap pentil tetekku dengan lembut. Uh... gila bener. Tubuhku terasa bergetar.

Saat itu, kubuka bajunya, hinga Obet juga setengah telanjang. Bergantian kuberikan pentil tetekku untuk diisapnya.

"Kamu pasti mau ini, kan?" tanyaku berbisik. Obet tak menjawab. Dia terus mengisap-isap tetekku.

Aku sudah tak tahan. Kulepas gaun-ku. Aku sudah telanjang bulat. Kuminta Obet melepas celananya pula. Obet dengan sigap mengikuti permintaanku. Aku memeluknya dan perlahan membimbingnya ke karpet dekat kursi tamu. Kurebahkan diriku.

"Naik ke tubuh tante," pintaku. Obet menaki tubuhku. Kutuntun burungnya yang mengeras ke arah lubang vaginaku. Burung berukuran besar itu dengan cepat hilang tertelan vaginaku. Kubiarkan sesaat. Nyatanya, Obet tak lama bertahan. Dia mulai menekan kontolnya di vaginaku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Baru beberapa kali dia menusuk kontolnya itu,. dia sudah merangkulku dengan kuat. AKu tahu dia pasti orgasme. Benar... crooot...croot...croot, maninya tumbah dalam liang vaginaku. Sebenarnya aku sangat kecewa. Tapi aku harus sabar, kalau aku ingin menikmati tubuh Obet. Usianya memang masih sangat mentah.

Obet terkulai di atas tubuhku. Perlahan aku mendorongnya ke samping dan menyelimutinya. Sepuluh menit kemudian dia berdiri dan pipis ke kamar mandi. Aku tersenyum.

"Bagaimana... enak?" tanyaku. Obet tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Kubimbing dia naik ke tempat tidur di kamar. Kuselimuti tubuhnya, menungu dia segar kembali. Obet membelakangi tubuhku. Dia menghadap ke dinding. Mungkin dia masih malu dan sungkan. Setelah 20 menit, aku perlahan memeluknya dari belakang dan membelai-belai dadanya. Kurapatkan buah dadaku ke punggungnya.

"Kamu hebat.." kataku. Obet diam saja. Tanganku terus mengelus sekujur tubuhnya. Sampai ke kontolnya dan buah jakarnya. Walau Obet masih tetap membelakangi tubuhku, namun aku merasakan kontolnya mulai bangkit. Dengan sabar aku terus mengelusnya, sementara, vaginaku sudah basah berlendir. Dan kontol Obet sudah mulai keras. Cepat kulepaskan selimutnya. Kutarik tubuhnya agar telentang. Langsung aku menaiki tubuh itu. Kuarahkan kontolya menusuk lubang vaginaku. Aku yang sudah sangat horny, mengguyang tubuhnya dari atas. Sebelah tetekku kuarahkan ke mulutnya dan Obet mengisapnya. Aku sepertai kesetanan. Terus kuguyang dan kugoyang dari atas. Tubuh kami benar-benar rapat bersentuhan dan bergesekan. Akhirnya kutekan semakin dalam tubuhku, hingga jkontolnya benar-benar hilang dan aku bergetar. Aku benar benar orgasme.

Dengan cepat kubaliknya tubuhku. Kini Obet sudah berada di atas tubuhku. Aku tak mau, dia kehilangan kenikmatan. Kukangkankan kedua kakiku.

Obet mulai memompa kontolnya dalam vaginaku yang sudah basah dan becek. Makin lama, Obet mengocok lubang vaginaku semakin cepat dan cepat. Aku tahu, tak lama lagi dia pasti orgasme. Walau sebenarnya aku sudah lemas, tapi aku tak mau mengecewakan Obet. Kujepit kedua kakiku ke punggungnya.

"Aaaakkkhhh..." Obet berteriak pelan, sembari menekan kontolya sekuat-kuatnya ke dalam vaginaku dan memelukku kuat sekali. Tanpa sadar, dia menggigit pentil tetekku, membuat aku blingsatan. Croooot...crooot...croot... Terasa mani Obet memasuki rahimku. Kupeluk dia dan kucium pipinya.

"Kamu hebat Obet. Kamu hebat..." bisikku ke telinganya.

Aku baru saja mengatur meja makan ketika mendengar pintu depan terbuka. Malam ini anakku Fira membawa pulang pacar barunya Adoel untuk makan malam. Fira baru saja berusia delapan belas tahun dan akan mulai tahun pertamanya di perguruan tinggi nanti di kampung papanya di belanda. Aku pergi ke pintu untuk menyambut mereka. 

Mereka berdiri tampak aneh satu sama lain. Ada perbedaan ukuran yang cukup jauh. Tinggi Fira mungkin 158cm dan berat kurang dari 50kg, dengan rambut dicat cokelat panjang dan agak tebal. Aku memiliki payudara kecil; Payudaranya adalah B-cup. Aku pasti mendapatkannya dari ayahnya. Suamiku Jim adalah seorang lelaki kurus dengan tinggi rata-rata. Mereka berdua bisa makan apapun yang mereka inginkan tanpa bertambah berat badan. 

Aku sendiri jelas lebih berisi daripada putriku. Tinggiku 163cm dan memiliki Bra ukuran 36D-cup, dengan rambut hitam – sedikit beruban untuk wanita berusia 49 tahun. Meskipun demikian,aku bangga karena dirku tetap bugar dan terlihat baik. 

Adoel menjulang tinggi di antara kami, terutama bagi Fira tentu. Aku setidaknya 175-180 cm dan 80kg, dan. Kemeja ketatnya memamerkan lengan dan dadanya yang berotot. Ia memiliki rambut hitam pendek, rahang yang kuat, dan mudah tersenyum. 

"Ma, ini Adoel," kata Fira. 

Adoel menjulurkan tangannya, Aku bisa melihat seberapa besar tangannya itu seperti menyelimuti diriku sendiri selama jabat tangan. 

"Senang bertemu Adoel." 

"Senang bertemu Anda, Tante eee…" 

"Tolong, panggil aku Rahmi, Tante Rahmi." 

"Tante Rahmi" katanya sambil tersenyum. 

"Nah, mari kita makan." Aku membawa mereka ke meja dan berkata, "Maaf suamiku Jim tidak bisa berada di sini untuk bertemu dengan Anda. Dia keluar dari kota pada bisnis selama beberapa minggu berikutnya." 

Mereka semua duduk untuk makan malam dan berbasa-basi saat mereka makan. Adoel adalah 20 th, dan bergabung di tim renang. Dia dan Fira telah berkencan selama sekitar dua minggu. Aku tahu bahwa 'kencan' selama pra kuliah berarti berhubungan intim. Aku sendiri punya beberapa kali pengalaman “liar” di sekolah menengah dan perguruan tinggi dulu akhir sampai ia bertemu Jim. Bahkan, itu adalah pujian untuk masa indah yang Aku bisa katakana tentang suamiku di sembilan belas tahun pernikahan kami. Aku tidak pernah benar-benar puas secara seksual. Kontol nya 12 cm dan tipis seperti tubuhnya, dan dia tidak pernah berlangsung selama lebih dari beberapa 10 menit. Aku merasa sedikit cemburu membayangkan Adoel mungkin melakukan sex dengan putriku. 

Aku berbicara tentang seks dengan Fira beberapa waktu lalu dan setidaknya menyuruhnya untuk cerdas dalam bergaul. Selama ini Fira telah mengkonsumsi pil sebagaimana anjuran Jim – maklum Jim lebih paham budaya barat ketimbang aku. 

Setelah makan malam Aku berterima kasih kepada mereka berdua dan Fira mengatakan dia akan menginap malam di tempat Adoel, kemudian mereka meninggalkan Aku yang tersiksa dengan pikiran tentang apa yang mereka akan lakukan ketika mereka sampai di sana. 

Di tempat tidur malam itu, Aku tertidur memikirkan masa-masa “liar”ku lulus dari dari sekolah mengah atas. Pesta-pesta, minum, dan anak-anak pria. Banyak anak laki-laki, seperti Adoel. Aku tidur dengan senyum di wajahnya dan mimpi yang indah. 

Minggu berikutnya, segera setelah gelap Fira dan aku berada di rumah dan berencana melihat film bersama-sama. 

"Ma, Maaf, aku punya banyak pekerjaan rumah dan nggak bisa pergi melihat film dengan Mama gak papa kan Ma.," Kata Fira. 

Aku mengatakan bahwa aku mengerti dan pergi sendirian. Ini adalah salah satu saat Aku benar-benar ingin melihat film yang baru di Bioskop. Akhirnya Aku pergi sendiri, memberi putriku pelukan dan ciuman dan berjanji akan segera kembali. 

"Bye Ma. Selamat nonton ya," Fira melambai padaku dari pintu dan Aku memundurkan mobil dari jalan masuk dan melaju ke teater, yang berjarak sekitar sepuluh menit berkendara. 

Ketika ia sampai di loket Aku baru sadar: dompetku tidak ada. Aku panik mencari di dalam tas sampai akhirnya ingat bahwa Aku telah meninggalkan dompetku di meja komputer di rumah. Karena jam tayang berikutnya masih ada 30 menit lagi Aku bergegas pulang dan kembali. Aku menuju parker mobil dan melaju pulang. 

Saat tiba di rumah, aku melihat bahwa pickup hitam Adoel diparkir di depan. Mungkin ia membawa beberapa makan malam untuk Fira. Aku membuka pintu depan dan ketika berjalan aku mendengar musik dari lantai atas, bersama dengan suara-suara lain. Aku tidak berusara. Aku piker suara-suara itu pasti datang dari kamar tidur Fira. 

Aku berjingkat menaiki tangga, tanpa suara karena ditutupi oleh music dari radio. Suara mendesah dan suara plok-plok-plok ritmis aku dengarkan. Aku perlahan-lahan berjalan ke pintu kamar Fira yang sedikit terbuka. Aku mengintip ke dalam, melihat dan segera menghela napas berat. 

Adoel sedang menyetubuhi Fira dengan gaya misionaris. Kaki tempat tidur itu menghadap aku sehingga aku bisa lihat kontol Adoel menyodok bolak-balik Miss V Fira. Miss V Fira tampak membentang secara maksimum mengikuti ketebalan kontol Adoel. Kakinya di udara dan lengannya berada di sekitar punggung Adoel. Kukunya tertancap pada punggung Adoel memeluknya erat-erat. Adoel sedang meniduri Fira dengan kocokan cepat panjang, dengan suara keras seperti tulang panggul menampar mereka berhubungan. Tubuh Adoel yang besar mendominasi tubuh kecil Fira saat ia menghentaknya. 

Aku terpesona oleh ukuran kontol pemuda itu. Panjangnya setidaknya dua kali lebih besar daripada Jim. Bola besarnya menampar pantat Fira dengan dorong ritmis. Dia menggunakan kocokan cepat stapi panjang. kontolnya tampak indah dan terdapat cairan yang keluar dari miss V Fira, aku rasa putriku sudah mengalami O-nya yang entah ke berapa. Aku terpesona melihat  kontol itu berkilau seperti pistoned masuk dan keluar dari vagina putriku. Tampaknya hampir tidak muat di dalam dan Aku bertanya-tanya apakah itu menyakitinya, tapi dilihat dari banyaknya jus yang menetes ke bawah pantatnya Fira sedang menikmatinya. 

"Oh Tuhan, Enak Doelllll….Kontolmu besar! Aku akan keluaaarrr laghhhhhhh"Fira berteriak tidak mampu meneruskan kalimatnya. 

"Yeah sayang, keluar aja, basahi seluruh Kontolku." kata Adoel kasar sambil terus mengocokkan kontolnya 

Fira mengulurkan tangan dan meraih pantatnya yang berotot serta menariknya ke dalam dirinya, dan mengerang keras saat orgasme. Adoel kembali mengocok keras dan cepat. 

Aku merasa Mrs Vku basah tetapi tetap memandang TKP. Pakaian mereka bertumpuk kusut di sisi tempat tidur. Mereka mungkin tidak membuang waktu begitu aku keluar rumah dan segera memulai ML. Mataku menangkap gambar dalam bingkai di meja Fira. Itu adalah foto keluarga dari perjalanan kami yang diambil ketika Fira adalah 10tahun. Fira dan kami berdiri berdekatan dan tersenyum pada di pedestrian Jalan Malioboro Yogya. Aku sempat terpukul oleh kepolosan foto ini, dimana sekarang gadis lugu kecil itu adalah seorang wanita muda yang sedang dikocok dengan cepat di tempat tidurnya oleh pejantan muda. 

Mataku kembali pada kontol besar yang sedang mengocok putriku. Adoel begitu panas dan pandai bagaimana menjaga kecepatan. Aku membuka kancing celana jeansku dan meluncur tangan turun ke dalamnya dan menemukan klitorisku. Tuhan, Aku basah kuyup! 

Adoel menarik keluar kontolnya dan Aku melihat betapa panjang kejantanannya. Hampir 20cm dengan kepala besar dan ungu, tanda dia berada di puncak kenikmatan. Dia bangkit dari berlutut. Aku tidak bisa melihat penisnya lagi, dia membalikkan badan dan memperlihatkan pantat yang berotot, dan bola-nya tergantung di antara pahanya. 

"Say, kesini dong. Aku pengin kamu hisap." 

Fira pindah dan sekarang Aku bisa melihat payudaranya melalui kaki Adoel saat ia berlutut. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas tapi bisa membayangkan apa yang dia lakukan dari suara menyeruput yang dibuat Fira. Aku membayangkan mulutnya yang kecil menghisap kontol Adoel yang besar. Tanpa sadar tangan Aku bergerak lebih cepat pada klitorisku. 

Adoel memindahkan tangannya ke depan meraih kepala Fira dan Aku membayangkan bahwa itu adalah kepalaku. Aku berfantasi bahwa sebagai aku mengisap Adoel….banjir di Mrs Vku makin deras, badanku semakin menggigil…. 

"Oh yeah sayang, ayo terus hisap…bola aku juga." kata Adoel. Fira menjawab dengan suara tersedak karena harus mengulum kontol besarnya. 

Adoel mengeluarkan erangan. "aaarrrchhhhh, hisap sayang….hisap…. c’mon babe….just cummmmm….aku mau kelaaarrrrrgggghhhhhhhhhhh " Adoel mengerang membenamkan seluruh muka Fira dalam selakangannya. 

Adoel mendorongnya kembali ke tempat tidur dan membalikkan tubuh mungil Fira. Menakjubkan cara Adoel menyeret tubuh mungil putriku. Aku menggigit bibir bawahku saat Aku masturbasi dan menjaga untuk tidak mengerang ketika Aku menyaksikan tusukan kontol Adoel dijemput sodoran Miss V Fira. Mereka melakukan Doggystyle, dengan lutut Fira hampir menyentuh tempat tidur. Adoel memegang pinggulnya dan menariknya ke kontol besarnya sementara Fira menyodorkan Miss V ke depan. 

Aku melihat bola-nya berayun maju dengan setiap kali dia genjotkan pinggulnya dan memukul klitoris Fira. Kontol nya hilang timbul saat dia menembus diri Fira dengan kecepatan dan kekuatan penuh, suara menampar dari panggul bertemu pantatnya semakin keras. 

Setelah beberapa saat yang cukup lama, Adoel menjatuhkan dirinya ke punggung Fira dan membalik tubuh mungil Fira menjadi di atas. kontol Adoel masih berada di dalam Fira. 

Beberapa saat kemudian "arrrccchhh honey, aku mau keluarrggghhh," katanya sambil perlahan membelai penisnya di atas perut Fira. 

"oooouuuhhhh ya sayanggghhhh, keluarkan di tubuhku honey," kata Fira dari limbung…beberapa kali orgasme membuat dia sedikit ngambang. 

Aku mengawasi punggung Adoel yang mengencangkan otot pantat, dan ia mengerang keras saat ia keluar. Aku tak bisa melihat Adoel keluar dengan jelas tapi bisa membayangkan seandainya aku berbaring di depannya selagi penyemprotan mani keluar dari kontol besar itu dan menerpa tubuh dan wajah serta payudaraku. Aku akhirnya mencapai orgaasme dengan jari-jariku melihat Adoel ejakulasi. Segera aku rapikan diri dan berjingkat ke bawah

Diam-diam aku menuruni tangga dan keluar dari pintu depan, bersyukur musik masih keras sehingga untuk pelarianku. Aku menunggu sekitar sepuluh menit di mobilnya. 

Ketika Aku kembali ke dalam musik sudah off. Aku bisa mendengar suara orang mandi. Aku mengumumkan kehadiranku dengan keras. 

"Fira, Mama pulang! Dompet mama ketinggalan" 

Adoel muncul di puncak tangga. Dia mengenakan celana dan sepatu, tapi bertelanjang dada. 

"Eeehhh Tante, Fira ada di kamar mandi. Tadi saya mampir untuk membantu dia mengerjakan PRnya. eeee… saya pamit kalau begitu. Sampai ketemu lagi.." Dia tersenyum misterius saat melewatiku di tangga. Aku mengawasinya pergi. Dalam hati Aku berharap bisa kembali ke masa ketika masih muda untuk ML dengan Adoel sama seperti yang dilakukan putriku baru saja.

Saya tidak bisa percaya bagaimana aku bisa bergairah melihat anak tetanggaku. Saking bergairahnya, kerapkali aku tidak sadar merabai puting nenenku dan meremasnya di balik T-shirt, ketika menatap mobil yang dia tumpangi masuk ke halaman rumah atau melihat dia berlari kecil menemani anjing peliharaannya. 

Meski demikian. Aku tidak pernah bertindak semata-mata mengikuti gairah nafsuku. Keluarga Abdi, tetanggaku itu begitu baik kepadaku sejak kepindahanku 5 tahun yang lalu setelah perceraianku. Tidak bisa aku membayangkan bagaimana reaksi mereka jika tahu aku bergairah kepada anak mereka. 

Ya ampun!, aku terhenyak dari lamunanku hari itu. Anak itu tidak lebih dari 23 tahun umurnya. Dia masih di perguruan tinggi. Saat ini, menurut mamanya, dia pulang untuk menyelesaikan skripsinya, karena lokasi penelitiannya dekat dengan rumah. Bimo namanya ... pemuda semata wayang keluarga Abdi. 

Hari itu, aku sedang menyapu halaman, di tengah kegiatanku menanam beberapa tumbuhan di halaman. Sedikit melamun, ketika aku mendengar suara berat seorang laki-laki. 

"Hi Tante Ami, sedang berkebun'?" 

"Bimo ... oh Hi." Aku sedikit tergagap karena terkejut. Mudah-mudahan dia tidak bisa membaca paras mukaku yang memerah karena sedang berangan-angan tentang dia. "Senang melihatmu….Bagaimana dengan kampus?. Tante lihat kamu sering berada di rumah ketimbang di kampus" 

"mmmm…kampus oke tante…tetapi di rumah lebih oke," jawabnya sambil mengerdikkan mata genit. 

"Bimo selalu rindu rumah. Juga rindu melihat tante…hehehehehe. " katanya nakal. 

"ahhh kamu bisa aja Bim? mau bantu Tante?" kataku sedikit melancarkan jebakan. Kaget juga aku melihat keberaniannya menggoda perempuan seumuranku.

"Jangan menatap tante seperti itu ah….nanti bahaya lho," kataku sambil tertawa.

“eh…eh…nggak koq…” katanya tersipu ketahuan. 

Aku menuju halaman samping yang bersebelahan dengan halaman rumah dia. Saat berjalan aku sengaja menggoyangkan pinggulku sedikit lebay biar berkesan seksi. "Aku harus bersenang-senang dengan dia, pikirku." 

“eh Bim, kamu punya cetok kecil dan garpu kecil nggak. Punya tante kebesaran buat polybag ini,” kataku.

“ada tante, di garasi tuh. Bimo ambilkan,” katanya. 

“Masuk dulu Tan, gak enak di depan pintu gini,” katanya. Kamipun masuk ke rumahnya.

“Sepi Bim,. Mama ke mana?” tanyaku.

“Mama ke Salatiga, ke tempat Oma, beliau sedikit kurang enak badan. Pulang baru lusa,” katanya sambil mencari cari di rak sebelah garasi. “nah ini dia,” katanya. “Tante boleh pinjam apapun yang Bimo punya,” katanya dengan senyum genitnya.

“mmm, apapun ya...mmm kalo pinjem Bimo boleh nggak...hahahahaha,” kataku memancing sambil menyambut uluran cetok dan garpu tanahnya. 

“ya kalo Tante mau sih...,” dia membalas umpanku. 

”Mau Bimo buatkan sirup, atau tante mau buat sendiri, gak enak ngobrol sambil berdiri begini” tawarannya. 

Aku bisa melihat dari sudut mataku ada yang menonjol di bagian depan celananya. Rupanya dia sudah konak melihat busana yang aku gunakan saat ini.

“Oke, tante buat sendiri dech, biar akrab bukan, hehehee,” kataku.

Aku berjalan ke wastafel dan mulai mencuci tangannya. Aku sengaja memosisikan tubuh sedemikian rupa mempertontonkan pantat bulatku, dan payudara yang dibungkus bra sport dan kemeja ketat.

Kami terus ngobrol sambil aku mencuci tangan. Aku bercerita tentang anakku Fira yang segera berangkat ke Amsterdam ke tempat mantan suamiku dan pekerjaanku sebagai penulis. Aku juga bercerita tentang bapak-bapak tukang bangunan yang melakukan beberapa pekerjaan di sekitar rumahku; bagaimana orang-orang itu sedikit kasar, bahkan sering memaki “ngentot" ketika berbicara dengan kawannya
.
Saat aku bercerita aku bisa merasakan dia beringsut mendekatiku dari belakang. Dia mulai menyentuh sekitar bahuku dan berbisik di telingaku.

"Apakah Tante ingin aku untuk menggunakan kata itu?"katanya sedikit berbisik di belakang telingaku. 

Aku sadar, dia sudah tidak mampu menahan konaknya, aku pun yang sudah lama tidak disentuh laki-laki bereaksi secara alami. 

“aaa..aappaa ini Bim,” kataku berpura-pura melawan namun sama sekali tidak beranjak posisiku, badanku sedikit gemetar karena hembusan napasnya di kudukku. 

“tante, tante tahu nggak kalo dari tadi busana tante mengganggu kelaki-lakian Bimo,” dia membuka bagian atas kemejaku, dan tangan kirinya meluncur ke depan menemukan kancing-kancing kemeja dan membuka satu persatu. Aku bergoyang sedikit, mendorong pantatku ke arah tonjolan di celananya dan sedikit mendesis saat dia terus menggosok bahuku.

Tangannya terus bergerak, perlahan-lahan dan dengan sedikit tekanan di bahu dan ke bawah garis leherku. Pada titik ini aku memberi tekanan pada kontolnya yang mengeras dengan pantatku. Aku tidak percaya ini terjadi, tapi aku menikmatinya detik demi detik. Tangannya terus meluncurkan turun ke lenganku, sedikit menyentuh tepi payudaranya. Aku menoleh ke belakang. Tangan kirinya sudah berada pada kancing sport-braku yang ada di depan, tak menunggu lama, kancing itu dia buka, payudaraku yang cukup besar – ukuran 36D – segera menggelantung bebas. Aku bisa melihat putingku mengeras. 

Singkat kata aku dan dia berciuman dengan ganas. Tangannya menangkup kedua payudaraku yang segera memberikan reaksi alamiahnya. Saat dia menurunkan tangannya untuk bergerak di bawah celana pendekku aku segera berbalik menghadapi dia. Sambil menatap matanya aku berkata, 

"Kamu yakin tentang hal ini Bim?" aku melanjutkan,

“usia tante kan hampir sepantaran mama kamu, sssshhhh aaaacccchhhhh tanganmu nakal Bim....” kataku campur aduk karena dia sudah memilin putingnya.

"Ohhhh, Tante Ami. .., aku selalu ingin merasakan tetek besar tante di tangan saya," Bimo berbisik ke leherku, sambil terus membelai payudaraku. 

"Saya ingin bercinta dengan Tante….. Tante mau kan?" dia bertanya sambil menekankan selangkangannya ke sela-sela kakiku. 

Aku terkejut, tapi senang, "Tidak, Sayang, Tante nggak keberatan koq…ssshhhhhh.." Aku tidak mampu meneruskan kalimatku karena serangnannya di bagian bawah demikian gencar.

"Tutup pintu, dulu sayang dan kerjain Tanteeeehhhhhh." Bimo menarik gagang pintu di sebelahku dan menguncinya dari dalam, dan terus segera kembali mencumbui aku. 

Aku bisa rasakan jemarinya bermain di mrs.V-ku dan segera tidak lama aku memperoleh O-ku yang pertama. Dia terus ganas mencumbuku. Badanku sampai lemas dan hampir terjatuh saat aku mendaki O-ku yang kedua. Untung dengan badan atletisnya, pemuda 23 tahun itu membopong aku ke meja dapurnya yang lebar. Aku merengek minta agar segera penisnya menerobosi mrs.v-Ku namun nampaknya dia ingin agar aku menuntaskan O demi O-ku. Sampai akhirnya aku mendapat O-ku yang panjang dan seakan tidak terputus-putus.

Dalam lemas akibat terpaan O-ku yang panjang itu aku tersenyum dan berkata, "kita belum selesai Bim" aku mencoba bangkit dari terlentang di meja. 

"Aku suka ini," katanya sambil membungkuk mengisap putingku dan memelintir dengan lidah panas basahnya. Aku mengelinjang.

“giliran tante sayang,” kataku terhuyung turun dari meja, mendorong dia berbalik posisi. Aku menuntun dia. 

“duduk di meja sayang, tante mau bales apa yang kamu buat dengan tante,” kataku. 

Aku membungkuk di depannya setelah dia duduk, kancing celana jinsnya yang sudah terbuka mengeluarkan penis yang bagiku sangat indah. Hampir 19 cm panjangnya, dan tebal. Ia mencopot kemejanya saat aku mencabut penisnya dari celana... Aku menghela napas panjang saat ia berdiri telanjang di depanku; sungguh badan pemuda yang atletis – cenderung kurus namun berotot... 

Penisnya adalah satu hal yang luar biasa meski setengah ereksi dia cukup keras dan penuh tonjolan urat. Rupanya dia mencukur bulku kemaluannya, bola-nya benar-benar dicukur, dan itu adalah hal terseksi yang pernah saya lihat. Dengan lembut aku raih dengan satu tangan, dan menjulurkan lidahku untuk menyentuhnya dalam sekejap. Menjilati kepala penisnya, ia mengerang lembut. Aku menghisap kepala itu ke dalam mulut dan dengan lembut menurunkan kepalaku menyusuri batangnya sambil lidahku berputar mengelilingi batangnya. Aku gerakkan kepalaku mula-mula lambat kemudian mulai cepat naik turun di penisnya. 

Bimo meraih kepala saya dengan satu tangan menekankan ke penisnya, dan mencoba meraih payudaraku dengan tangan lainnya. Vaginaku kembali berdenyut-denyut dan terbakar. Aku menjilat Bimo dari bola-nya, sepanjang kemaluannya, dan mencium kepala penisnya.

“Tan teeehhhh…uuuuuhhhhhh….terus ….hisssssaaaaa …..aaaacc crrrhhhhh,” segera penisnya berkejat-kejat.

Aku tahu, dia hampir ejakulasi. Aku percepat gerakan kepalaku yang ditahan – setengah dijambak ramburtku – ke penisnya. Tanganku juga ikut sibuk mengurut dan mengocok penisnya…. 5 menit kemudian…..

“haaaccchhh….aaaarcccchhhhhh….” Bimo tak kuasa bersuara. 

hanya erangan kerasnya menyertai lompatan-lompatan sperma di mulutku. tangannya menekan kepalaku lebih dalam dan membuat aku hampir tersedak oleh semprotan spermanya. ..banyak juga benih anak ini sampai berleleran di sudut mulutku. Aku telan hampir semuanya dan menyeka sisa yang berleleran di sudut mulutku. Berberapa saat kemudian aku berdiri menuju kulkas dan menemukan beberapa kaleng bir di sana. Aku ambil satu dan meminumnya. sisanya aku bawa kembali ke Bimo dan aku buat cuci penisnya. Aku sedikit mengocok waktu mencuci penisnya dengan bir.

“tan the…hhhh…hebat…,’ katanya terlentang lemas.

Aku kembali berdiri, dan dengan segera menanggalkan pakaiannya yang tersisa. Dia dengan lemas menjemputku di pinggangku yang telanjang, dan mengubah posisi. 

“kita ke kamar Bimo yuk Tan,” katanya sambil menggandengku masuk ke dalam rumah. 

Di kamar, Bimo kembali mencumbui aku. Tangan kanannya meremasi tetekku kiri dan kanan bergantian. Mulut kami masih terkunci dan lidah kami bermain satu sama lain. tangan kirinya bermain di bawah sama seperti tangan kiriku bermain pada penisnya yang layu namun mulai bereaksi. Anak muda itu tak membutuhkan waktu lama untuk kembali siap tempur. Penisnya yang keras dan besar tebal berada di celah mrs.V-ku. Dia menggosok-gosok dan aku bisa merasakan kebasahan yang muncul karenanya.

"Fuck me, Bimo sayang," kukatakan padanya dengan suara serak. 

Lututku menekuk menahan gelid an nikmat, Dia raih pinggulku dan menaikkan satu kakiku ke pinggangnya. Aku pegang kakiku itu tepat di belakang lutut untuk menahannya. Dia memposisikan penisnya yang hangat di pintu masuk mrs.V-ku, dan aku bisa merasakan ia perlahan-lahan tenggelam ke dalam diriku. Bibir mrs.V-ku yang bengkak meregang dan mengurut batang penisnya ketika dia menarik keluar sampai hanya tersisa kepala penisnya. 

Kemaluannya berkilau dengan basah oleh cairan mrs.v-ku, ia berhenti sejenak, dan kemudian dengan cepat memasukkan lagi ke lubang kenikmatanku. Aku terkesiap dan mendesis saat ia mulai memompa masuk dan keluar dari dengan cepat. 

"Unnnhhh, Bimmmmmhhhhh…eeeennnaaaaaccccccc hhhhhh" aku merintih sambil dia terus mem-piston kemaluannya masuk dan keluar dari vaginaku. 

Kemilau keringat meliputi tubuh kita berdua. 

"Oohhh Bim, fuck Tante…fuck me hard, Bimo, ….ooohhh godnessss.." aku makin mendesis tidak karuan. 

Bimo mendengus saat ia pompa. "hhh hhhh hhhh, enak memek tanteeeehhhhh," dia bagaikan banteng kesetananan memompa saya. 

Luar biasa stamina anak muda ini. Dia memperlambat sedikit, tapi terus merojok mrs.V-ku dengan konsisten.... Aku hampir tidak kuat menahan ledakan O-ku berikutnya. 

Kemudian dia merubah posisi. aku dituntunnya ke tempat tidur dan didudukkannya di pinggir tempat tidur. Dia memposisikan tangannya di kedua sisi saya, menekan sisi tempat tidur setengah berlutut. Ia terus mengocok masuk dan keluar, ia benamkan mulutnya pada tetek kiriku, dan kemudian bergantian dengan yang kanan. Putingku bereaksi mengeras dan membuatku mendesis saat lidahnya memilin mereka bolak-balik. 

"Tante suka Tan?" ia bertanya, tanpa menghentikan gerakan humping yang mendorong tongkatnya ke dalam vaginaku. 

"Oh hhh hhh hhh, Bimo. Kau tahu, tante sudah terlalu lama tidak bercinta seperti ini sayang." kataku tersedak sedak oleh kenikmatan.

Dia berhenti memompa dan menarik keluar penisnya dari vaginaku. Aku bisa merasakan basah lengket di gundukanku dan di celah pantatku. Bimo masih keras seperti batu. Dia membantuku berbaring di tempat tidur dan membungkuk saya atas. Dia kembali memompa penisnya keluar-masuk mrs.V-ku. pelan-pelan awalnya sampai akhirnya dengan cepat dia kocokkan. Tangannya membantu menstimulus clitku. Saat ia kocok itu…… 

"Biimmmm ooooooohhhhhh….Aaccccchhhh," Aku hampir berteriak saat aku merasakan orgasmeku berikutnya. 

Dia terus memompa semakin keras. "Ohhh, oh, Bimmmmm….aaaarcccchhhh!" Aku benar-benar berteriak dan melayang, gelombang demi gelombang kenikmatan menelan tubuhku, dan tiba-tiba aku merasakan ketegangan penis Bimo berkedut-kedut, dan tak berselang lama air mani panasnya mulai menembak jauh di dalam vaginaku. Dia mengerang keras saat ia menyembur dalam vaginaku. 

Kami berdua berbaring, kelelahan, kontol Bimo masih di dalam tubuhku, menindih dan memelukku di atas tubuhku. Aku hanya bisa terlentang pasarah memeluk tubuh mudanya, menunggu pernapasan kami kembali normal. tak berselang lama ia menarik kemaluannya keluar dari mrs.V-ku.dan tergolek lemah di sampingku.

Aku berbaring miring ke arahnya dan berkata, "Kau tahu sayang, ini tadi sungguh luar biasa. Sekarang nggak ada alasan untuk tidak melakukan ini lagi kapan-kapan." aku membelai penisnya yang terkuali lemah. Perlahan penisnya mulai bereaksi.

"Terima kasih Tante Ami,” ia menyeringai. “Karena mama tidak akan pulang sampai besok malam." dia tidak meneruskan kata-katanya tetapi mencium aku dengan panas. sejurus kemudian aku melepaskan ciuman kami dan tertawa ... 

"Bimo tidak harus kembali ke kampus sampai bulan depan," kata Bimo sembari turun dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya. Aku membuka sedikit tirai kamar yang tepat berada di samping halaman rumahku. Aku lupa mengunci pintu dapurku. Untung saja pintunya tertutup – terlihat dari kamar Bimo. 

Bimo keluar dari kamar mandi terus berjalan, telanjang bulat. Bimo mendekati aku yang kembali terlentang di tempat tidur setelah mengecek keadaan rumahku dari jendela kamar. Dia mengusap mrs.V-ku yang basah dengan tissue. Satu tangannya mengurut penisnya yang setengah tegang. dengan lembut dia membersihkan mrs.V-ku dengan tissue. Aku kagum saat penisnya mulai membengkak dengan cepat padahal kami baru saja bercinta.

"Sini sayang, Berbaringlah terlentang," aku berkata kepadanya. 

Aku bisa melihat penisnya semakin keras, dan aku mengangkang kearahnya, condong ke depan, dan memegang penis kaku itu. Aku memposisikan mrs.V-ku ke wajahnya sementara penisnya aku genggam. Aku mulai bekerja atasnya, mengisap lembut pada awalnya, kemudian lebih keras, membelai dia dan menjilati dia seperti permen lolipop. Aku merasakan bagaimana lidahnya menjilati tepi luar bibir mrs.V-ku.
Penisnya merespon dengan kekerasan sebuah batu, sementara lidahnya semakin membuat basah mrs.V-ku. lama kami berposisi 69 seperti itu hingga suatu saat aku tak mampu menahan gelkombang O-ku selanjutnya. 

“Bimmmhhhhhhh ooooohhhh……aaaacccchhhhh,” aku mengeram dengan mempercepat kocokan gemasku pada penisnya. Sungguh hebat stamina dan kendali Bimo atas penisnya. Diserang dengan gemas olehku dengan kocokan cepat tidak membuatnya ejakulasi.
Dengan lemas aku segera berbalik dan membimbingnya ke lubang kenikmatanku. Aku menurunkan pinggulku, membuat kontolnya lenyap dalam lobang surgaku itu. Rasanya seperti dia memenuhi dinding-dindingku, kemaluannya begitu besar. 

Aku mulai menaikkan dan menurunkan tubuhku seperti naik kuda, dengan kedua kaki di tepi ranjang, aku dapat mengontrol ritme dan mental dengan mudah. Bimo meletakkan tangan di pinggulku dengan mata tertutup saat aku geser ke atas dan ke bawah poros nya. Kontraksi otot vagina saya di kemaluannya, semakin membuat aku menekan penisnya. Desisnya dengan gigi terkatup saat ia merasakan tekanan dari vagina ketatku. Aku turun dari dia, dan berbalik kembali.

"makan memek tante, Bimo," Saya menyuruhnya, dan ia dengan cepat melaksanakannya. Lidahnya melahap vagina ku dan terasa hangat pada clitku. Perbuatannya membuat aku menggigil hingga ke jari kaki, terutamama saat ia menjilati dan mengisap itu. Mendekati O-ku yang entah ke berapa, aku berbalik dan membimbing kemaluannya ke vaginaku. Beberapa kali tubuh aku goyangkan ketika penisnya di dalamku dia mulai berkedut-kedut….

“aaaahhh…aaahhhh…aaahhh… Tante…Bimmooo.. keeeelllll ….aaaaaaccchhhh’” tak sanggup dia meneruskan kalimatnya ketika dia mulai menyemburkan air mani panas nya. Beberapa saat penisnya di dalam tubuhku, aku mencabutnya dan menggosokkan ke mrs.v-ku, mengelus clitku sampai aku merasakan orgasmeku lagi…tergecat-gecat aku bergetar. Bimo hanya menonton saat aku menjilati maninya yang berleleran dari jari-jari saya.  Kami berdua duduk setelah istirahat beberapa menit. 

"Tante perlu istirahat sekarang Bimo, hhhhh, tante capek sayang….sudah berulang kali tante O, tapi kamu baru dua kali. Hari ini cukup ya sayang,” kataku sambil membelai dadanya di mana aku tengkurap.
“kamu boleh koq gentian ke tempat tante nanti, dan kita bisa bersenang-senang lagi kali ini di tempat tante." kataku, sambil bangkit, mengambili bajuku yang berserakan dan masuk ke kamar mandi.

################################

Buat anak-anak Kota Lumpia pasti tahu nama jalan ini “Imam Barjo”. Nha kisahku kali ini adalah tentang pemilik warung soto di belakang kantor perusahaan negara di bidang telekomunikasi di daerah Imam Barjo.

Rini, namanya, adalah kawanku kecil waktu di Semarang. kami berteman mulai dari SMP sampai SMU. Saat ini berusia sepantaran denganku di pertengahan 40-an. Dulu bertubuh semampai layaknya model, nggak heran kalau sering juara lomba busana kartianian sejak SMP hehehehe. Saat ini Rini, tubuhnya tidak seramping waktu sekolah memengah dulu, namun nggak bisa dikatakan gemuk; berisi namun padat layaknya perempuan separuh baya.

Saat ini sudah 15 tahun dia menjanda; bercerai secara baik-baik - dia dan suaminya sering bertengkar dengan alasan anak. Anak lelaki mereka satu-satunya memang sedikit bermasalah. Kini anaknya duduk di bangku SMU berusia 18 tahun. Kenakalan anaknya ini yang membuat dia dan suaminya sering bertengkar. Setelah perceraian, dengan segala alasan keluarga suaminya menuntut hak asuh atas anaknya. Rini tidak keberatan apalagi dengan kompensasi rumah dan tanah luas di bilangan atas kota lumpia, ditambah uang 750 juta yang kemudian sebagian dia investasikan ke warung sotonya.

Kembali ke kisahku. Sekitar enam bulan lalu, kami ketemuan waktu reuni SMU. Terus bertukar no ponsel. Nah kebetulan, bulan lalu aku ada urusan ke kotanya sekalian nengok rumah wasiat keluarga. Aku kontak dia dan janjian ketemua di warungnya.

Singkat cerita, aku naik taxi ke hotel setiba aku di stasiun tawang. Hari masih pagi benar, aku pikir Rini pasti juga belum membuka warungnya. Sekitar sejam kemudian setelah aku membasuh diri, aku keluar hotel dan meminta room-boy memanggilkan becak yang mangkal di sekitar hotel. Hotelku tidak terlalu jauh dari simpang lima.

15 menit kemudian aku sampai di warungnya. Seorang laki-laki sekitar 30an tahun terlihat sedang menata meja dan menyiapkan segala sesuatunya. Aku masuk dan segera mengenai sosok tubuh bohay temanku Rini.

“Rahmi, hai….akhirnya kamu tahu warungku, muah..muach,” kami berangkulan dan bercipika-cipiki. Badan montoknya terasa penuh, hangat dan dadanya kenyal terkena dadaku. kami berpandangan sejenak dan tertawa.

“badanmu itu lho Rin, perasaan makin montok aja. Lebih hot disbanding waktu reuni SMU kemarin,’ kataku memuji.

“ah bisa aja kamu, kamu sendiri juga sexy,…ya ampun hot banget sih kamu,” katanya memandang tubuhku dari atas ke bawah.

“ya maklum…janda…hahahahaha,” kataku bercanda.

“oh ya ya kita sama-sama janda…eh kesinian dong, biar nggak kedengaran Tarmin…tuh,” katanya menunjuk pria yang sedang berbenah tadi. Ternyata Tarmin adalah pembantunya di warung.

“ooh itu pembantu mu? cuma dia kah?” tanyaku

“enggak..ada si Siti, tapi dia tugasnya berbelanja dulu baru kemari,” katanya menjelaskan. 

“eh ayo kesini, katanya mempersilakan ke sudut dekat tembok, terlindung meja etalase yang memisahkan antara dapur dan ruang makan.

Semakin beranjak siang, lalu lintas semakin ramai. Si Siti juga sudah datang dan segera menyibukkan diri bersama Tarmin di dapur maupun ruang makan. Kami bertukar berita, canda dan tawa, sampai saatnya dia bertanya.

“eh Mi, ini antar perempuan – janda lagi – hihihi. Pernah gak sih kamu merasa begitu ingin berhubungan dengan laki-laki?” tanyanya.

“mmmm…jujur sih kebutuhan itu ada, tapi…..no problem buat aku tuhhh,” aku mengedipkan mataku genit.

“eh apa maksudmu..kamu punya pacar lagi?” katanya penasaran

“bukan pacar…pemuas…tanpa ikatan,” kataku berbisik di kupingnya.

“hihihi…kamu itu…sama dong dengan aku” katanya sambil mencubit pahaku. Kami tertawa bersama.

“Bu Rin, mas Aldi mencari ibu,” kata Siti mengagetkan kami.

“ya,” katanya beranjak. “sebentar ya Mi. Aku temui dulu Aldi,” katanya.

“eh, Rin, ngobrol pagi ini udahan ya. Nanti jadi ke hotel tempatku nginep kan? Thanks soto dan teh manisnya,” kataku juga beranjak

“oh gitu, ya dech. sampai nanti siang kalau gitu, jam 2 an dech ya,” katanya. Kami berciuman pipi satu sama lain.

Di pintu warung kami, aku dan rini berdiri seorang pemuda, nggak begitu cakep, kulitnya coklat gelap, kerempeng tapi ototnya menonjol. Orang jawa bilang “kiyeng”. Ini mungkin yang namanya Aldi.

“udah ya Rin, sampai nanti,” aku pamit. Dari ekor mataku aku bisa melihat pemuda itu menatapku penuh nafsu. dari atas ke bawah kembali ke atas. Aku segera naik becak yang sudah dipanggilkan Tarmin. Aku tersenyum pada Rini dan pemuda itu. Rini tampak mesra mengamit pinggang pemuda yang pantas jadi anaknya. Aku balik ke hotel untuk meneruskan acaraku.

Singkat cerita, jam 1.45 aku sampai kembali ke hotel dari acara. Di kamar aku lepas semua baju formalku dan berganti dengan pakaian favoritku; tank top dan hot pant. Sexy sudah pasti. Dan aku nggak peduli dengan tatapan terkejut room-boy yang menghantarkan pesanan makan siangku – aku bisa melihat dia menelan ludah dan matanya tidak bisa tidak mencuri pandang dada dan pahaku.

Jam 2 kurang 5 menit, pintu kamarku diketuk. Dari lubang intai aku bisa lihat dia adalah Rini. Aku segera buka dan mempersilakannya masuk.

“nih, teman ngemil buat nanti malam,” katanya menyodorkan martabak telor di atas meja dan segera dia melemparkan diri ke ranjangku.

“trims, ngerepotin aja. Sebenarnya aku mengharap “teman” yang lain buat nanti malam hehehehehe,” kataku bercanda dan ikut merebahkan diri ke ranjang juga. Aku segera interogasi dia soal Aldi.

“eh Rin, siapa tuh Aldi? anak angkat kamu?” tanyaku

“mmm Iya. Si Aldi itu anak angkat aku. Anak yang suka aku “angkat” dan kadang juga “angkat” aku..hahahaha,” balasnya.

“serius neh?” kataku pura-pura cemberut.

“ATM…Anak Tapi Make. Biasa buat ngilangin sepi ama adem,” bisiknya di telingaku

“hah…gimana ceritanya? anak mana dia? berapa umurnya? kuliah?” semburku penasaran.

“wow…wow…wow…satu-satu dong tante…hehehehe…oke aku cerita,” katanya sambil tangannya mentowel susuku. Aku terlonjak geli.

Rini kemudian bercerita tentang Aldi, yang ternyata anak rantau – aslinya di kota Kretek, kuliah di salah satu PTS di bilangan tugumuda. Umurnya hampir 24 tahun, sudah 6 tahun kuliah – nampaknya Aldi ini mahasiswa abadi hehehehe.

Rini ketemu pertama kali di warungnya. Dari beberapa kali ketemuan, menurut Rini, anak yang biasa aja ini menjadi menarik karena humoris dan enak diajak ngobrol. Akhirnya pada suatu waktu, setelah sekian kali ketemu dan menjadi langganan, Rini merasa bahwa anak ini menunjukkan hasrat pada perempuan yang sesungguhnya layak jadi ibunya.

“jadi dech. aku butuh kehangatan laki-laki dan aku pikir si Aldi cukup aman. Dia nggak pernah jelalatan ngeliat perempuan – yang nurut aku lebih sexy dari aku,” kata Rini.

“mmm, terus kapan pertama kali kalian ML,” tanyaku nggak sabar

“wowwww…gak sabar bener tante satu ini…oke dech,” katanya

Kejadian pertama mereka ML di rumah Rini, di daerah atas kota ini. Tempatnya sepi memang berada di lingkungan perumahan yang masing-masing orang di kompleks ini cuek bebek satu sama lain. Hebatnya, si Rini membawa Aldi ke RT setempat dan mengakukannya sebagai keponakan yang ikut dia karena harus kuliah, jadi secara sosial Rini dan Aldi tidak dicurigai.

“mantap juga strategi kamu. Terus cerita dongggg gimana kamu dan Aldi…giimana gaya ML-nya? sekuat apa dia?” tanyaku makin gak sabar…jujur mendengar cerita bahwa Aldi adalah “anak angkat” Rini, sepaningku seketika naik.

Rini melanjutkan ceritanya. Bahkan dia menceritakan detail gaya yang paling dia dan Aldi suka. Bahkan menurut Rini seluruh ruang di rumahnya sudah menjadi tempat ML mereka.

“wwaaaahhhh…jangan ditanya Mi. namanya anak muda. Kita sudah setengah mati 3-4 kali orgasme eh dia masih tegang aja. Bahkan seringkali mr.p-nya masih tegang sampai 15 menit setelah dia ejact. Apa nggak hebat tuh,” katanya

“aduh Rin. ngedenger detail ceritamu aku jadi pengin nih….boleh pinjem nggak si Aldinya…bahkan kalau kamu mau, kamu main di sini aja, bertiga sama aku..hehehe…ya ya ya…pleaseeeee,” kataku sok manja dan sekedar iseng berhadiah. Nggak kuduga, Rini mengangguk.

“bener? mau pake Aldi dan maen bertiga neeh? di mana? di sini apa di tempat kami,” katanya

“di sini boleh deh…ntar kalau masih kurang, kita lanjut ke tempatmu,” kataku.

“oke, aku telp dia ya. Mungkin dia lagi di kampus, kuliah sore,” katanya

Rini mengambil ponsel di meja seraya merangkak. Pantatnya yang bahenol makin merangsang laki-laki tentunya – aku aja terangsang koq hehehehe. Aku tepuk pantatnya agak keras.

“iiihhh Mi, apa sih.. sabar dong,” katanya tersenyum. Dia angkat telepon dan menghubungi ponsel Aldi.

“walaikum salam, lagi kuliah nak?” tanyanya ke seberang sana. 

“mbolos aja bisa?” tanyanya.

“enggak, ini mimi lagi sama tante Rahmi, teman mimi, yang kamu ketemu tadi pagi. Bisa ke hotel SP gak? ya relaksasi sama mimi dan tante Rahmi. mau ya? pleaseee,” katanya sedikit manja.

“nah gitu dong. Ijin aja sama dosennya, terus langsung ke sini yak e kamar **. Mimi tunggu ya sayang. Bye bye,” katanya dan menutup telepon.

“sudah tuh, 20 menit lagi anaknya sampe tuh. Kita siap-siap aja,” katanya. Kami berdua segera memebenahi kamar biar terlihat rapi – meskipun nanti juga paling-paling akan berantakan lagi hehehehe. Aku persilakan Rini ke kamar mandi untuk siap-siap kemudian kamipun ngobrol menunggu Aldi.

Beberapa menit kemudian pintu kamar di ketuk. Aku berdiri dan mengintip dari lubang intai. Benar. Dia Aldi. Aku buka pintu dan Rini yang menyambut “anak angkat”nya itu.

“hai sayang...muach,” dia memeluk Aldi dan mendaratkan ciuman di pipi kurusnya yang membuat anak itu malu.

“mimi! gak enak sama tante Rahmi. Malu,” katanya tersipu

“gak papa sayang, tante Rahmi sudah Mimi beri tahu dan dia oke-oke aja koq,” kata Rini sambil mengerling aku yang menutup pintu. Gila juga si Rini. Pintu masih setengah kebuka, dia sudah nyosor duluan. Dasar Rini.

“silakan lho Di, mimi kamu udah beri tahu tante koq,”kataku sambil beranjak mendekati mereka berdua. Tubuh Rini menempel ka Aldi. Dadanya yang subur menempel dada Aldi.

“bener tante Rahmi nggak kebbbb…,” kata kata Aldi tidak selesai. Mulutnya keburu dikulum dengan ganas oleh Rini. Adegang ini seketika menaikkan sepaningku. Aliran darahku segera dengan kencang mengisi pembuluh sekitar genitalku. miss-V ku serasa gatal seketika.

Kuluman Rini dibalas dengan tak kalah ganas oleh Aldi. Satu tangannya berada di pantat “ibu angkatnya” dan satu lagi melingkar di pundaknya. Aku yang sudah terbakar hasrat beranjak ke arah belakang Aldi. Posisinya sekarang seperti hot dog. Aldi berada di tengah antara aku dan Rini.

Di belakang Aldi, aku menarik kaosnya lepas ke atas. Dengan menempelkan tubuhke ke Aldi, tangan kananku membukai kancing blouse yang dikenakan Rini, sementara tangan kiriku merabai bagian depan jeans Aldi. Bagian depan blouse Rinipun terbuka, bra-nya yang berukuran 34C menempel di dada Aldi. Mereka masih bertukar ciuman yang panas. Aku bisa memastikan bahwa lidah mereka bertarung ketat.

Aldi yang tinggi membuat mulutku berada di pundaknya, aku gigit perlahan sambil tangan kiriku terus merabai barang panjang yang makin menggeliat membesar. Sementara tangan kananku juga mencoba mencari posisi di antara dada Aldi dan Rini. Aku bisa merasakan bahwa type Bra Rini adalah type half-cup dengan bukaan depan. Sekali klik dengan jariku, maka bra Rini terbuka cup-nya dan membuat teteknya yang mengkal bebas keluar.

Merasakan hal ini, Aldi segera melepaskan diri dari mulut mama angkatnya dan mencoba melengkungkan tubuh menyambut putting susu yang sudah terbuka. Segera Rini mendesis dan mengangakan mulut ketika mulut Aldi menemukan putting susunya dan menghisap kuat. Aku segera merangkum pipi Rini dengan tangan kanan ku yang sudah bebas – susu rini dengan lembut mulai diremasi tangan kanan Aldi. Aku cium mulut Rini, dan segera kami French-kiss dengan panas.

Dari sudut mataku aku bisa melihat di cermin kamar hotel betapa erotisnya posisi kami bertiga. Tangan Aldi aku lirik bergerilya di bagian belakang mama angkatnya, menemukan resleting dan membukanya, sementara tangan kanan dan mulutnya tak henti menstimulasi tetek mama angkatnya kiri dan kanan bergantian seakan bayi dewasa yang haus akan ASI.

Tangan kiriku akhirnya berhasil membuka resleting celana Aldi. Segera jeans yang dipakainya meluncur turun dan menyisakan CD putihnya. Woooow…sedikit terkejut aku merabai mr-p Aldi yang masih setengah tegang. Sangat besar untu ukuran cowok Indonesia. Aku pikir hampir 19 cm dengan diameter di atas rata-rata. Dengan gemas aku keluarkan benda itu tanpa membuka CD Aldi. Aku elus lembut setengah mengocoknya. Sedikit bergetar badannya yang melengkung menyusu mama angkatnya. Juga tangan kanan Rini yang bebas akhirnya mendarat di benda itu. Kami setengah berebut mengocok mr-p yang mempesona itu.

Akhirnya, aku memberi kesempatan mereka berdua menuntaskan pemanasan yang memakan waktu 30 menit itu dengan main-course. Aku beranjak menjauh sedikit. Aldi membimbing mama angkatnya ke tempat tidur dan segera dengan cepat menelanjangi mama angkatnya itu. Demikian juga Rini. Keduanya segera telanjang bulat.

Kontras sekali kedia makhluk beda jenis dan usia ini. Aldi gelap kerempeng namun berotot, sementara Rini putih, sedikit cubby. Rini memposisikan diri tengkurap dengan Aldi berdiri di tepi tempat tidur. Sejenak Rini melirik aku dan memberi kode. Aku tahu maksudnya, karena kami sudah menyusun rencana apa langkah-langkah pergumulan kami hari ini.

Segera mulutnya menerkam mr-p Aldi yang nampak tidak siap namun akhirnya pasrah. Rini bermain di bagian bawah. Aku mendekati Aldi dan segera menciumnya. Tangan Aldi yang sebelah kiri merangkul pinggangku sementara yang kanan masuk menerobos tank-topku untuk menmukan tetekku yang tidak tertutup bra.

“tantehhhh, gak pake bra yaaaahhh…aaacccchhhhh mimiiiiihhh,” katanya terpotong kenikmatan hisapan mama angkatnya. 

Aku hanya membalas dengan senyuman dan kembali mengajak Aldi bersilat lidah. Beberapa menit kemudian tidak sabar Aldi membuka tank-topku dan segera menyerang tetekku dengan mulut dan tangan kanannya. Aku mendongak geli-nikmat ketika putting susuku diulas dengan lidah kasar Aldi.

tangan kiriku yang bebas segera menemukan bongkahan pantat Rini yang ada di bawah. Aku susuri celahnya dan segera menemukan celah dalam dan basah mis-V Rini. Aku julurkan ujung jariku mengulasi daerah itu sambil kemudian merojokknya dengan jari tengahku. Rini sedikit menjunghkitkan pantatnya. Sementara itu kuluman dan kocokan dim mr-P Aldi semakin cepat dan ritmis.

“aaaccchhhh mimhhhh….enak bangettttzzzzzzzzzzzz,” setengah melolong Aldi karenanya. 

mendengar suara Aldi, aku dan Rini tahu bahwa gak lama lagi anak ini bakal ejack. – kami memang berencana membuat Aldi ejack duluan karena kami yakin ejacknya yang kedua akan lama dan itu berarti akan membuat pergumulan kami semakin seru. 

Karena kenikmatan yang mendera membuat Aldi mendongak, namun tangan kanannya ternyata sedari tadi bekerja cukup lincah mencopot hotpant-ku yang sudah teronggok di lututku di tempat tidur. tangan kanan Aldi segera menemukan celah miss-Vku dan mengocoknya. kami bertiga menggeliat –geliat akibat rangsangan di genital kami masing-masing. Tangan kiriku di miss-V Rini, mulut dan kocokan Rini dim r-P Aldi dan tangan kanan Aldi di miss-Vku.

Ternyata yang disekenario agak meleset. Tidak hanya aldi yang sedang mendaki kenikmatannya, namun aku dan Rini juga mendaki kenikmatan kami masing-masing.

“hhhhmmmmhhh….aaahhh…hhhhmmmmm….ahhhh,” Rini tak mampu beruara oleh karena mr-P di mulutnya, namun aku yakin sebentarlagi Orgasme dia akan meledak.

“hahhhh…..aaaacccchhhhhhhhh,” aku sendiri hanya bisa mendesis ketika jemari Aldi semakin cepat mengocok miss-V ku.

“tante Rahmiiihhhh….aaacccrrrhhhh…mimiiihhhh…. Aldihh se se bentarr lagihhh,” katanya terputus. 

namun sebelum Aldi mencapai puncak, kocokanku di miss-V Rini berbuah hasil. Badannya diangkat nungging dan pahanya dirapatkan membuat jemari dan telapakku terkunci di miss-Vnya. Mulutnya lepas dari mr-P Aldi namun tetap mengocoknya. Tangan kirinya meraih pundak Aldi seakan minta tolong.

“Amiiiihhhhh…..aku keluaaarrrrghhhhhh…ohhhh tolonhhhhhhhhh mimihhhhhhhhhhhhhhh Aldiiiiiiiiiiiii,” jeritnya. Mulutnya segera disambar mulut Aldi.

“akuhhhhhhhhh juga Riiiiinnnnnnnnnnnhhhh…. aaauuuuuuhhhhhhhhhh Aldihhhhhh…tanteeeehhhhhh aaaaaaarrrcccchhhhhhhhh,” kataku terputus oleh gelombang nikmat kocokan jemari Aldi. Aku dan Rini sekan berebut udara dan menubruk Aldi.

“miihhhhhhh….Aldiiiii…ooohhhh…kelllluuaaaaaaarrrrr rrhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,” Aldi mengeram panjang ketika semprotan pertama diikuti 3-4 kali semprotan spermanya keluar di tengah kocokan mama angkatnya. Meski demikian badan kerempengnya mampu menahan aku dan Rini yang kelojotan setengah mati. 

Akhirnya aku yang pertama melepaskan diri dari Aldi dan Rini, tergeletak puas, di susul Rini di sebelahku. Aldi masih berdiri meski dengkulnya sudah menyandar pada ranjang hotel. Badannya masih bergetar. namun satu yang membuatku kagum. Mr-Pnya yang sudah mengeluarkan amunisi, nampak mengkilat dan masih tegak berdiri. Perlahan dia mengatur nafas.

“hhhh…tante rahmi dan mimi…gilaaahhh…baru kali inihhh…hhhh…Aldi ngerjain dua wanita,” katanya sambil mencoba mengatur nafas.

“sekaranghhh…hhhhh….Aldi mau lebih,” katanya sambil merangkak mendekatiku.

“eehhh Aldi…mau ngapainhhh hhh hhh…tantehhh masih lemes. Rinnhhhh…tolong Rinnhhh kamu dulu dech,” kataku sedikit ngeri melihat Aldi yang mendekat. Rini hanya tersenyum dan mengedikkan matanya.

Aldi tidak mempedulikan protesku, di segera memegang kaki kiriku dan meletakannaya di pundakku sementara kaki kananku dilebarkan yang membuat miss-vku terbuka untuk penetrasi. Miss Vku sedikit kemerahan akibat orgasme yang aku capai barusan.

Aldi perlahan mendekatkan ujung mr-Pnya ke belahan miss-Vku..aku cuma menggelengkan kepala ke kiri dan kekanan karena geli-nikmat ketika Aldi memainkan kepala mr-Pnya naik turun celah miss-Vku. tanpa aba-aba Aldi menurunkan pantatnya yang mengakibatkan mr-Pnya menyeruak masuk lubang nikmatku.

“hhaaaaaahhhhh….Aldihhhhhh,,,mmmmmhhhhhh,” kata-kataku terbungkam mulut Rini, yang ternyata menemani anaknya mengerjai aku.

Perlahan namun dengan hidmat, mr-P Aldi menerobos miss-Vku..keluar..masuk…keluar…masuk… 

nampaknya dia ingin menikmati tiap gesekan genital kami. Efeknya kemudian adalah miss-Vku semakin gelisah…gesekan mr-P Aldi yang diatas rata-rata anak muda seumurannya benar-benar merangsang syaraf miss-Vku.

“mmmh…mmmh..mmmh,” hanya bunyi itu yang bisa aku keluarkan sementara mulut Rini dan mulutku berpagutan. Dengan liar Rini memainkan lidahnya di mulutku, akupun akhirnya memaksakan melepaskan diri mencari udara dengan megap-megap.

“hah..hah…hah..aaaarrrccchhh Rinnnnn,” belum cukup aku memperluas paru-paru, rasa geli nikmat mengejutkanku. 

Rini yang tadi bermain di atas, sekarang sudah menyusur ke bawah dan menemukan putting susuku. Dengan ganas mulutnya mengenyot putingku, sekali-sekali menariknya. Tetekku yang berukuran 36D menjadi sasaran tangan dan mulut Rini. Kepalaku makin tidak bisa dikendalikan…bolak-balik kanan-kiri, kadang naik sedikit akibat kejutan mr-P Aldi di bawah. Aku bisa melihat tangan kanan Aldi sudah bermain di bagian bawah mama angkatnya. Pantesan…sedikit gemas tadi Rini menggigit putingku…rupanya kejutan elektrik jemari Aldi di miss-Vnya bertanggung jawab atas hentakan tubuh Rini.

Sebagai perempuan yang sudah mengalami org, apalagi diserang atas bawah seperti ini, tak membuat lama aku menemukan jalan menuju org-ku yang kedua.

“hhhhhhh….aaaaachhhhRiiinnnnnn…Diiiiihhhhh…ce pat sedikitttttttttttzzzzzzzzzzzzzz…..hhhhh,” ceracauku… Aldi menambah kecepatan pompaannya. “hhhh…hhhh….hhh…gooooooddddddddddddddd….memek tantehhh nikmatttss,” katanya menahan nikmat.

“hhh..hh…uuuhhhh…uuuhhhh…tannnttteehhh…uuhhh..uuuh hhhhhhhhhhh…kelllluuuuaaaarrrrhhhhh ….aaaaaarrrrhhhh, ” aku mengeram nikmat. 

Badanku bergetar brutal dibawah tikaman mr-P Aldi dan serangan di payudaraku oleh Rini…. Aldi tidak mengendurkan kocokan mr-Pnya, itu membuat perjalanan org-ku menjadi sedikit lama. Badanku makin kelojotan sampai akhirnya lemas tak terkira.

Melihat itu, Aldi melepas mr-Pnya dari miss-Vku.”pluk,” bunyinya. Dia kemudian memposisikan diri di belakang mama angkatnya yang sudah menungging keenakan akibat serangan jarinya. Kini Aldi menggantikan jarinya dengan mr-P dan menusuk maminya doggy-style. Wajah Rini terdongak dengan mulut terbuka…

“ssshhhhhiiitttt…aaarrccch,” jeritnya ketika dengan tiba-tiba Aldi mendorong mr-Pnya masuk. Tangan kanan Aldi merangsangi klit Rini dengan melingkarkan kedepan, sementara tangan kirinya merabai tetek Rini yang besar menggantung.

Sekitar 10 menit sudah mr-p Aldi keluar masuk miss-V mama angkatnya. Akupun sudah puluh dari lemasku. Aku dekati Aldi dan kamipun berciuman. Sungguh luar biasa stamina anak muda ini. Mr-P-nya sekalipun tidak lembek meski tadi sudah mengeluarkan lahar panasnya.

Lima menit kemudian Aldi menangkat tubuh mama angkatnya sehingga mereka berlutut berdiri menempel dengan Aldi di belakang. Aku beralih ke depan Rini dan menciumnya. Rini semakin blingsatan. tanganku dua-duanya mengerjai putting susu besarnya. Aldi cuma tersenyum melihat kami berpagutan dan makin mempercepat terjangan mr-Pnya.

“Aldiiihhh sayaanngggghhhh…uhhh…uuhhhnnnn…uuhhhnnn…mim…iiihhh h… mauuhhhh…oooohhhh…ohhh..mimmmmm…iiiihhhhh aaaaarrrcccccchhhh…. mmmmmmhhh,” kata-kata Rini dan geraman orgasmenya hilang ditelan mulutku yang dengan sadis menyedot lidahnya. 

Aku bisa melihat mata Rini terbalik menahan org keduanya…Aldi masih terus menerobos miss-V Rini namun makin lama, makin lambat, sampai akhirnya dia cabut mr-Pnya. Kami bertiga masih berdiri berlutut. Rini ada di antara aku dan Aldi. Badannya lemas berpengangan bahuku. Akhirnya dia melepaskan diri dan tertelungkup di ranjang.

“sini Aldi…tante tuntaskan itunya,”kataku sambil menunjuk mr-Pnya.

‘kamu duduk di kursi situ,”kataku sembari turun dari ranjang. Aldi menurut dan memposisikan diri di kursi berlengan yang ada di kamar. Aku berlutut di depannya. Mr-Pnya tepat berada di dadaku. Aku melumuri batang Aldi dengan ludah dari mulutku dan kemudian memposisikan mr-Pnya diantara belahan dadaku. Perlahan meningkat cepat, mr-P Aldi bergerak naik turun di antara belahan susuku…titty-fucking…

Ada sekitar 5 menit aku kerjai dengan cara itu. Aldi pun hanya bisa mendesis. Kemudian aku ganti metode. Mulutku segera menangkap batang Aldi dan menghisapnya kuat-kuat. Aku yakin tidak sampai lima menit, batang ini akan mengeluarkan madunya. Dan benar, beberapa saat kemudian…

“tante rahmi…Aldi mau keluarrrhhh hhh hhh hhh,’ katanya sambil mendekap kepalaku dengan dua tangannya. 

Aku mendongak sambil mengocok batangnya dan berkata,” mau keluar di mana sayang haaahhhh….di susu tante…di memek…apa di mulut sayang….?”

“hhhhh…hhhh…hhh…boleh di mulut Tantehhhhh?” tanyanya

Aku tidak menjawab dan segera memasukkan batang mr-P Aldi ke mulutku. Aku dengan ketrampilan sedot batang menggarap tuntas hingga akhirnya….

“aaaarrccchhhh tanteeehhhhh….Aldiihhhhhhhhh ….aaarrrrrchhhhhh,” dia tekan kepalaku ke batang penisnya dan mengangkat pantatnya sedikit…. 

Lumayan banyak lahar nya yang ke dua.. Aku tuntaskan tanpa ada sisa dan aku telan mani anak muda ini. Akhirnya dengan pelan aku kocok lembut sampai akhirnya aku berhenti. Aldi tergolek lemas di kursi berlengan kamar hotelku.

Sementara itu, Rini, juga baru bangkit dari rasa lemasnya.

“gila Mi…ini pertempuran paling hotttt yang pernah aku lakukan,” katanya

“tapi Rin, aku mau lagi…bisa nggak kita ke rumah kamu, aku sekalian cek out terus pindah rumah kamu,” tanyaku

“boleh aja,’ katanya sembari bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi,

 “bareng yuk,”

“boleh…iya nih, aku tambah waktuku di kota ini sampai besok dech…aku mau bertempur dengan kamu dan Aldi semalam penuh nanti,” kataku merangkul Rini dan kamipun beranjak ke kamar mandi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar