Rabu, 03 Juli 2013

Anita, Aku Diperawani Tukang Becak


Anita

“Haiii!!“ aku melambaikan tanganku ke arah seseorang
Orang itu menengok ke arahku, sebuah senyum yang mengembang di bibirnya, sebuah senyuman yang selalu membuat hatiku berbunga-bunga, hanya sebuah senyuman?

Ya hanya sebuah senyuman, sebuah senyuman dari kekasihku, sebuah senyuman yang selalu memberiku hari-hari yang bahagia, sebuah senyuman yang selalu memberiku kekuatan, sebuah senyuman yang membuatku menjadi lebih hidup.
“Anita…..” ia berteriak menyebut namaku kemudian berlari kecil menghampiriku
Ia berlari bagaikan seorang anak kecil yang polos, tangannya yang kekar memeluk kedua bahuku, tatapanku dan tatapan matanya bertemu, saling menatap dengan mesra, tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya namun sinar matanya telah mengatakan seribu kata-kata cinta untukku.
“Duhhhhhhh….. Rendy dan Anita, jadi iri nehhh….” suara seseorang seperti menyadarkan kami berdua, aku hanya menatap si pengganggu itu sebentar kemudian berusaha tersenyum
Aku kurang menyukainya, bukan karena wajahnya yang buruk dipenuhi dengan bekas bopeng, namun karena kelakuannya yang ugal-ugalan dan kasar, aku tidak mau kekasihku menjadi seperti dia, aku tidak mau…, kutarik tangan kekasihku untuk mengantri membeli tiket bioskop, sementara si pengganggu duduk sambil tersenyum-senyum mesum menatap “bunga-bunga segar” di sekelilingnya.
“Rendy…, ngapain sich kamu bawa-bawa Si Benny ?? “ aku berbisik di telinga Rendy kekasihku 
“Hahhh… ? Napa Emang ? “Rendy menatapku dengan polos.
“Aku…, aku kurang suka sama dia…..” bibirku meruncing.
“Anitaaa…., dia kan sahabatku…jangan gitu ya sayanggg….” Rendy mengelus rambutku, aku menghela nafas panjang dan berusaha mengangguk sambil tersenyum.
“Waduhhhh…..!! “Rendy tiba-tiba meringis
“Ehhh…, kenapa ?? “aku terkejut ketika Rendy meringis.
“PAHIT… pahit sekali…”
“Pahit ?? “Aku tidak mengerti dan menatapnya dengan keheranan.
“Senyumannya pahitttttt……..” Rendy mencubit pipiku kemudian tertawa lebar.
“Kamu…, ichhhh….” Aku menepiskan tangannya kemudian melemparkan senyuman manisku, sebuah senyuman untuk kekasihku, hanya untuknya
“Nahhhhhh… githuuuu dhuonggggggg……Yuuuk….”


#########################
Jam 10.30


Sebuah mobil berhenti di sebuah rumah kost. Seorang berwajah bopeng turun dari dalam mobil itu, senyumannya yang menyebalkan melintas sesaat di wajahnya.
“Thanks ya…, sering-sering ajha ngajak gue yakkk, en jangan lupa tuan putrinya yang kinclong ini selalu dibawa he he he” Benny cengengesan dengan tampangnya yang tidak tahu diri itu, nangkring di jendela mobil dan melirik ke arahku. 
“Udahhh…tidur sana husss husss ha ha ha ha ha ha…., eittttt…, matanya dijaga browwww….” Rendy protes ketika Benny melirik nakal ke arah dadaku.
“Soryy…. Canda, he he he….Yawdahh Yukk ahhh.. kita bobo bareng bertiga…”Rendi bertambah norak.
“BENNNYYYY…..!!! Tokkkkkk….“ Rendy mengetuk kepala Benny
Si pengacau itu buru-buru melompat ke belakang ketika Rendy hendak menjitak kepalanya sekali lagi, terdengar suara tawanya yang menjauh, dan menghilang di balik pintu gerbang rumah kost. Mobil Rendy membawaku menjauhi rumah kostnya dan berhenti di depan rumahku yang terlihat sepi.
“Benny itu orangnya yak, kaya gitu, bicaranya ceplas-ceploss…seenaknya, jadi jangan disimpen dihati…. , nahhhhh manyun lagi dahhhhhhhh… runcing amat bibirnyaaaaaa…….” Rendy mencubit kecil hidungku
“Ehhhh apa?“ aku menarik bibirku ketika Rendy menyodorkan pipi kanannya.
“Lohhhhh ?? nggak dicium dulu nehhhhhh….., ntar nyeselllll, nggak bisa tidurrr……” Rendy menggodaku.
“Enak aja…, siapa yang nggak bisa tidur, lagian siapa yang mau nyium kamuummhhhhh….” Rendy menyumpal bibirku, aku segera mendorong dadanya agar ciuman kami terlepas, wajahku terasa hangat. 
“Koqq gelap ya ?? “ Rendy bertanya kepadaku.
“Yaaaa…, lagi pada keluar kota siccchhh…,nengok temennya bokap yang lagi sakit…..” aku melompat keluar dari dalam mobil, Rendy mengunci pintu mobil dan kemudian mengekoriku dari belakang.


“Rendy udah malam, emmmhh.., pulang gihhh….nanti kemalaman” aku menahannya agar tidak melewati pintu gerbang rumahku
Dengan lembut Rendy menarik tanganku, diraihnya tas kecilku , ia menarikku ke depan pintu rumahku dan ckleekkk…., ia membuka pintu rumahku dan menarikku masuk ke dalam. Aku terdiam ketika Rendy memelukku, aku tetap terdiam ketika tangannya merayap turun dan bermain di pemukaan kaos ketat yang kukenakan. Ia meremas sepasang bukit kembar putih yang masih tersembunyi dibalik kaos ketat yang kukenakan, aku hanya menatapnya ketika tangannya bergerak meremas payudaraku. Kemudian menyelinap ke dalam bajuku, mataku terasa berat, ada rasa nikmat yang membuatku terlena ketika tangannya perlahan-lahan menyelinap ke dalam braku.
“Ohhhh…. “Aku mendesah pendek merasakan remas-remasan tangan Rendy yang semakin aktif.
“Anitaaa sayangggg, aku ingin lihat kamarmu ya….” Rendy menarik tangannya dari balik bajuku, ia membalikkan tubuhku dan mendorongku ke sebuah kamar.
“Bukan…, bukan disini, diatas…..” aku tertunduk dan berkata pelan, suaraku hampir seperti sedang berbisik, tubuhku terangkat melayang dalam bopongan Rendy yang membawaku menaiki tangga , menuju kamarku, aku tahu ia ingin melihat sesuatu yang lain, yang pasti bukan melihat isi kamarku, aku tahu itu…., aku tahu apa yang sebenarnya ingin ia lihat, dan aku membiarkannya, aku membiarkannya melihat apa yang ingin ia lihat, satu persatu pakaianku terlepas dari tubuhku, tubuhku dan tubuhnya telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuh kami berdua.
“Hhhhhhhh…. Rendyyyyyy…… “ aku mendesah memanggil namanya ketika tubuh kami menyatu erat, pelukannya begitu hangat, hangat sekali ketika tubuh kami yang sudah polos saling bergesekan dan saling dekap
Kekasihku menundukkan wajahnya, bibirnya menciumi rahang dan daguku, kemudian menciumi dan melumati bibirku yang terus mendesah-desah, air liurnya membasuh leherku, jilatan-jilatan lidahnya mengulasi batang leherku. Ada rasa hangat yang menggelitik ketika ia membenamkan wajahnya di belahan dadaku.
“Unnnhhhh… REnddddyyy Ahhhhhhhhh…“ aku kembali mendesah merasakan kenyotan-kenyotan lembut mengenyot puting susuku, 
Kriiiinggg……….!!! Suara dering jam yang berbunyi mencabik-cabik khayalan liarku, kuhentikan gerakan jemari lentikku sedang menekan-nekan permukaan celana dalamku, kugeliatkan tubuhku kesana kemari untuk mengusir gairah birahi yang begitu menyiksa. (aku dan tokoh khayalanku yang tampan), 


Aku seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di kota ini. Namaku Anita, aku adalah seorang gadis keturunan Tionghoa, tubuhku putih molek, sepasang bukit indah menonjol menghiasi dadaku, aku anak tunggal dari sebuah keluarga yang cukup berada.
“Mang ….. “ aku menyapa seorang tukang becak langgananku yang ngetem di seberang rumahku. 
“Efff…Non Anita…,ayo Nonnn!!” Bang Sudin langsung mempersilahkanku untuk segera naik duduk di becaknya, beberapa saat kemudian becak bang Sudin membawaku dengan kencang keluar dari komplek perumahanku, digenjotnya becak itu hingga melesat dengan cepat.
“Nanti sore ya Mang, jangan lupa….”
“Iya Non…, jangan khawatir, Mang Sudin pasti nungguin Non Anita…” Mang Sudin menatap wajahku yang cantik.
Aku tersenyum nakal, ia sepertinya mengharapkan kedatanganku, dan aku tahu itu, mang Sudin selalu setia menungguku turun dari angkot atau tepatnya berusaha untuk dapat mengintip sesuatu yang tersembunyi di balik rok miniku ketika aku berusaha untuk turun dari dalam angkot jurusan XXX..


##################
Sore hari…hujan angin yang lebat.


Hari itu benar-benar menyebalkan, siang hujan gerimis, ehhh, sore malah hujan turun dengan lebih lebat, aduh, nggak mungkin deh Mang Sudin berhujan-hujan ria untuk menungguku, 
“Pak… Kiriii…..!!” teriakan-ku menghentikan laju angkutan kota yang kutumpangi
Hupp, aku melompat turun dari dalam angkot, aku berusaha berlari – lari kecil di bawah kucuran hujan lebat, dinginnya Brrrrrrr…..
“Nonnn…, Non Anitaaaaaa…..!!“ aku menolehkan kepalaku ke samping belakang.
“Ehhhh…?“ aku tersentak terkejut
Gila, ternyata Mang Sudin dengan setianya menungguku sambil berhujan-hujanan, aku berlari menghampiri becaknya, kemudian meringkuk duduk kedinginan di dalam becak Mang Sudin, tidak begitu lama becak mang Sudin mendarat di depan rumahku.
“Masuk dulu mangg…, hujannn….!!“ aku membukakan pintu gerbang rumahku.
“Jangan Nonnn, nggak enak sama orang rumah….”Mang Sudin menolak tawaranku.
“Nggak apa koq.., lagi pada pergi piknik seminggu….” aku menanti mang Sudin yang tergopoh – gopoh mendorong becanya masuk ke dalam pelataran rumahku.
“Ayo Mangg, masuk…… “ aku membuka pintu rumahku.
“Permisi Nonnn….” tubuh Mang Sudin yang tinggi hitam membungkuk kemudian masuk ke dalam rumahku
Matanya sering sekali melirik kearah dadaku, aku tahu ada sesuatu yang indah tercetak di sana dan kini mata mang Sudin mulai berani menatap wajah cantikku sebentar kemudian tatapan matanya kembali turun ke arah cetakan dadaku..
“Sebentar ya mangggg….. “ aku masuk ke dalam kamarku, kemudian kembali keluar dan memberikan selembar kain handuk kecil kepada mang Sudin.
“M’kasih Nonnn….” Bang Sudin meraih handuk kecil pemberianku kemudian menyeka wajah dan lehernya, setelah menuangkan segelas air aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku.
“Sebentar ya mangg, aku mandi dulu….”
“Ooo.., silahkan Non , Silahkan……..”.
Aku masuk ke dalam kamar mandi berukuran sedang, kulepaskan seluruh penutup tubuhku dan kunyalakan kran shower itu. Emmmhhhh…, Hangatt,,, sambil meresapi rasa hangat, kubersihkan tubuhku. Entah kenapa tiba-tiba gairah liar ini kembali datang menyiksaku, pikiranku begitu kotor, liar dan binal, dengan terburu-buru aku mematikan kran shower di kamar mandiku, kulilitkan kain handuk tebal meliliti tubuhku. Aaaaaahhhh, kenapa ini, jantungku berdetak dengan lebih kencang, kedua kakiku melangkah mendekati pintu kamarku yang terkunci, tanganku terulur untuk membuka pintu kamarku “Clikkk….” , dorongan itu semakin hebat menyadari ada seorang tukang becak di ruang tamuku. Ia bertubuh tinggi, berkulit hitam dan kekar, wajahnya sangat jauh dari kata lumayan,matanya berbeda jauh dengan mataku yang sipit, gairah liar itu mendorongku untuk berani melangkah keluar dari dalam kamar, menghampiri Mang Sudin dengan hanya mengenakan selembar handuk yang membalut tubuh mulusku.
“Haahhhhh ??? !! “ Mang Sudin berseru terkejut, matanya melotot merayapi tubuh mulusku dengan liar dan beringas, aku melangkah dan terus melangkah hingga berada di hadapan mang Sudin, tubuhku menggeliat indah dan melepaskan kain handuk yang melilit di tubuhku.
“ANJINGG….!! Non.?? “ Mang Sudin mengumpat kaget, matanya mendelik menyaksikan kemolekan tubuhku yang putih mulus, tubuhnya yang tinggi hitam kekar menghampiriku
“Manggg Sudin….” Aku merintih pelan menyebut namanya.
Dengan mudahnya mang Sudin memanggul tubuh mungilku masuk ke dalam kamarku, dibaringkannya tubuhku dengan posisi kedua kakiku terjuntai pasrah dipinggiran ranjang, aku menutup kedua mataku rapat-rapat, ketika satu persatu Pakaian Mang Sudin terlepas dari tubuh hitamnya. Lagi-lagi gairah binalku memaksaku untuk membuka kedua mataku, mata sipitku menatap tajam pada sesuatu yang menggantung di selangkangan Mang Sudin, aku memekik ketika mang Sudin menerkamku.
“Ohhhh….. Manggggg Sudinnn hennnnmmmmmm…..” Aku merinding ketika bibirnya mengecupi telingaku, lidahnya yang basah menari-nari didaun telingaku.


“Non Anitaaa…,sebenarnya Mamang udah lama pengen ngentotin Amoy secantik Non Anita, eh nggak taunya sekarang Non Anita malah menyerahkan diri minta dientot sama mamang he he he”bisikan-bisikan mesumnya malah membuat gairah-ku semakin liar.
“Mmmmmaaanggggg….. Nurrrrdinnnnnnnnn…. Aaahhhhhhhhhh….” 
Rasa nikmat itu semakin menenggelamkanku ke dalam sebuah jurang yang begitu dalam disebuah lautan kenikmatan, ciuman-ciuman liarnya menjalari rahang, dagu dan bibirku. 
“Uhhhh.., Aduhhhh….” Mang Sudin menyeretku ke tengah ranjang
Dengan kasar ia membalikkan tubuhku, sekujur tubuhku merinding ketika merasakan tubuh mang Sudin meneduhi tubuhku yang terlungkup di atas ranjangku.
“Essshhhhh…, Nonn…, Anjinggg siah AMOY, si-mulussssshh” Mang Sudin mendesak-desakkkan selangkangannya pada bongkahan buah pantatku
Aku menggigil merasakan sebuah benda yang menggesek-gesek belahan pantatku , menekan, dan bermain-main di antara himpitan buah pantatku.
“Urrrhhhhh…. Mmaannngggg…. Manggggggg…. Sudinnn….eeeesssshhh“ 
Mang Sudin membelit tubuhku dari belakang, nafasnya yang hangat berdengusan di tengkukku. Aku menggigil ketika rasa nikmat menyengati leherku, kecupan-kecupan liar dan gigitan-gigitan gemas mang Sudin berkali-kali menyengati leher dan tengkukku, lidahnya menjilati belakang telingaku dan mulutnya mencaplok serta melumat – lumat daun telingaku sebelah kiri.
“aaaaaa….., Hssshhhhaaahhhh…. Ohhhhh…” aku memalingkan kepalaku ke arah kanan karena sudah tidak tahan menahan rasa geli yang menyengat leher dan daun telingaku sebelah kiri
Namun Mang Sudin justru memanfaatkan situasi dengan menyerang leher dan daun telingaku sebelah kanan. Batang lidahnya menggeliat liat menggelitiki belakang telingaku sebelah kanan kemudian menelusuri daun telingaku, terkadang gigitan-gigitan gemas mang Sudin mampir di daun telingaku. Ia terkekeh ketika aku tersentak menahan rasa nikmat yang menggelitiki leher dan daun telingaku, aku merasa lega ketika Mang Sudin mengangkat tubuhnya yang hitam dan kekar,
“Sini Nonnnn… rebahan disini…..” Mang Sudin menepuk-nepuk bantal empukku, entah kenapa aku menurutinya, aku merangkak dan merebahkan diriku terlentang dengan pasrah..
“Rentangkan tangannya keatas….Non, bagus..,ha ha ha dasar lonte disuruh apa aja nurut…….he he he, jarang ada lonte Amoy secantik Non Anita…, kalau ada juga ya, bayarannya mahal, selangit……” aku merentangkan kedua tanganku ke atas


Desahan nafas Mang Sudin menerpa ketiakku. Aku tidak marah ketika Mang Sudin mengejekku, ia menyebutku lonte. Aku memejamkan mataku ketika merasakan ulasan-ulasan batang lidahnya menyapu ketiakku, hidungnya terbenam dan mengendusi ketiakku, mulutnya mengemut ketiakku dan lidahnya terjulur menjilati ketiakku ssslcccckkk… lllcccckkkk… slllccckkk cupppp…, cuphhhhh cuppppp, terdengar suara kecupan-kecupan mang Sudin yang begitu bernafsu mencumbui lekuk ketiakku.
“Aahhhhhhhhhhhh…… !! “ tubuhku tersentak dan sedikit meronta ketika mang Sudin membelitku sambil membenamkan wajahnya pada belahan dadaku
Aku berusaha meronta untuk menyadarkan akal sehatku sedangkan mang Sudin terus menyerang mencumbui susuku untuk menenggelamkan kesadaranku. Aku berbaring terbujuk oleh bujuk rayu gairah binalku, akal sehatku terbuai oleh kecupan-kecupan liar Mang Sudin yang menggeluti buah dadau.
“Anita…., muahhh he he he….Muummmm Cpokkkkk…. Muummmmmhhh Cpokkkkk ”Mang Sudin mengenyot puncak payudaraku kemudian menarik kepalanya kebelakang, terdengar suara letupan keras yang semakin membakar gairah nafsu binalku ketika susuku terlepas dari emut-emutan mulut mang Sudin yang mempermainkan payudaraku yang semakin keras mengenyal, aku menggigit bibir bawahku menahan rasa nikmat ketika batang lidahnya mengulas-ngulas pentil susuku, kemudian happpp….., mulutnya kembali mencucup puncak susuku, dikenyotnya puncak payudaraku hingga tubuh mungilku meronta dan melenting keenakan.
“Ahhhhhh…. Aaaaaa…. Ahhhhhhhhhhhhh……”.
Betapapun hebatnya aku meronta dan berontak namun belitan mang Sudin begitu kuat membelit tubuh molekku, dengus nafas tukang becak itu terasa hangat menerpa kedua bukit payudaraku. Air liurnya membasahi bulatan susuku, lidahnya semakin liar terjulur-julur menjilati pentilku yang meruncing dan kemudian batang lidahnya yang basah dan hangat membasuhi kedua bulatan dadaku.
“Ohhhh… manggggg… Sudinnnn…..” aku menggeliat resah ketika kecupan-kecupan liarnya bergerak turun ke perut, pinggul dan kemudian terdengar perintah mang Sudin.
“Tekuk dan rentangkan kedua kakimu Anita…..”
“Mangggg…. Kita…. Ohhhhhhhhh…..”tanpa meminta persetujuan lebih lanjut mang Sudin menekuk dan menekan kedua lututku ke samping 
Selangkanganku merekah dengan indah dihadapan wajah seorang tukang becak bernama MANG SUDIN…!! Aku hanya sanggup mendesah dan terus mendesah merasakan kecupan-kecupan liarnya mengecupi permukaan vaginaku. Aku merintih ketika batang lidahnya yang basah hangat membasuh rambut jembutku yang tipis. Dengan reflek aku mengangkat punggungku, kedua tanganku menopang ke belakang, ketika merasakan batang lidah Mang Sudin menggeliut memasuki cepitan bibir vaginaku, aku menekuk wajahku, kepala mang Sudin terbenam di selangkanganku, kedua kaki mulusku tertekuk mengangkang ke samping. Batang lidah itu menggeliat semakin liar dan terjulur semakin dalam.


“Unnnnrrrhhhh…. Ahhhhhhhh…. Akkkkkkhhhhhhhh….Mangg” 
Sesekali aku menarik pinggulku untuk menghindari rasa geli dan nikmat yang menyerang belahan vaginaku. 
“Aoohhh ampunnnn aaaaaaaa…., Blukkkkk Crrr Crrrrrr….. “ punggungku terjatuh ke belakang, cairan vaginaku berdenyutan dengan nikmat, serrrr.. serrrrrrrrrrr…. 
Desiran kenikmatan itu mengiris – ngiris sekujur tubuhku yang mengejang sebelum akhirnya aku terkulai lemas dengan desah nafas yang tersendat-sendat, butiran keringat nakal mengucur melelehi tubuh mulusku. Aku menggelinjang kegelian ketika Mang Sudin menggesekkan kepala penisnya pada belahan vaginaku, digesek dan terus digesekkan kemudian mang Sudin mulai menjejal-jejalkan kepala penisnya yang perlahan mulai tenggelam dalam cepitan vaginaku.
“Mang akuuu.. akuuu…, sebentar, ooohhhh hentikan akkkhhhhh…..!!”tiba-tiba aku tersentak tersadar, apa yang tengah aku lakukan bersama SEORANG TUKANG BECAK diatas ranjangku, aku tersadar dan berusaha keras menghentikan gerakan penis mang Sudin yang sudah tertelan oleh vaginaku sampai sebatas leher penis. Ia mencengkram buah pinggulku sambil menusukkan batang penisnya menusuk belahan vaginaku kuat-kuat.
“JEBOLLL… SIAHHH…! JEBOL… !! HEUU.. JEBOLLLLL…!!“ 
“AWWWWWWW…….!! “ aku menjerit keras ketika merasakan tusukan-tusukan kuat yang membuat vaginaku terasa melar dan merekah
Rasa sakit menggigit selangkanganku., aku menatap mang Sudin yang tengah asik menjejal-jejalkan batang penisnya menusuk belahan vaginaku. Tidak ada lagi raut wajahnya yang sopan, TIDAK ADA…!! Yang ada hanya seraut wajah keji yang tengah tersenyum mesum menatapku yang terisak menahan rasa sakit di selangkanganku. Kegadisanku direngut dan vaginaku digenjot oleh seorang tukang becak bertubuh hitam kekar, batang penisnya tenggelam sedalam 14 cm kedalam jepitan vaginaku.
“Sakiittt… manggggg… ouhhh sakitttt… khhh hhkk hakkk..”
“Tenanggg Nonnnn, ntar kalau udah biasa ngentot nggak akan kerasa sakit lagi…, malah kalau udah ngerasa enaknya ngentot, non Anita bakal ketagihan batang kontol Mamang…..” Mang Sudin menusukkan batang penisnya semakin dalam hingga selangkangannya mendesak selangkanganku. Batang penisnya tenggelam dan tertancap dengan sempurna dicepitan vaginaku. Tubuhnya yang hitam kekar mulai meneduhi tubuhku, aku mendesah menahan beban tubuh seorang tukang becak yang tersenyum mesum sambil menikmati kecantikanku.
“Aaaaaaaaaaaaa…., Aaaaahhhhhhhhh Mangggggg…..!” 
Tanganku terangkat berusaha mencari pegangan ketika Mang Sudin mulai menghempas-hempaskan batang penisnya menumbuki belahan vaginaku, kubenamkan kesepuluh kuku jariku ke punggungnya, kedua tanganku memeluk tubuh hitam si tukang becak yang tengah asik menggenjoti belahan vaginaku. Batang penisnya bergerak keluar masuk dengan teratur, menusuk dan terus menusuki liang memekku. Clepppp… Cleppppp… Clllppppp… Bleppp.. cleppppppp…, terdengar suara decakan becek ketika liang vaginaku digenjot oleh batang penis Mang Sudin.


“Enak ya nonn ?? he he he cupphh cupphhh.. mmmmhhh….”
Mang Sudin menatapku kemudian wajahnya menunduk, bibirnya melekat dibibir mungil-ku. Bibirnya menjepit bibirku sebelah bawah, Mang Sudin mengemut bibirku bergantian sebelah atas dan sebelah bawah. Sesekali ia menggigit kecil bibirku, lidahnya menjilati sela-sela bibirku, kubuka rongga mulutku, batang lidahku terjulur keluar bergelut dan saling mengait dengan batang lidah mang Sudin.
“Srrrphhhh… Srrrpppppphhh…. Ckk Mmmmmmmpphhh… Ckkk“ 
Aku membalas lumatan – lumatan bibir Mang Sudin, lidahku kembali terjulur keluar, dengan bernafsu mang Sudin menghisapi batang lidahku. Air liur Mang Sudin belepotan di dagu, dan bibirku, sementara tubuhku terus tersentak-sentak dengan lembut di bawah tindihan seorang TUKANG BECAK yang tengah menggenjotkan batang penisnya, menyodoki liang vaginaku.
“Aaaaaaaaaaaaa… Hhhhh Hhhhoosssshhh.. Hhhhhhhhhssshhhh.. Cruttt… Crutttttt………” kedua kakiku membelit tubuh Mang Sudin, tubuhku kembali menggigil dengan nikmat ketika vaginaku berdenyut-denyut memuntahkan cairan klimaksku.
Kepalaku terkulai lemah kearah samping kiri, tubuhku bergidik dengan nikmat di bawah tindihan bang Sudin, tangan seorang tukang becak mengelusi rambutku yang acak-acakan, kedua kaki mulusku terkangkang pasrah.
“Mmmpphhh… Jrebbbb.. Memek Non makin licin peret, makin enakk Jrebbb… Blessshhh… Crrrrbbbbbb… Bleeeppppp……buat dientot…” nafasku kembali tersendat-sendat merasakan tusukan-tusukan penis Mang Sudin kembali menggenjot vaginaku, aku semakin sengsara ketika mang Sudin mempercepat tusukan-tusukan batang penisnya.
“Ennggg Mampus Aaaaaaa, Affffhhhh, Mangg…,!! owwwww…….!! “Aku mengeluh merasakan tusukan-tusukannya yang semakin liar dan kasar, semakin kasar dan lebih KASAR lagi…. 
“Ya nggak akan lahhhh….nonn, masa mampus, yang ada juga enak dan nikmat, bukannya mampussss he he he he….” 
Aku memalingkan wajahku ke kiri dan kanan, vaginaku disodok dan tubuhku tersentak-sentak, terguncang dengan hebat di atas ranjangku sendiri. Keringat mang Sudin meleleh menetesi tubuh mulusku, terdengar suara tawa bejatnya ketika ia mendengar lolongan dan pekikan kecilku. Semakin keras aku aku melolong semakin keras pula ia menghentak-hentakkan batang penisnya, dipercepatnya irama genjotan-genjotan batang penisnya menggenjoti liang vaginaku.
“aaaa….., aaaaaaa… aaaahhhhhhh….. “ aku mendesah dan terus mendesah ketika merasakan sodokan-sodokan penis Mang Sudin yang merojok vaginaku dengan kuat dan kencang, agak lama juga ia mengerahkan seluruh tenaganya menyodoki vaginaku kuat-kuat.


Aku menarik nafas lega ketika tubuhku berhenti terguncang. Untuk sesaat mang Sudin beristirahat di atas tubuhku. Wajahnya tepat berada di atas wajahku, sementara batang penisnya tertancap dijepitan liang vaginaku, ia memandangiku dengan tatapan matanya yang penuh dengan kobaran nafsu binatang. Aku terdiam dan menatapnya, tangan mang Sudin membelai wajahku yang cantik jelita.
“Duhhh, Non Amoy koq murung sich ?? kurang ya dientotnya, sini biar mamang tambahinnnn….” 
Desahan nafasku kembali membakar nafsu binatang Mang Sudin, ia kembali menghempas-hempaskan batang penisnya. Dengan bernafsu ia merojok-rojokkan batang penisnya menyodoki vaginaku, tanpa melepaskan batangnya dari cepitan vaginaku Mang Sudin merubah posisi. Kini aku duduk saling berhadapan, aku menduduki batang penis mang Sudin, kedua kakiku mengangkang menjepit tubuh Mang Sudin, sementara kedua tanganku berpegangan pada pundak mang Sudin.
“Ayoo Non…, Mamang pengen nyobain goyangan Amoy….”
Aku terdiam untuk sesaat, dengan menahan rasa malu, aku mulai memberanikan diri mengangkat pinggulku kemudian perlahan-lahan aku mendesakkan kembali vaginaku ke bawah. Rasa nikmat itu membuat wajahku terangkat ke atas, mataku menatap langit-langit kamarku. Sesekali aku mengatur posisiku agar lebih leluasa menaik turunkan vaginaku. Dengan sabar mang Sudin membantuku menaik turunkan pinggulku, kedua tangannya yang kekar mencapit pinggang rampingku dan membantuku agar lebih lancar menghempas-hempaskan vaginaku mendesak batang penisnya yang dengan otomatis bergerak keluar masuk menusuk-nusuk belahan vaginaku..
“Ahhh… Hssshhh Ahhhhh… Mangggg…. “ tangan kiriku menekan belakang kepala Mang Sudin hingga terbenam di belahan payudaraku
Aku semakin cepat menaik turunkan pinggulku, mang Sudin semakin bersemangat menggeluti buah dadaku ketika aku merintih dengan liar.
“Aaaaaa… aaaaaa…….wwwwww…oohhhh mannnnggggggg”Aku menjerit liar merasakan kenyotan-kenyotan mulut Mang Sudin yang mengenyoti buah dadaku
Kupercepat hempasan vaginaku dan mang Sudin menyambut hempasan liarku dengan menyodokkan batang penisnya kuat-kuat ke atas.
“Hmmmmaanggggg, akh.. akuu.. aku mau keluarrrrr……”
“Sebentar… kita barengan….Nonnn Tahannnnn…., Tahan sebentar” Mang Sudin semakin menyentak-nyentakkan penisnya ke atas.
“Nggakkk khuatt manggggg akhhhh…, nggakk kuatttt… aduhhhh” aku mengeluh
Aku semakin dekat dengan puncak klimaks-ku, tubuhku tersentak-sentak tanpa daya.


“Sebentar lagi Nonnn TAHANNNNNNN……..!!!”
“Owwwhhhhh…. Crrrutttt…. Cruutttt………Maaaaangggg.”
“KECROTTTTTTTT…….” 
Tubuh Mang Sudin rubuh ke belakang sambil memeluk tubuhku yang terengah keenakan di dalam pelukannya. Aku terdiam, mataku terasa berat, dan tubuhku terasa pegal karena kecapaian. Aku mendesah ketika tangan kanannya merayap dan meremas-remas buah pantatku, sedangkan tangan kirinya mengusapi punggungku yang basah. Aku menggeliatkan tubuhku dan meronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Mang Sudin, namun kedua kakinya malah membelit tubuhku, tangannya yang kekar memeluk-ku, batang penisnya mengecil di dalam jepitan vaginaku.
“Mau kemana Nonnn, temenin Mamang tidur ya, Mamang belon puas koq, masih kepengen ngentotin Non Amoy yang mulusss he he he, dohhh Non Anita Bohay amat sich he he.. napsuin….” Mang Sudin memujiku, kedua tangannya berkeliaran dengan bebas, menggerayangi lekuk liku tubuhku yang putih mulus, aku merasakan batang penis mang Sudin berdenyut-denyut dan kembali menyesaki jepitan vaginaku.
“Uhhhhh…., sudahh mangggg, sudahhhh……cukup, kan tadi udah….” aku yang sudah kelelahan berusaha menolak keinginannya.
“Waduhhhh… itu mah baru pemanasan aja Nonnn… yukkk ikut mamang…kita ngentot lagi….” Mang Sudin menarikku keluar dari dalam kamar
Aku pasrah ketika mang Sudin menyuruhku untuk duduk di bangku sofa, di ruangan tamu. Kedua tungkai kakiku dikaitkan mengangkang pada lengan kursi sofa itu.
“Utssshh….. “ aku menarik pinggulku ketika jari telunjuk kanan Mang Sudin mencoblos belahan vaginaku, mataku beradu pandang dengan tatapan mata mesum mang Sudin yang menatapku sambil menusuk-nusukkan jari telunjuknya dalam-dalam, 
Wajah mesumnya kembali memacu gairah binalku, ia tersenyum lebar ketika aku mulai merintih dan mendesah.
“Enak ga Non…..? “ tanya mang Sudin
“Jrossshhh….!! “ tiba-tiba Mang Sudin menusukkan jari telunjuknya kuat-kuat, ia menuntut jawaban-ku
“Enn Enakkk… enakkkk nnnnnhhhhh.. hsssshhh ahhhhhh” tangan kiriku mencekal pergelangan tangan kanannya, sementara tangan kananku bertumpu ke belakang. Aku menggeser posisi-ku agar dapat menyandarkan punggungku bersandar ke belakang. Telapak tangan kiri Mang Sudin mengelus-ngelus pangkal pahaku.
“Hsssshhhh… Hssshhhhhhhh Shhhhhaaaaaaaaaaaa….” aku mendesis-desis nikmat ketika jari telunjuk mang Sudin merojok-rojok belahan vaginaku 
Kutekuk wajahku , nafsu semakin terbakar menyaksikan dua buah jari Mang Sudin yang basah oleh cairan vaginaku yang sudah tercampur dengan darah keperawananku.


“Ahhhhhhhhh” aku tersentak
Kesadaran dan akal sehatku datang terlambat. Seorang tukang becak tengah menindih tubuh mulusku, semuanya jauh dari khayalanku selama ini. Sangat jauh sekali…., hancur sudah khayalan indahku selama ini. Aku?? seorang gadis keturunan Tionghoa cantik jelita, berkulit putih mulus, bercinta dengan seorang tukang becak?? Aku menyerahkan tubuh dan kesucianku kepada Mang Sudin?? berbagai macam pertanyaan mencambuk hatiku, gairah binalku kembali berkobar, aku memohon pada Mang Sudin.
“Colokkkk Manggg…, colokkk terussss… ahhhhh……”
“Mau pake jari atau pake kontol Non ?? “ Mang Sudin memberikan-ku dua buah pilihan sambil terus menusuk-nusukkan kedua jarinya.
“Pake kontolll… unnggghh… kontollll… mangggggg….” aku menjawab dengan terbata-bata.
“Ha ha ha, boleh…, bolehhhh.., tapi nanti kalau mamang udah puas bikin memek non bucat pake jari….” 
Aku terengah, percuma saja aku memintanya untuk menyetubuhiku, mang Sudin sedang asik menusuk-nusukkan jarinya merojoki vaginaku.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaa…..! Mannnngggg Ouuhhhhhh….!! “ aku tambah kelabakan ketika jempol mang Sudin ikut memijiti clitorisku, matanya berbinar-binar menyaksikan tubuh mulusku yang mengangkang menggeliat-geliat dengan erotis, aku mati-matian menahan sesuatu yang hampir meledak di selangkanganku, rintihan-rintihanku semakin sering terdengar.
“Udah Nonnnn, nggak usah ditahan-tahan gitu dehhhh, nyerah aja…” Mang Sudin menatapku dengan tatapan mata mengejek
Jarinya semakin aktif menusuki vaginaku, jari jempolnya mengucek-ngucek clitorisku aku tidak mau..! tidakk, aku tidak mau, TIDAKKKKKKK……!! Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir rasa nikmat yang menghampiri-ku, Akkhhhh Crrrrttttttttt… crrrttttt…., aku roboh di bawah tatapan mata mesum Mang Sudin yang mengejekku. Mang Sudin menundukkan wajah mesumnya ke arah selangkanganku, terdengar bunyi menyeruput ketika mulutnya mengenyot-ngenyot vaginaku. Kedua kakiku menumpang di punggung mang Sudin sementara mulutnya masih asik mengenyoti selangkanganku. Tangan kiriku mengelus-ngelus rambut mang Sudin, sesekali tangan kiriku menekan belakang kepala mang Sudin sambil sedikit mengangkat vaginaku dan aku kembali menarik pinggulku ketika merasakan mang Sudin semakin lahap menyantap selangkanganku.
“he he he.. geli mangggg oohhhhhh…, nikmatttssshhhh….ampunnn manggg Ampunnnnnn he he he he” aku terkekeh merasakan emut-emutan nakal mengemut bibir vaginaku. 
Aku memekik sambil berusaha menarik vaginaku


Mang Sudin mengangkat kepalanya, ia menatapku sesaat, jemarinya mencapit dan membuka bibir vaginaku kemudian ia kembali membenamkan wajahnya di selangkanganku. Aku membelai-belai rambut Mang Sudin yang ikal, berkali-kali aku harus rela mendesah dan merintih ketika batang lidahnya menggaruk-garuk isi vaginaku, ohhhh…. Hhssshhh manggggg… hsssshhhhh, seperti itulah aku mendesah dan mendesis. Entah apa yang sedang dicari oleh batang lidah mang Sudin yang terjulur keluar dan berkali-kali menyelinap masuk kedalam belahan vaginaku, yang jelas aku menikmati gerakan batang lidahnya yang basah dan hangat.
“Owww… ihhhh.. mang Sudinnnnnnn…. “ aku memekik sambil menarik pinggulku
Ujung lidah mang Sudin mencokel clitorisku hingga aku tersentak nikmat. Aku mengangkangkan selangkanganku selebar-lebarnya ketika ujung lidah mang Sudin kembali mengejar daging clitorisku.
“Ahhhhhh…, owww….! .Owww maaaanggggg…Sudinnn, akhhhh…!!.” 
Tubuh mulusku berkali-kali tersengat nikmat ketika ujung lidah Mang Sudin mencolek-colek kelentit-ku. Aku bertahan agar kedua kaki mulusku tetap mengangkang lebar walaupun rasa nikmat dan geli itu begitu kejam menyiksa kemaluanku..
“Emmmmmaaahhhh… Ahhhhhhh….. Offffhhhhh…….Oooooo “mulut-ku ternganga-nganga lebar, 
Mataku yang sipit berkali-kali membeliak ketika mang Sudin melumat dan mengemut-ngemut daging clitorisku yang semakin menonjol, terkadang tangannya menepuk-nepuk permukaan vaginaku. Aku mengeluh ketika ia meremas gemas selangkanganku yang sengaja kukangkangkan selebar mungkin.
“Sini Nonnn…., mamang pengen disepong he heh e…” 
Kini mang Sudin yang duduk mengangkang disebuah kursi sofa panjang, aku merangkak dan berlutut dihadapan kedua kakinya yang mengangkang lebar, kedua tanganku menangkap batang penis Mang Sudin, aku agak gugup ketika menggenggam batang penis mang Sudin..
“Ha ha ha, santai aja nonnn, nggak usah tegang gituuu…, mamang jadi ikut gugup nehhhh….” Mang Sudin menyandarkan punggungnya ke belakang.
“Iyy.. Iya Mang.., Iyaaa….” aku berusaha mengendalikan diriku
Ternyata begini rasanya menyentuh batang penis seorang pria, ada rasa gugup, horny, ihhhhh…, penis mang Sudin sesekali berkedut dalam genggaman telapak tanganku.


“Koqq diemmmm…?? langsung diservice atuh Nonnnn, sampe jamuran nih mamang nunggunya…..”
Aku menuruti keinginan Mang Sudin, entah kenapa aku tunduk mengikuti keinginan seorang tukang becak yang seenaknya memerintahku. Aneh…, benar benar aneh, aku mulai mengocok-ngocok batang penisnya, hmmm, aku mengangkat wajahku, sambil mengocoki batang penisnya aku menatap wajah Mang Sudin yang tersenyum lebar, dengan nakal aku membalas senyumannya. 
“Enak ya manggg ?? he he he….” sesekali tangan kiriku mengelus dan meremas kepala penisnya, sedangkan tangan kananku mengocoki batang kemaluan mang Sudin. Aku terkekeh-kekeh ketika mata mang Sudin mendelik menatapku., mulutku meruncing dan meniupi batok penis mang Sudin. Fuuhhhhhh…., Fuuuuuuhhhh… Haaaaaahhhhhh… Fuuuuuuhhhh.
“Mangggg.. aku pengen dientot lagiiii….” 
“Ntarrrr…., kalau Non Anita bisa bikin kontol mamang bucat, baru Mamang kasihhh…..he he he”
“Idihhhhh…. Mang Sudinnnnn………” aku semakin giat mengocok dan meremas-remas batang penis Mang Sudin. Kepalaku meneduhi kepala penisnya dan Hummm….nyummmm…, kuemut dan kuhisap kepala penisnya sekuat yang aku mampu.
“WADOOOHHHHH…. GELO SIAHH…., ARRHHHHH… ANJINGGGG”
Kata-kata kasar mang Sudin membuatku semakin bergairah, kepalaku bergerak turun naik sambil menghisapi batang penis Mang Sudin. Kuletakkan rongga mulutku 1 cm di atas kepala penisnya. Haaaaahh.. Haaaaa….hh, Haaahhhhhhh….,kuhangatkan kepala penis mang Sudin dengan udara yang terhembus dari rongga mulutku. Sesekali ujung lidahku terjulur meruncing dan mengorek-ngorek lubang penisnya, kurang lebih sudah 10 meni-an aku berusaha memuaskan mang Sudin namun tampaknya ia tenang-tenang saja melayaniku yang sudah berusaha dengan keras.


“Mangg Sudinnnn… Aku pengennnnn…..maaanggggg , Ayooo Manggggg… entot aku lagi yaaaa….” aku merengek-rengek, bahkan hampir menangis, memohon pada seorang tukang becak yang tertawa senang menyaksikanku yang tengah tersiksa oleh gairah liarku.
“Yaa ha ha ha ha, tapi mamang pengen Non Anita yang di batas ya…, yukk sini naikkkkk…..mainnya harus yang liar ya kaya bondon, nggak usah malu-malu, ha ha ha ha ”Mang Sudin tidur terlentang mengangkang di atas kursi sofa panjang.
“Iyaa Mangggg…, Aku mauuuu, divatasssss…, liar kayak bondon “ 
Dengan liar kunaiki dan kukangkangi tubuh Mang Sudin yang hitam akibat terlalu sering tersengat oleh sinar matahati, tubuhku yang putih mulus mengangkangi tubuh seorang tukang becak berambut ikat bernama Sudin yang berusia seumuran ayahku yang tangannya tengah mengacungkan batang penisnya ke arah belahan vaginaku yang mungil. Kuarahkan vaginaku dan kuturunkan pinggulku, kepalaku terangkat ke atas, bibirku mendesis keras merasakan batang penis Mang Sudin kembali membelah belahan vaginaku, 
“HSSSSSSSSSSSSSHHHH… HSSSSSHHHH”, aku mendesis dan mendesis dengan liar sambil mendesakkan vaginaku hingga penis mang Sudin tertancap dan selangkangannya bersatu dengan selangkanganku, perlahan-lahan aku menggerakkan pinggulku, wajahku terasa panas karena jengah, tengah asik-asiknya aku menaik turunkan pinggulku.
“PLOFFHHH… Aaaaa.hhh… ke ken kenapa dicabut mangggg….”
“TADIKAN Non Janji, maennya bakal liar kayak bondon…!!, mana nih janjinyaaaaa…., jangan kaya partai-partai politik dongggg…cuma bisa mengumbar janji doanggg….ehh begitu udah dipilih malah menyengsarakan rakyat….,nggak inget sama wong cilik…, malah sibuk menaikkan gaji pegawai negri, tapi lupa sama kami-kami ini yang selalu menderita…..”
“Aduhh...Mang koq jadi masalah partai sichhh…, masukin lagi dooonggg…., Mang Sudinnnn…., ayo dong mangggggg” aku merengek-rengek dengan manja.
“YAWDAHH…, tapi yang liar dan binal ya Nonn…!!”


Mang Sudin kembali menempelkan ujung penisnya di belahan vaginaku. Kutekankan vaginaku ke bawah hingga penis mang Sudin kembali menyelusup kedalam cepitan vaginaku. Kali ini aku mengusir jauh-jauh rasa malu dan rasa risihku, kutegakkan tubuhku, kutatap mang Sudin yang melotot menatap susuku yang membuntal padat.
“HIAAAHHH…AHHHHH…AHHH … HIATSSSHHHH.” 
Dengan liar dan binal aku menaik turunkan pinggulku, kebinalanku dan jeritan-jeritan liarku disambut oleh mang Sudin dengan menyodokkan batang penisnya kuat-kuat ke atas. Kedua tangannya mengangkat dan menarik membenamkan pinggangku ke bawah hingga hempasan – hempasan vaginaku lebih kuat dan bertenaga karena dibantu oleh mang Sudin.
“Hiaaaahhhmpppphhhh crrrruttt crrutttt…..” aku kembali mengalami puncak klimaks.
“TERUS… TERUSSS Non AMOYY, Non nggak boleh berhenti biarpun memek Non udah bucatttt…TERUSSSSS…..!! “ Mang Sudin memaksaku untuk bekerja dengan lebih giat
Aku melolong keras untuk melepaskan nafsu dan gairah liarku yang terasa menyesakki dadaku. Pinggulku terus melompat-lompat turun naik di atas sodokan-sodokan kuat penis seorang tukang becak yang menggeram-geram dengan gemas sambil mendelikkan katanya menatap gerakan-gerakan buah dadaku yang semakin membuntal indah. Crut sekali lagi, cruttt lagi dan cruuttt lagii….akhirnya aku benar-benar terkulai lemas tanpa tenaga ketika kenikmatan puncak klimaks kembali berdenyutan menyedot tenagaku terakhirku hingga benar-benar habis. Tubuhku basah kuyup oleh cairan keringatku yang menetes dan meleleh dengan deras. Blukkkk… Mang Sudin membalikkan posisi kami. Kini posisiku di bawah tindihan tubuhnya yang sudah sama-sama basah banjir keringat seperti tubuhku. Pompaannya semakin cepat dan liar hingga aku terengah-engah kewalahan, cumbuan liarnya menghujani leher, bibir dan daguku. Lama sekali mang Sudin menggeluti tubuhku.
“NGAHAKKK…ANJIINGG..!! CRRROTTT…CROOOTTT“ 

Aku yang setengah tertidur terbangun mendengar suara seruan keras mang Sudin. Aku merintih lirih merasakan semburan spermanya yang panas di dalam cepitan vaginaku. Tubuhnya yang basah ambruk menindih tubuh mungilku. Aku berusaha membuka mataku, aku menengokkan wajahku dan menatap ke arah jendela. Masih terdengar suara rintik-rintik air hujan, gelap, segelap langkah pilihanku yang dibutakan oleh nafsu birahi yang liar dan binal. Aku memejamkan kedua mata sipitku, lalu tertidur kelelahan di bawah tindihan Mang Sudin. Tubuhku yang putih mulus tertindih oleh tubuh seorang tukang becak bertubuh hitam kekar berambut ikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar