Kamis, 18 Juli 2013

Alia, Perjalanan Kehidupan Seksku


Alia

Tiada lagi guna kata kata yang dapat diucapkan disaat ketokan palu hakim pengadilan agama, yang mensyahkan talaq tiga atas perceraian pasangan muda itu. Padahal segala daya dan upaya telah di lakukan sebagai langkah mediasi oleh kedua keluarga masing masing. Namun tak satupun dari nasehat dan anjuran dari orangtua mereka dapat menyatukan hati mereka kembali.Masing masing tetap keukeuh dengan keputusan untuk bercerai .Apalagi mereka tidak memiliki anak yang merupakan perekat perkawinan. Keduanya tetap bersikukuh dengan pendiriannya dan tak mau mengalah.Apalagi penyebab utama perceraian itu hanya sepele yaitu sang suami ingin istrinya fokus mengurus keluarga dan tak melupakan kewajibannya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Si istri tak mau begitu saja melepaskan karier yang ia rintis selama ini hilang begitu saja.Apalagi dengan status sebagai pegawai negeri sipil menuntutnya untuk selalu siap mengabdi dimana saja ditempatkan sesuai dengan sumpah jabatannya. David adalah potret seorang pekerja keras yang sedang menanjak kariernya di instansi `pemeraintah daerah tersebut.Tak henti henti ia terus belajar tanpa mengenal waktu dalam mengejar impiannya itu.Usianya yang masih 32 tahun sudah mampu menempati posisi yang cukup strategis di daerah tersebut. Begitupun dengan sang istri yang bernama Alia.Usianya juga masih muda, 28 tahun. Sebagai PNS ia terhitung cukup loyal dan cepat menanjak dalam karier. Dapat dimaklumi ia lulusan perguruan tinggi ternama di kota itu apalagi posisi ayahnya yang seorang pejabat teras di pemda setempat. Keduanya dijodohkan oleh orang tua mereka yang amat menginginkan mendapatkan keturunan yang baik dan sepadan dengan status sosial mereka dimasyarakat kota itu. 

Dan seperti sudah diperkirakan tanpa menemui kendala yang berarti keduanya pun saling suka lalu pacaran setahun lalu akhirnya sepakat menikah. Kedua orang tua pasangan ini amat bahagia melihat kedua anak mereka yang telah bersanding di pelaminan dengan pesta pernikahan yang amat mewah untuk ukuran daerah itu. Semua mata yang hadir amat terpesona melihat kemegahan acara resepsi pernikahan di hotel ternama kota itu. Pengantin laki laki dan yang wanita amat serasi dengan mengenakan pakaian kebesaran adat Minang. Keduanya memang berasal dari daerah tersebut. Dan undangan yang hadirpun dari kelas tertentu juga, terlihat dari penuhnya areal parkir di hotel tersebut oleh berbagai merek mobil ternama.

Sambil menyunggingkan senyum dan menyalami para undangan kedua pengantin terlihat amat bahagia.Kilauan lampu kamera untuk mengabadikan acara yang sekali seumur hidup itu dilakukan para potografer yang mereka sewa. Setelah semua undangan pulang dan acara resepsi selesai kedua pengantin pun bersiap siap untuk meninggalkan gedung hotel. Mereka pun terlebih dahulu melepaskan kostum adat yang mereka gunakan saat itu. Selesai membersihan sisa sisa make up,keduanya bersiap untuk pulang untuk honeymoon. Kini keduanya sudah resmi sebagai pasangan suami istri. Dengan diantar oleh sopir keluarganya, pasangan ini menuju luar kota ketempat rumah peristirahatan milik keluarga Alia. Semuanya sudah disiapkan oleh para pembantu mereka. Mulai dari makanan juga kamar yang akan ditempati pengantin ini berbulan madu. Beberapa jam kemudian mereka telah sampai di rumah itu untuk beristirahat. Setelah makan dan beristirahat sejenak mereka mulai masuk kamar. Ada rasa gugup yang mendera saat keduanya masuk kamar. Itulah saatnya bagi mereka untuk memasuki dunia baru dalam kehidupan mereka berdua.David pun terlebih dahulu mandi karena merasa tubuhnya amat gerah meski udara di desa itu amat sejuk.Selesai mandi David mengenakan kimono tidur, setelah itu Alia juga masuk ke kamar mandi untuk membersihan tubuhnya dari keringat juga make up saat resepsi tadi. Malam menjelang dan kedua pengantin itu kini sudah duduk berdampingan di atas ranjang pengantin yang berselubung kelambu warna pink itu. Berbagai rasa berkecamuk saat keduanya akan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai suami istri.David meraih jemari istrinya yang halus, lalu menciuminya. Perlahan ia kecup kening sang istri dengan perlahan. Alia sudah tahu yang meski ia lakukan malam itu, namun ia sepenuhnya hanya menurut saja apa yang akan dilakukan suami tercinta. Sebagai wanita, ia tak mungkin untuk lebih aktif atau mendahului suaminya. Kini ia telah menjadi seorang istri dan sepenuhnya telah menyerahkan diri pada David suaminya. Ia percaya suaminya akan mampu menunaikan kewajiban padanya. Perlahan ciuman suaminya terus merambat kepipi dan bibir mungilnya. Alia pun mengatupkan kedua matanya saat itu. Tubuhnya melemah dan menurut saat di peluk suaminya. Masih dengan mengenakan kimono tidur, Davidpun dapat dengan nyata merasakan kekenyalan payudara istrinya yang cantik itu. Alia mengikuti dan menikmati ciuman dari suaminya itu. Lidah mereka bertemu dan saling memilin. Bagi Alia ciuman itu bukanlah ciuman pertama, dulunya ia pernah berpacaran dan hanya melakukan ciuman sekali saja itupun dengan rasa takut akan sampai melampau batas.Apalagi pacarnya dulu tidak disetujui oleh orangtuanya karena perbedaan status sosial ekonomi mereka. Dengan berat hati keduanya pun berpisah.Kini Alia kembali menerima ciuman hangat di bibirnya dari laki laki yang sudah syah sebagai suami. Jadi tak ada rasa kuatir dan takut lagi. Dengan pengalaman yang ia miliki David pun mulai merangsang istrinya yang cantik itu.

Jari jari tangan David mulai aktif meraba dan membelai kedua buah dada istrinya dengan hati hati .Ia tak mau dianggap terlalu terburu nafsu. Masih dengan mengenakan kimono tidur Alia menikmati rabaan dan elusan jari jari suaminya di dadanya. Tanpa disuruhpun jari David lalu melepaskan tali pengikat kimono istrinya .Kimono itu ia jatuhkan di lantai kamarnya. Malam semakin beranjak seiring dengan aktifitas kedua pengantin yang meningkat. Tubuh Alia direbahkan di ranjang masih dengan dada yang tertutup bra warna hitam miliknya. Amat serasi dengan warna kulit Alia yang putih seperti pualam itu.Tak lupa David lalu menutupkan kain selubung kelambu ranjangnya.Alia diam dan menurut saja setiap gerakan suaminya itu. Rangsangan demi rangsangan membuat kulit putihnya mengeluarkan keringat dari pori porinya yang halus. Kedua terlihat amat gugup dan nervous.Bagi Alia ini adalah pertama kali ia sekamar dengan laki laki lain. Namun bagi David ia amat pengalaman karena sering berhubunga intim dengan wanita wanita lain sebelum mengenal Alia. Malam pertama pengantin itu,membuat semua ilmu dan kemampuan David seolah tak berguna. Kini ia bertindak sebagai suami dan semua tindakannya itu dilakukan dengan tanggung jawab. David menjadi grogi melakukannya pada tubuh mulus istrinya yang belum pernah dijamah laki laki. Perlahan dan pasti, David melepaskan pengait bra hitam milik istrinya dengan hati hati. Alia hanya memejamkan matanya. Tubuh putih milik Alia kini sudah terbuka bagian atasnya. Keringat dingin mulia merambati kulitnya yang halus terawat itu. Wangi tubuhnya mampu mendongkrak gairah David.Detak jam dinding di kamar itu mengiringi setiap langkah David untuk menunaikan tugas pertamanya itu.jari tangan David pun intens merabai bukit payudara istrinya itu. Dengan tekad yang tegar, David harus melaksanakannya malam itu. Tubuh putih mulus istrinya itu adalah miliknya. Sebagai suami ia tak boleh hanya melihatnya saja,namun harus ia pelihara dan jaga dengan segenap jiwa raganya.Alia kini diam menunggu perbuatan David. Setiap pori pori kulitnya seolah peka terhadap rangsangan suaminya itu. Inilah awal dari kehidupan baru yang harus ia jalani selanjutnya. Pilinan dan rabaan David pada putting payudara Alia yang masih kecil dan memerah itu berhenti.Davit memajukan wajahnya ke wajah istrinya. Ia cium dengan amat mesra wajah istrinya. Kuluman dan permainan lidah David membuat Alia semakin terbakar gairah. Beberapa saat saling mencium, David pun melepaskan tautan bibirnya di bibir Alia. Ia lalu memberikan cupangan cupangan di leher Alia. Alia hanya mampu meraih kepala suaminya. Keringat sudah membasahi segenap kulit keduanya. Puas memberi cupangan ia lalu turunkan wajahnya kearah buah dada Alia. Puting susu Alia ia gigit dengan lembut seolah memberikan berjuta aliran listrik pada Alia.Alia sudah terbakar nafsu dan hanya mampu memegang rambut suaminya. Cupangan cupangan membekas di dada Alia.Buah dada Aliapun sudah mengeras dan menegang.

David juga sudah amat siap untuk melakukan tahap selanjutnya di tubuh istrinya. Ia turun ke arah perut Alia yang rata dan putih itu.Ia jilati semua pori pori yang sudah berkeringat milik istrinya. Sedang kedua tangan Alia ia buka dan tahan dengan tangannya. Puas di perut istrinya, David pun turun ke arah pangkal paha istrinya yang sudah basah celahnya. Secara biologis Alia sudah siap untuk melakukan persenggamaan saat itu. Dan sebagai laki laki yang dewasa, David masih ingin memberikan yang terbaik bagi istrinya itu. Tangan David meraba celah kemaluan istrinya meskipun masih tertutup celana dalam merah. Kain sutra itu belum dilepaskan David. Di atas celah kemaluan milik istrinya itu David mendekatkan hidungnya. Ia membaui bau khas kemaluan seorang perawan. Celah itu sudah amat basah dan tanpa menunggu lama, Davidpun melepaskannya. Tampak Aliapun membantu suaminya itu melepas penutup terakhir tubuhnya. Tungkai kakinya yang panjang pun berusaha melepaskan kain sutra kecil itu. Kini kedua anak manusia itu sudah bersiap untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Alia sudah polos tanpa sehelai benang di tubuhnya, begitupun David dengan cekatan sudah melepas penutup terakhirnya. Dan kini keduanya sudah bersiap untuk menyatukan cinta dan raga mereka.Sempat Alia berkata.

”Bang,,,,Lia takut…abang jangan paksa jika nanti Lia kesakitan ya?” pinta Alia.

”jangan takut Lia….kita sama sama baru melakukannya,” terang David menenangkan istrinya yang terlihat takut dan kuatir.

David masih saja berbohong bahwa ia baru melakukannya pertama kali. Bagi Alia kata kata David itu amat ia percayai. Ia tak begitu tahu mana laki laki yang sudah pengalaman atau yang belum. Dan sugesti dari kata kata David tadi membuatnya rileks dan mau sedikit berkorban.

“Nah..Lia..buka pahanya” bisik David yang sudah tak sabar menahan nafsunya.

Dengan bantuan tangan ia buka kedua paha putih mulus milik istrinya itu.

”Mmmm..” kepala kemaluan David sudah menyentuh belahan kemaluan Alia yang di tumbuhi rambut halus itu.Alia hanya melengoskan kepalanya tak mampu melihat kelakuan suaminya itu.Rasa geli dan gatal di liangnya membuatnya hanya memejamkan mata.Dari buku dan obrolan temannya di kantor yang sudah menikah, Alia tahu pada hubunga sex yang pertama ini akan dirasakan sakit. Dan masih menurut temannya rasa sakit itu tak lama, nanti juga nikmat terang temannya lagi.

David berusaha keras memasuki liang milik istrinya,namun gagal. Peluh di sekujur tubuhnya sudah amat banyak dan jatuh ke tubuh istrinya. Ia berusaha sekuat tenaga dan perlahan lahan usahanya mulai berhasil.

“ugh,,,ugh,,,,Bang,,,sakit bang,,,,sakit!!” rintih Alia dengan wajah meringis.

David kasihan melihat keluhan istrinya itu. Ia pun menghentikan gerakan majunya. Padahal yang masuk baru kepala penisnya saja. Nafas Alia semakin memburu dan tubuhnya sudah mengkilap karena keringat.

“Apa sudah bisa abang lanjutkan Lia?” tanya David.

”Masih sakit bang,,,,Lia gak kuat” keluh Alia.

Sebenarnya David tak mau berhenti begitu saja. Ia sudah amat tak sabar sebagai laki laki ia harus tegas pada wanita. Apalagi malam ini di saat ia melakukan kewajibannya. Jika ia undur bisa jadi nantinya ia tak akan mampu menerobos kegadisan Alia, istrinya. Kini kepala penisnya masih menempel di celah Alia yang kecil itu. David lalu meraba buah dada istrinya. Benda itu masih menantang, Alia masih memejamkan matanya. Tampak tetesan air matanya di sudut kelopak matanya. Tanpa persetujuan Alia, David langsung masuk dan seolah ada yang menahan gerak maju penisnya di celah istrinya. Alia mendorong dada bidang suaminya agar menghentikan gerak majunya itu. Dan bisa diduga, David tak menghiraukan keluhan istrinya itu. Seperti menerobos kulit ari tipis akhirnya amblaslah sudah kemaluan David di dalam kewanitaan Alia. Alia menjerit kesakitan dan menangis sambil memukul bahu David.

“Abang,,,jahat…gak mau dengar kata kata Lia” erang istrinya.

David diam saja dan tak menghiraukan perkataan Alia.Namun ia masih mendiamkan penisnya di liang sempit milik istrinya. David belum bergerak, ia ingin mendiamkan dulu agar liang kemaluan istrinya bisa menyesuaikan diri dengan kemaluannya. Alia masih sesegukkan, sesekali merintih sakit saat ia menggerakkan tubuh bagian bawahnya. Bagi David saat itu yang penting ia sudah berhasil memerawani istrinya. Ia amat bangga atas keberhasilannya itu dan bersyukur telah dapat menunaikan tugasnya. Namun David masih menahan untuk ejakulasi. Ia masih merasa kasihan melihat kondisi istrinya yang kepayahan saat ia masuki tadi. Namun diam diam ia menarik kemaluannya perlahan dan dengan perlahan pula ia dorong kembali. Alia tak mampu melarangnya sebab adalah hak suaminya untuk melakukannya dan sudah kewajibannya juga untuk mengikuti.

Perlahan gerakan maju mundur kemaluan David mulai membuahkan hasil meski masih sedikit sakit dan nyilu di selangkangannya. Alia mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini alat kelaminya hanya ia gunakan untuk buang air kecil dan menstruasi. Rasa nikmat karena gesekan pertemuan kelamin keduanya mengakibatkan ranjang yang mereka tiduri jadi acak acakan seperti kapal pecah. Pertarungan birahi pengantin baru itu masih berlangsung.Intensitas gerakan menusuk dan menarik keluar kemaluan David membuahkan hasil. Alia mulai menikmati setiap tusukan kemaluan suaminya. Mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara lirih dan dengus nafas yang semakin berat. Beberapa saat kemudian Alia merasakan ada dorongan yang sangat kuat dari dalam dirinya terutama di organ kewanitaannya. Dorongan itu akhirnya meledak tanpa sempat ia tahan.Alia mengalami orgasme dan mencengkram kuat bahu suaminya yang sedang bergerak maju mundur itu. Alia akhirnya terkulai lemas kehabisan tenaga. Setiap sisi persendiannya seakan kaku oleh gelombang yang baru melanda dirinya.Sedangkan di organ kewanitaannya sudah amat basah oleh cairan cintanya dan melumasi batang penis David suaminya. Seolah dilumasi gerakan penis David semakin lancar keluar masuk organ kewanitaan Alia. Dan beberapa menit kemudian Davidpun klimaks dan menumpahkan spermanya di dalam rahim istrinya. Kedua tubuh suami istri itu menempel erat dan terjadilah peristiwa perkawinan mereka. Alia kini telah menjalani proses pembuahan untuk meneruskan generasinya. David amat puas telah berhasil memerawani istrinya dan menyirami rahim Alia dengan spermanya. Tubuh Davidpun akhirnya terkulai lemas diikuti dengan penisnya yang mengecil hingga keluar dan terlepas dari lepitan vagina Alia. Dari batang penis David terlihat lelehan sperma bercampur darah perawan Alia.Dia juga sempat melihat bercak darah di atas spreinya tidak banyak namun cukup jelas terlihat. David lalu merebahkan tubuhnya yang basah oleh keringat ke samping tubuh istrinya yang juga terkulai lemas. Keduanya akhirnya tertidur hingga subuh. Pagi pagi sekali Alia terbangun dan berusaha meraih kimono tidurnya. Namun rasa nyilu di selangkangannya membuatnya bergerak amat lambat. Dengan hanya mengenakan kimono tanpa sempat memakai celana dalam, Alia berjalan tertatih ke kamar mandi yang berada di samping kamarnya. Dalam kamar mandi ia sirami seluruh tubuhnya dengan air.Hawa dingin pagi dan air yang menyirami tubuhnya menjadikan tubuh sintal itu semakin segar. Tak lupa Alia juga membersihkan organ kewanitaannya yang penuh lengket oleh cairan cinta milik suaminya. Selesai mandi, Alia pun berjalan ke dapur dan kebetulan menemukan pembantunya Mak Sanah.

“Sudah bangun mak?” sapa Alia

”sudah dari tadi Lia..” jawab Mak Sanah yang adalah pembantu keluarga Alia

Semenjak ia kecil, mak Sanah sudah bekerja pada orangtuanya. Kebetulan Mak Sanah masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ayah Alia. Pagi itu di meja makan telah terhidang berbagai macam makanan bergizi tinggi. Makanan buatan Mak Sanah amat lezat dan sesuai dengan selera Alia. Selesai menata meja makan dan berbenah diri, Alia membangunkan David suaminya. Dengan malas malasan David mulai membuka matanya dan melihat sekeliling kamarnya sudah terang karena jendela telah terbuka semua. Alia pun minta David segera mandi.David hanya merasakan tubuhnya sedikit capai, namun ia kembali menoleh ke kain sprei dan nyata sekali ada bercak darah perawan Alia juga jejak spermanya yang mengering. Alia juga sempat memeperhatikan ke arah tempat tidurnya. Dengan malu ia berusaha melipat dan membersihkan ranjang mereka itu. Tak lama setelah mandi, pengantin baru itu pun lalu makan berdua dengan lahap, tak lupa mereka minum suplemen agar tubuhnya tetap fit. Selesai makan dan beristirahat, keduanya lalu duduk dan berkeliling bungalow milik ayah Alia itu. Keduanya melihat para penduduk yang bekerja di kebun kebun dekat bungalow. Tak lupa mereka pamit pada Mak Sanah dan minta suaminya Pak Sati untuk menemani berkeliling kebun milik ayah Alia. Dengan penuh hormat Pak Sati menemani mereka keliling kebun. Selama berjalan kaki ke kaki bukit,pasangan itu tak henti-hentinya saling berpelukan dan bergandeng tangan. Setiap bertemu dengan para pekerja, mereka selalu di kenalkan oleh Pak Sati bahwa mereka adalah putri dan mantu pemilik perkebunan itu. Dengan penuh hormat para pekerja yang juga penduduk desa itu menyalami suami istri itu. Selama perjalanan menglilingi kebun Pak Sati menjelaskan bahwa perkebunan itu milik kakek Alia dan diwariskan pada ayahnya. Pak Sati lalu bilang ia sudah hampir 40 tahun mengabdi di perkebunan itu. Semenjak ia masih bujangan terangnya lagi.Kini ia sudah berusia 60 tahun, anak anaknya sudah bekeluarga semua dan merantau ke kota lain. Dengan antusias pasangan itu mendengar penjelasan Pak Sati berikut masalah yang terjadi di perkebunan. Puas dengan jalan jalan keduanya kembali ke bungalow. Dengan diantar Pak Sati meraka sudah disediakan makan siang oleh Mak Sanah. Dengan basa basi David dan Alia minta agar suami istri itu menemani mereka makan bersama. Dengan sedikit menolak alias basa basi akhirnya mereka jadi juga makan bersama.

Malam harinya kegiatan pengantin baru itu berlanjut di tempat tidur. Mulai dari saling meraba hingga keduanya mengulangi persebadanan. Tak ada lagi jerit sakit dari mulut Alia. Kini ia sudah menikmati rasa sebagai wanita dewasa yang utuh. Kebahagiaan menyelimuti diri keduanya. Hingga pagi mereka terus mengulangnya beberapa kali sebelum kembali ke kota tempat mereka kembali memulai aktifitas. David kembali bekerja seperti biasa begitu juga dengan Alia. Hari hari kemudian mereka jalani dengan rutinitas yang padat. Bulan bulan pertama mereka jalani dengan suka cita hingga mencapai setahun mereka menjalani sebagai suami istri dengan berbagai macam prolema dan permasalahan yang dapat mereka lalui. Namun perlahan timbulah masalah itu. David menginginkan Alia mengurangi aktifitas di kantornya dan fokus untuk program punya anak. Permintaan suaminya itu di tolak Alia dengan alasan ia sedang di promosikan ke bidang yang lebih tinggi. Inilah awal penyebab pasangan ini sering bertengkar dan selalu ribut. Di rumah mereka yang asri selalu terjadi perang dingin. Masing masing ngotot dengan pendiriannya. Rumah seakan menjadi neraka bagi David, begitu juga Alia. Sebagai pelarian dari masalah itu, David menjadi sering kelur malam dan ikut clubbing bersama teman temannya hingga sering pulang malam dengan keadaan mabuk. Alia semakin tak peduli dengan kondisi rumahtangganya. Ia semakin asik dengan karier dan tugas tugas dari kantornya. Terkadang seminar ke luar kota atau meninjau proyek dan lain sebagainya. Sebagai wanita karier yang boleh dibilang sukses, Alia pun tak luput dari godaan teman sejawatnya. Mungkin karena ia masih muda, cantik dan keluarga terpandang memancing kaum adam untuk berusaha mendekatinya meski tahu Alia sudah bersuami.Godaan datang bukan saja dari temannya namon juga dari pejabat yang kadang ia temui. Namun sejauh ini Alia masih bertahan dan tetap mencintai suaminya. Tak pernah dia berpikiran untuk berselingkuh. Padahal kesempatan untuk berbuat demikian amat terbuka lebar. Ia tetap menjaga kehormatannya sebagai seorang istri hingga semua godaan itupun berkurang dan tak ada lagi. Melihat ketimpangan dalam rumah tangganya karena tak harmonis lagi, Alia berusaha menyadarkan David dan mengajaknya berbicara baik baik.

Karena di pengaruhi minuman dan beban pekerjaan yang berat membuatnya hilang kendali dan tanpa sengaja menampar wajah istrinya yang cantik itu. Alia menangis malam itu hingga besoknya mereka hanya saling bisu dan tak bertegur sapa. Namun akhirnya David minta maaf dan menyadari kesalahannya. Kemudian mereka mesra lagi dan diakhiri dengan berhubungan sex malam itu. Beberapa hari mereka terlihat rukun kembali. Namun kemudian bertengkar dan kadang saling menyalahkan. Tanpa sengaja David tanpa sengaja mengucapkan akan menceraikan Alia dan kemudian ia sadari kekeliruan itu. Puncak dari pertengkaran itu adalah David sudah tak bisa menerima tentang rencana Alia yang akan mengambil sekolah S2nya di luar propinsi. Semua karena adanya beasiswa dari instansi tempat kerja Alia. David tak mengizinkan dengan alasan yang masuk akal dengan memberi pilihan untuk mengambil master di daerah itu saja. Namun Alia ngotot hingga akhirnya merekapun tak bisa disatukan lagi. Setelah resmi menjanda Alia pun tetap melanjutkan program masternya di luar pulau.padahal jauh di lubuk hatinya ia ingin terus bersama David yang amat ia cintai. Namun semua sudah menjadi bubur, ia telah di cerai talaq tiga oleh suaminya itu.sambil menekuni pendidikannya Alia sedikit demi sedikit bisa melupakan kemelut dan kesedihannya. Sebagai mahasiswa program master di kota itu Alia mendapatkan berbagai macam teman dari berbagai daerah. Yogyakarta memang terkenal dengan kota pendidikan dan tak heran banyak berasal dari seluruh Indonesia bahkan luar negeri. Alia pun kost layaknya mahasiswa di kota itu dan bergaul dengan mahasiswa dari kota kota lain. Sungguh masa yang amat membahagiakannya dapat mengurangi kegundahan hati yang selama ini ia alami. Hari demi hari ia larut dengan aktifitas perkuliahan, kadang terlibat diskusi tentang mata kuliah yang diberikan oleh dosennya. Kelompok belajar mereka sering terlihat di perpustakaan kampus. Alia selalu bisa memberikan jalan keluar ataupun pemecahan masalah dalam setiap diskusi. Selain cantik ia juga memiliki otak yang cukup di perhitungkan diantara mahasiswa lainnya. Alia mendapatkan teman yang cukup brilian dalam bidang yang sedang mereka pelajari. Mahasiswa itu bernama Domi Stevanus dari Papua. Ia juga seorang PNS di daerahnya Timika dan di setiap pertemuan di kampus kelompok mereka selalu aktif dalam seminar seminar yang diadakan kampus. Tak heran antara Alia dan Domi selalu dekat dan sering bertemu di kampus dan juga kadang di pustaka. Keduanya amat menguasai bahan kuliah yang mereka pelajari. Hari berlalu hingga keduanya semakin dekat secara personal.Domi merasakan Alia amat enak untuk diajak diskusi mengenai apa saja.

Alia pun merasakan Domi amat enak diajak diskusi dan selalu nyambung. Selama ini ia merasa Domi adalah sosok laki laki Papua yang bertampang keras, dan memiliki pandangan berbeda dengannya. Secara fisik Domi memang tak seganteng kebanyakan mahasiswa pasca sarjana di kampusnya. Rambutnya ikal tak teratur dan sekujur tubuhnya hampir di tumbuhi bulu yang kasar.Apalagi pengaruh dari pemberitaan yang amat menyeramkan tentang kehidupan di Papua amat membuat Alia sedikit menjaga jarak. Dan kini semua pandangan Alia itu tidak terbukti.Domi yang berkulit hitam dan tampang keras itu ternyata baik. Domi sebenarnya telah memiliki seorang istri dan anak yang berusia 5 tahun di Papua sana. Sedangkan Alia tak memberitahukan statusnya yang menjanda itu. Ia merasa tak nyaman dengan statusnya itu. Setiap berangkat ke kampus maupun pulang Domi selalu berusaha untuk menyemput Alia dengan sepeda motornya. Kebetulan tempat kost mereka searah.Alia amat terbantu oleh bantuan Domi dan ia selalu berusaha untuk tak terlalu memberatkan temannya itu. Namun Domi dapat meyakinkan Alia bahwa ia tak repot sedikitpun malah ia merasa senang dapat membantu teman kuliahnya itu. Alia merasakan Domi amat memperhatikannya dan terkadang amat berlebihan, ia kuatir nanti Domi akan mencintainya dan meninggalkan keluarganya di Papua sana. Makanya selama ini Alia masih menjaga jarak dari Domi. Bagaimanapun perasaan wanita ini amat halus. Apalagi ia tak mau terlibat cinta lokasi dengan laki laki itu yang disadarinya banyak perbedaan. Selain budaya mereka amat berbeda, tingkat sosial ekonomi keluarga mereka juga berbeda. Alia mengetahuinya dari cerita Domi tentang kehidupan keluarganya di negeri asalnya. Dan yang lebih amat prisipil bagi Alia adalah kepercayaan mereka amat berbeda. Namun Alia tak mau nantinya dianggap terlalu membeda bedakan yang akan memperburuk keadaan.Alia masih saja bersama Domi di kampus terkadang makan bersama saat istirahat. Di antara kelompok mereka tak mempermasalahkan kedekatan kedua anak manusia itu. Bagi teman teman yang lain semua sah sah saja apalagi mereka memang jauh dari keluarganya. Malam di saat mereka pulang dengan berboncengan keduanya dihadang oleh brandalan yang mencoba memalak. Dan dengan sikap jantan dan berani sebagai putera Papua, Domi melawan berandalan itu. Perkelahian yang tak seimbang tak terhindarkan lagi. Dengan menjerit ketakuatan Alia berusaha minta tolong pada orang orang yang lewat. Sekumpulan orang orang yang melihat keributan itu, akhirnya dapat menghalau para brandalan. Domi mengalami luka memar di wajahnya.

Dengan bantuan masyarakat setempat, malam itu Domi diantar ke rumah sakit dan lukanya tak begitu parah. Domi diizinkan pulang.Alia dengan cemas menunggui Domi saat di ruang perawatan dengan rasa kuatir. Tak terlalu lama kemudian mereka pun pulang berdua dengan menumpang becak. Sepeda motor milik Domi dititipkan di rumah penduduk yang menolongnya tadi. Dengan becak mereka berdua menuju ke kos-an Domi. Sesampai di tempat kos Domi, Alia pun mengantarnya hingga ke kamar laki laki itu. Suasana kos Domi amat nyaman, jauh dari kesan tempat kos pria yang amat jorok dan gaduh. Domi membuka kunci pintunya dan masuk ke dalam.Tak lupa ia menyilahkan Alia masuk. Dengan perasaan cangung Alia masuk dan duduk di bangku yang berada dekat meja belajarnya. Domi mengucapkan terima kasih atas bantuan Alia padanya. Sambil menyuguhkan air putih buat diminum Alia. Alia menerima gelas dari Domi dan meminumnya karena dari tadi ia amat kuatir dan haus.Di saat dalam kamar itu Alia memperhatikan kamar Domi yang cukup bersih dan wangi. Laki laki itu cukup rapi dalam mengatur kamarnya. Jauh dari kesannya yang agak urakan dan kadang kotor itu. Sambil duduk di samping Alia, Domi berkata,

”beginilah kamar kos ku Lia, sederhana gak seperti kamar kos Lia yang cukup mewah itu”, sindirnya.

Wajah Alia memerah disindir begitu.

“Ah biasa saja koq,Bang” Alia memanggil Domi dengan sebutan Abang sebab Domi memang lebih tua darinya, “nah, aku sudah ngantar Abang ke sini dan sekarang aku mau pulang dulu ya”

Ia tak ingin berlama lama di kamar itu berdua lelaki Papua itu. Sambil berdiri Alia meraih tasnya.

“Lo..koq…cepat amat Lia?” tanya Domi, “Nanti biar kuantar” tahan Domi pada Alia sambil meraih jari tangan Alia.

Saat itu Domi secara tiba tiba begitu saja memegang tangan Alia. Alia merasa kaget. Sambil melepaskan tangannya dari genggaman Domi, Alia pun bilang harus cepat pulang karena ada tugas yang harus ia kerjakan. Domi kembali meraih tangan Alia dan menahan langkah wanita cantik itu.

“Alia…tunggu dulu…aku belum selesai bicara”, jelas Domi.

Alia pun membalikkan tubuhnya, ia tak ingin membuat kesan kurang baik pada Domi. Tanpa melepaskan genggamannya yang kokoh di tangan Domi, Alia memandang Domi.

“Ada apa lagi Bang?”

“Lia?” pelan suara Domi.

“Ya bang,,,ada apa?”

Domi dengan suara lambat langsung bilang,

“Aku…menyukai kamu Lia…!” serak suaranya tertahan.Alia sedikit kaget dan berusaha menetralisir sikapnya.

Ia sudah menduga cepat atau lambat Domi akan menembaknya juga. Untuk menenangkan hatinya yang masih bergemuruh karena ucapan Domi itu, Alia kembali duduk di kursinya tadi. Alia pun dengan sikap dewasa dapat menguasai hatinya. Dengan bijaksana ia bilang bahwa mereka tak mungkin saling mencinta dengan alasan Domi sudah menikah dan bagi PNS amat dilarang, apalagi kepercayaan mereka berbeda terang Alia lagi. Alia pun bilang ia tak ingin nantinya membuat masalah bagi keluarga Domi di Papua sana. Dengan sikap dewasa tanpa menyakiti hati Domi menolak cinta dari laki laki Papua itu. Domi pun bisa menerima jawaban Alia meski hatinya agak terluka. Namun Alia memberikan alasan yang masuk akalnya. Sejak kejadian itu hubungan Alia dan Domi tetap seperti biasa. Mereka sepakat merahasiakan kejadian itu kepada teman temannya yang lain. Alia salut dan simpati pada sikap Domi yang tidak menjauh darinya. Begitupun sebaliknya kini malah Alia yang sering minta bantuan Domi untuk menyelesaikan masalah di kampusnya. Terkadang Alia pun sukarela membantu tugas tugas kampus di tempat kos Domi hingga larut malam. Ia semakin senang atas persahabatan yang terjalin di antara mereka dan Domi adalah teman baiknya. Hingga akhirnya mereka dapat menyelesaikan pendidikan pasca sarjananya, hubungan Alia dan Domi tetap kompak. Dan di suatu malam saat mereka berdua mengadakan acara perpisahan di luar acara kelompoknya. Malam itu Alia dan Domi mengadakan makan malam di sebuah resto ternama di kota Jogja. Sehabis makan malam itu, Domi mengajak Alia ke kosannya. Domi ingin memberikan sesuatu pada Alia. Sesampai di kosannya, Domi meenutup mata Alia.

”Apa sich Bang? koq pakai tutup mata segala?” tanya Alia.

“Tenang…jangan bertanya ya” jawab Domi sambil mengambil jari Alia.Domi memasangkan sebuah cincin yang ia beli untuk Alia.

Setelah cincin terpasang di jari manis Alia, Domipun membuka kain penutup mata Alia. Alia amat terkesan oleh sikap temannya itu.

”Bang, cincinnya amat bagus”sahut Alia takjub.

”Ah itu sebagai tanda cinta yang tak kesampaian dari aku…Lia” terang Domi.

Alia merasa serba salah saat mendengar kata kata Domi malam itu.

”Berarti abang gak iklas ya….beri cincin ini” jawab Alia.

”bukan begitu,,Lia, biarlah cincin itu jadi kenangan bagi Lia….jika kita sudah berpisah” serak suara Domi saat itu.

Mendengar penuturan Domi saat itu membuat Alia serasa bersalah. Ia lalu memeluk tubuh kokoh Domi.

“Abang….jangan merasa begitu bang, Lia amat senang pada Abang, namun status kita berbeda bang” jelasnya.

Kedua anak manusia itu semakin merasa sedih sebab mereka akan terpisah karena tugas sebagai PNS sudah menunggu di daerah masing masing. Sambil berpelukan keduanya saling mengucapkan kesedihan hati masing masing. Berbagai hal telah mereka lalui suka duka sebagai mahasiswa. Domi pun masih memeluk tubuh ramping dan wangi itu. Tubuh kokohnya seolah menelan tubuh Alia. Domi dapat merasakan denyut jantung dan gelembungan payudara Alia. Wangi rambut sang wanita pujaan terhampar di depan hidungnya. Tanpa ada suara dan penolakan dari Alia, Domi memberanikan diri mengecup rambut Alia. Tangannya lalu menggangkat wajah rupawan itu. Lalu ia kecup bibirnya beberapa saat. Alia merelakan bibirnya di jelajahi oleh bibir tebal temannya itu. Ia ingin temannya itu tak sedih lagi. Sebagai sahabat ia akan memberikan yang terbaik asal sahabatnya itu bahagia. Dari ciuman dan belaian tangan Domi di tubuhnya membuat Alia semakin larut. Ia merasakan gairahnya yang selama ini mati sejak perceraian dengan David. Alia merasakan kembali sesuatu yang hilang selama ini dari hidupnya. Ia tak lagi mempersoalkan dengan siapa ia melakukannya saat itu. Sosok Domi yang jelek dan urakan itu mampu membuatnya semakin terbakar birahi. Pori pori halus di kulitnya yang putih itu mengeluarkan keringat. Alia merasa kepanasan saat dirabai tangan tangan kokoh milik Domi. Domi ingin memberikan kenangan yang amat berkesan pada gadis pujaannya itu. Malam itu ia ingin memberikannya pada Alia. Tanpa suara dan perintah lagi, Domi berhasil meraba dan memilin buah dada Alia.Alia sedikit kaget, namun semua dapat dikalahkan oleh birahinya. Dalam hatinya berperang antara rasa malu, dosa dan etika. Ini adalah pertama dalam hidupnya bermesraan dengan laki laki lain tanpa ikatan yang jelas.

Tangan Domi semakin bebas di tubuh Alia dan semua pakaian yang dikenakan Alia dapat ia lepaskan hingga tersisa bra dan celana dalamnya saja. Alia merasa malu dan berusaha menutupi tubuh mulusnya dengan tangan. Namun Domi dapat memberikan rasa nyaman pada Alia hingga ia merelakan bra nya yang bernomor 34b di lepas. Kedua mata Alia terkatup menahan malu. Hawa dingin dalam kamar itu membangunkan bulu bulu halus di tangan, tengkuk, dan pori pori Alia. Ia lalu merasakan rabaan tangan kasar di tangkup payudaranya. Dengan lembut dan hati hati jari jari Domi memilin putting susu Alia yang masih kecil itu. Domi amat takjub akan kehalusan dan kemulusan kulit Alia. Selama ini Alia amat rajin merawat kulit dan kecantikannya. Domi merasakan ini anugerah terindah dalam hidupnya. Selama ini ia hanya pernah menggauli istrinya dan selama di Jogja ia pun rajin ke lokalisasi untuk menyalurkan hasrat seksnya. Kini ia berharap bisa menyalurkan hasratnya yang hanya di angan itu pada Alia. Wangi parfum yang di gunakan Alia juga mendongkrak nafsu Domi. Antara sadar dan pikiran yang berkecamuk di kepalanya, Alia seakan mabuk oleh gairah yang datang. Bagaimanapun Alia pernah merasakan kenikmatan hubungan suami istri. Namun malam itu ia akan mendapatkannya dari laki laki yang bukan suaminya juga kekasihnya. Haruskah ia menyerahkan diri pada Domi saat itu. Perlahan tapi pasti Domi akan menggaulinya. Alia masih bertahan dengan sikap diam dan menerima saja perlakuan temannya itu. Alia pun seakan tersihir kenapa ia mau di telanjangi oleh laki laki itu. Dalam peperangan dalam bathinnya saat itu Alia merasakan tubuhnya semakin ringan dan cenderung menuruti kemauan Domi. Tanpa disadari Alia, entah bagaimana caranya kini Domi sudah telanjang di depannya. Tubuhnya hitam berbulu dan banyak gambar tattoo di paha dan dadanya. Alia pun dibaringkan Domi ke kasurnya yang empuk. Pintu kamar sudah ia kunci dari tadi. Kini tubuh mulus Alia tergolek pasrah di ranjang kamar Domi. Satu satunya penutup tubuh Alia saat itu hanyanya celana dalam sutra miliknya. Kain kecil hitam itu kini sudah basah di celahnya. Alia tak mampu menyaksikan tubuh Domi yang sudah berada di atas ranjang berdua dengannya saat itu. Alia tahu sesuatu yang terlarang akan terjadi malam itu. Namun saat itu ia tak kuasa melawan keadaan yang menimpanya itu.

Bahasa tubuhnya seolah merestui perbuatan yang akan mereka lakukan berdua. Namun otak dan hati Alia tegas menolaknya.Pikirannya itu terhapus saat Domi melepas penutup terakhir tubuh Alia.Dengan tangannya Alia berusaha menahan gerakan tangan Domi yang akan menarik lepas kain penutup kewanitaannya itu.Namun kembali tangan Alia tak mampu menahan laju lepas celananya.Kini liang kewanitaannya sudah terbuka dan penuh oleh lelehan air kewanitaannya. Domi sungguh merasa beruntung dan sulit diungkap dengan kata kata saat itu. Tubuh polos Alia amat menbuatnya tak mampu berkata karena sungguh amat sempurna tanpa cacat sedikitpun. Kini tubuh itu tergolek pasrah menunggu gebrakan Domi selanjutnya. Domi penciumi dahi Alia yang sudah basah oleh keringat, lalu turun ke leher yang di hiasi seuntai kalung emas dan memberikan cupangan di leher jenjang milik Alia. Tangan Alia seolah menggerumas rambut ikal Domi agar terus di dadanya. Lidah Domi tak henti hentinya menjilati leher, telinga dan juga tengkuk Alia tanpa lelah. Semua itu dilakukan Domi sebagai perwujudan rasa cintanya yang besar pada Alia. Dari leher lidahnya tak lupa mengulum bibir Alia dengan amat lembut. Ciuman panjang dilakukan Domi agar Alia rileks dan kuatir padanya. Tangan kiri Domi turun ke arah liang sanggama Alia dan membelai kawah yang berbulu halus itu. Alia terperanjat kaget oleh rabaan jari kasar Domi. Ia merasa geli dan menghentakkan kakinya di kain sprei. Tangan Alia turun dan berusaha menahan laju jari Domi yang sudah merangsek masuk. Tarikan tangan halus Alia pada tangan Domi untuk menjauhi area terlarangnya itu berhasil. Wajah Domi turun kearah payudara Alia. Lidahnya menjilat setiap inci kulit tubuh Alia. Keringat yang keluar dari pori pori Alia ia hisap tanpa jijik sedikitpun. Kedua buah dada Alia intens ia jilat dan belai dengan mulutnya, tak lupa ia beri cupangan di sekujur lingkar dada itu. Basah keringat kedua anak manusia berbeda suku itu semakin menyatu. Tubuh hitam kekar dan penuh bulu milik Domi kontras dengan tubuh putih mulus milik Alia di bawahnya. Gerakan Domi semakin turun ke perut yang rata dan pinggang yang ramping itu. Jilatan lidah Domi tak berhenti hingga akhirnya sampai di liang sanggama Alia. Lidah kasar dan kesat milik Domi masuk ke liang Alia yang masih sempit dan memang sudah tak perawan itu. Domi merasa lidahnya masuk tanpa halangan kedalam kemaluan Alia.

Ia tak tahu bahwa Alia adalah janda kembang. Namun liang itu ia rasakan masih rapat, sebagai laki laki ia tahu mana yang perawan dan yang tidak.Untuk menanyakan pada Alia ia merasa tak enak hati. Sekarang ia hanya ingin menuntaskan hasrat mereka berdua saja dulu. Rasa asin dan lelehan lender dari liang Alia tak membuat jijik Domi. Alia merasakan liangnya kini semakin sensitif setelah hampir 2 tahun ia bercerai dan tak pernah digunakan lagi untuk bercinta. Semenjak bercerai ia hanya menggunakan liangnya untuk kencing dan menstruasi. Tak capai menjilati liang dan klitoris Alia, Domi tetap melakukannya. Kepala Domi berada di antara paha mulus Alia. Tangannya sesekali memilin buah dada wanita muda cantik itu. Hingga akhirnya Alia tak mampu menahan ledakan orgasmenya yang pertama sejak bercerai. Alia menjepit kepala Domi dengan kedua pahanya dan tubuh mulus penuh keringat itu menegang. Rembesan air cinta dari kemaluan Alia di hisap Domi hingga tandas. Tubuh Alia terhempas dan diam dengan deru nafas yang terdengar sayup sayup. Mmmmm…uh, dadanya bergerak teratur mengikuti hembusan nafasnya yang sudah menurun. Rasa nikmat yang ia rasakan mampu mengalahkan rasa nikmat yang pernah ia rasakan saat bersebadan dengan mantan suaminya dulu. Dalam kelelehan menikmati orgasme saat itu, Alia tak menyadari bahwa Domi masih membersihkan liang sanggamanya dengan lidahnya. Domi amat bahagia melihat Alia sudah mendapatkan orgasme dengan sempurna tanpa coitus. Domi turun dari ranjang dan menuangkan air minum. Ia lalu minum dan satu gelasnya lagi ia berikan pada Alia. Alia menerimanya dan langsung meneggaknya. Ia amat haus dan tubuhnya yang basah oleh keringat mulai tenag dan kering. Saat ia minum itu, kesadarannya muncul. Terbayang olehnya mantan suaminya, David saat itu. Alangkah bahagianya jika saat itu David yang melakukannya. Bagaimanapun dalam hati Alia masih menyimpan rasa cinta kepada mantan suaminya itu. Ia telah berbuat sesuatu dosa, ia harus berhenti sampai dan tak melanjutkannya lagi. Dengan tubuh masih lelah karena aktifitas barusan bersama Domi, Alia berusaha memunguti pakaiannya. Domi heran melihat Alia saat itu yang mulai kembali mengenakan pakaiannya. Mulai dari celana dalamnya lalu bra dan celana panjang hingga kemejanya. Alia lalu menyisir rambutnya yang kusut saat itu. Sambil berkata,

”Bang, Lia minta maaf, Lia sudah amat bersalah pada Abang. Seharusnya yang tadi tak usah terjadi Bang” kata Alia tegas, “namun semua Lia lalukan karena Lia amat sayang pada Abang dan tak ingin menghancurkan rumah tangga Abang”,jelasnya lagi.

Mendengar kata kata tegas Alia itu Domi memakluminya dan dalam hatinya ia telah dikecewakan untuk kedua kalinya oleh wanita ini.

Sebagai seorang yang telah dewasa dan berpengalaman Domi menyadari yang mereka lakukan tadi salah dan terlarang. Alia lalu menatap mata Domi yang tersirat rona kekecewaan karena tak dapat menuntaskan permainan tadi hingga tuntas. Alia minta Domi untuk bersiap mengantarnya pulang, sebab telah larut pukul 00.30 saat itu. Domi pun memunguti pakaiannya dan tanpa mengenakan celana dalam ia pakai celana katun dan kaos oblong. Alia sempat melihat dengan nyata kemaluan Domi yang hitam tak disunat itu menjuntai amat panjang dan besar. Tak terbayang di kepalanya jika benda sebesar itu mengaduk aduk kewanitaanya. Selesai mengenakan pakaiannya Domi pun berjalan mengikuti Alia yang sudah membuka pintu kamar. Keduanya lalu berboncengan dengan sepeda motor Domi menuju rumah Alia. Meski malam sudah larut, namun suasana kota masih terlihat ramai oleh anak anak muda yang menghabiskan malam dengan makan makan di lesehan kota itu. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam membisu. Alia yang duduk di belakang Domi hanya memandang suasana malam yang masih ramai. Tiba tiba Domi menghentikan laju sepeda motornya dan menepi pada sebuah warung lesehan.

“Lia…kita makan dulu ya..perut dah lapar amat nih” kata Domi.

Alia juga merasakan lapar di perutnya malam itu menyetujui usul Domi itu karena ada benarnya. Mereka duduk di lesehan sambil memesan makanan. Tak lama makanan yang mereka pesan siap dan mereka pun menyantapnya dengan lahap. Sambil makan Domi selalu memuji Alia yang begitu kuat iman dan bias mengalahkan gejolak dirinya sendiri. Dalam percakapan itu, Alia lebih banyak mendengar obrolan Domi. Dalam hatinya ia merasakan bahwa Domi memang seorang laki laki baik dan menghargai wanita. Padahal tadinya ia bisa saja digaulinya dan tinggal selangkah lagi. Alia merasa dirinyalah yang telah memancing Domi hingga mengecewakan temannya itu. Kini Alia dapat merasakan Domi bukanlah hanya teman biasa, namun laki laki itu amat menjaganya dan mampu menjaga kehormatannya. Selama ini ia telah menyalahartikan perhatian Domi yang ia kira hanya untuk bersenang senang dan mengisi kekosongan hati mereka selama di kota ini. Namun Alia menyesali kenapa perasaan sayangnya pada Domi baru timbul malam ini, di saat mereka sudah menyelesaikan pendidikan dan beberapa minggu lagi akan kembali ke kota masing masing.

Jauh di lubuk hatinya ia dapat menerima Domi meskipun terjadi perbedaan suku dan kepercayaan di antara mereka. Padahal selama ini ia selalu mau menunggu Domi beribadah dulu pada sebuah gereja sebelum mereka pergi jalan jalan. Perbedaan sosok Domi dengan laki laki lain tak lagi ia pikirkan. Perasaan yang berkecamuk di benak Alia membuatnya semakin pusing. Setelah membayar pada pemilik warung mereka berdua menaiki motor dan berjalan kearah kontrakan Alia. Tak lama kemudian mereka sampai di depan kontrakan, Alia pun turun dari motor sambil mengucapkan terima kasih pada Domi. Domi pun pulang ke kosnya. Di dalam kamarnya Alia membersihkan tubuhnya yang memang sudah penuh dengan keringat dan jejak cupangan Domi. Selama ia membersihkan tubuhnya Alia kembali teringat perbuatan mereka berdua di kamar Domi tadi. Setelah membersihkan tubuhnya Alia pun mengenakan kimono tidur dan berbaring di ranjangnya,dan tertidur. Esoknya Alia kekampus untuk menyelesaikan segala macam urusan kemahasiswaan yang telah ia lalui. Kembali ia bertemu Domi yang saat itu juga menyelesaikan administrasinya. Setelah menyelesaikan semuanya Alia masih memiliki waktu 2 hari di kota itu. Dan selama itu ia selalu terlihat berdua dengan Domi ke tempat tempat wisata di Magelang yang tak terlalu jauh dari kota itu. Meskipun Domi yang bertampang tak sebanding dengannya, Alia tak malu berjalan sambil bergandeng tangan dengannya. Terkadang mereka berpelukan sehingga membuat heran orang yang berpapasan dengan mereka. Bagi Alia itu bukanlah seberapa, padahal malam kemarin ia hampir saja menyerahkan kehormatannya pada laki laki tanah Papua itu. Dengan sangat gembira mereka menyusuri jalan dan menikmati hawa sejuk pegunungan. Mereka merasa lelah keduanya lalu masuk kesebuah restoran dan memesan makanan. Sambil bersenda gurau keduanya menghabiskan makanan dengan lahapnya. Tak terasa waktu menghukum mereka untuk segera pulang, namun keduanya seakan berat meninggalkan tempat itu. Dengan sedikit memeberanikan diri Domi berkata,

”Lia..kita nginap disini yuk, kan alamnya asik”

Alia mendengar saran Domi itu hanya diam dan balik menjawab,

”mmm….tapi jangan macam macam ya, awas!” ancamnya sambil mengepalkan tinju pada Domi.

“Oke” jawab Domi sambil merangkul bahu wanita muda itu.

Keduanya lalu menuju ke sebuah bungalow yang tak terlalu jauh dari restoran itu. Setelah menyelesaikan pendaftaran di repsesionis, keduanya diantar seorang pelayan wanita menuju ke sebuah bungalow. Suasana senja dan lingkungan alam bungalow itu amat indah. Dalam kamar bungalaow mereka hanya duduk dan saling berbincang tentang rencana setelah sampai di daerah masing masing. Domi berjalan ke arah Lia yang saat itu duduk di ruang depan kamar. Sambil meraih jari tangan wanita cantik itu, ia lalu membawa jemari Lia ke mulutnya dan diciumnya. Lia memperhatikan tingkah laki laki tanah Papua itu dengan sikap diam. Kini ia benar benar merasakan ketulusan cinta dari seorang laki laki, namun berbagai perbedaan di antara mereka seakan jadi batu penghalang. Selain Domi sudah berkeluarga juga diantara mereka berdua juga berbeda kepercayaan. Cinta yang bersemayam di hati Lia semakin dalam pada laki laki itu. Dan dengan kekuatan yang ia miliki itu Lia mengizinkan Domi untuk mengecup bibirnya senja itu. Tanpa ada kata yang terucap diantara mereka,keduanya larut dalam cumbuan bibir dan rabaan ditubuh Lia. Gertakan Lia pada Domi saat akan masuk ke bungalow tadi seolah tak berlaku. Dengan gerakan yang pasti dan penerimaan Lia yang pasrah, Domi terus saja membelai setiap titik sensitif di tubuh wanitanya itu. Kini Lia terlihat pasrah dan membalas setiap kuluman lidah Domi. Begitupun tangan kekar berbulu miliknya intens meraba payudara indah yang menggantung di dada Lia. Lia tak melarang setiap remasan dan belaian laki laki itu. Walaupun masih mengenakan pakaian luar, namun Lia dapat merasakan hangatnya hembusan nafas Domi dan jelajahan tangan kekar di dadanya. Dengan berani Domi lalu melepas kaos yang dikenakan Lia, tak ada penolakan sama sekali. Kini kulit putih bercahaya milik Lia sudah terpampang di depan laki laki yang ia cintai itu. Meski masih mengenakan bra berwarna hitam yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih dan bercahaya. Tak susah bagi Domi untuk melepas pengait bra hitam merk Wacoal bernomor 34b dari tubuh Lia. Sekali sentakan jari hitam miliknya di punggung Lia benda itu jatuh ke lantai. Alia terlihat menikmati setiap elusan dan rabaan tangan Domi kekasihnya itu. Matanya hanya mampu memejam dan nafasnya serasa berat. Tanda tanda birahi mulai menyerangnya. Tak ada tanda marah atau penolakan dari Lia saat kedua balon payudaranya diraba tangan hitam milik Domi. Terlihat Domi amat bernafsu dan berniat untuk terus maju melaksanakan niatnya yang telah lama terpendam pada tubuh Lia kekasihnya. Apalagi mereka akan berpisah setelah menamatkan pendidikannya. Setiap elusan dan pilinan jemari Domi di kulit dada Alia mampu memacu nafsu dan gairah wanita cantik ini. Domi menyadari Alia pasrah menerima setiap sentuhannya. Sebagai laki laki dewasa dan kaya pengalaman ini tahu bahwa kinilah saatnya untuk mewujutkan impiannya dan juga impian Alia sebagai wanita dewasa.

Bagi Alia kini mau menerima perlakuan Domi yang telah ia anggap sebagai kekasih dan malam itu adalah malam terakhir mereka untuk berpisah. Jadi sebagai kekasih Alia ingin memberikan sesuatu yang berharga untuk kenangan pada kekasihnya. Walau pada awalnya ia seakan ragu dan kuatir, namun rasa nyaman dan ketulusan Domi selama ini padanya menambah percaya diri untuk memberikannya. Kini kali kedua Alia bertelanjang dada menuju bugil bersama laki laki itu. Domi adalah laki laki kedua setelah David mantan suaminya yang melihat keindahan tubuh sintalnya. Rasa malu dan risi sebagai wanita baik baik dan terhormat mulia tergerus oleh nafsu birahi yang menggerogoti jiwa dan raga Alia saat itu. Perlahan dan bertahap Domi mulia melepaskan celana panjang yang dikenakan Alia. Tak sulit melepas celana panjang dari kedua kaki Alia, karena respek Alia yang mau mengikuti alunan birahi Domi tanpa berusaha menahan gerakan tangan nakal laki laki Papua ini. Terpampang di depan Domi kedua paha putih mulus dan ditumbuhi bulu halus yang terawat. Sedang celana dalam putih yang masih menutupi liang kemaluan kekasihnya itu ia biarkan masih di tempatnya. Kini Alia tergolek pasrah di ranjang kamar bungalow itu menunggu tindakan dari Domi. Ciuman bibir Domi ke mulut Alia diterima dan dibalas Alia. Lidah keduanya kembali menyatu, begitu juga kedua tangan Domi sibuk memilin dan meremas kedua bukit payudara kekasihnya itu. Keringat mulai membasahi kedua tubuh anak manusia yang sedang memadu cinta ini. Merasa tubuhnya gerah dan tak bebas, Domi pun melepaskan tshirt yang ia kenakan hingga celana dalamnya. Tak terlalu susah iapun kini bugil. Tampak tubuhnya yang kekar hitam dan ditumbuhi bulu yang amat kasar mulai merangkak naik ke atas ranjang tempat Alia terbaring. Sebelumnya Domi sempat mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu meja yang berada di samping ranjang yang mereka gunakan. Suasana semakin romantis denagn hanya diterangi lampu tidur yang 5 watt. Cuaca diluar kamar saat itu memang dingin namun dalam kamar terasa panas oleh aktifitas kedua anak manusia ini. Tubuh Alia seakan magnit yang mampu membuat Domi semakin ingin memasukinya. Ciuman bibir dan cupangan di sekujur leher jenjang hingga dinding payudara Alia semakin intens dilakukan Domi. Malam itu ia ingin memberikan yang terbaik bagi kekasihnya itu. Kepasrahan sikap Alia saat itu amat membantunya melancarkan aksi pada tubuh sintal dan indah itu. Tubuh tanpa cacat itu seolah menantangnya melakukan hal selanjutnya. Keringat yang membasahi mulai dari dahi hingga paha Alia seakan memancing Domi untuk lebih kerja keras lagi. Alia juga merasakan di setiap pori pori kulitnya semakin sensitif menerima rabaan tangan Domi. Dalam hati ia ingin Domi cepat cepat melakukan penetrasi kedalam rahimnya, namun sejauh itu, Alia belum merasakan Domi akan melakukannya. Alia sudah lama tak tersentuh laki laki apalagi ia pernah merasakan yang namanyan nikmat bersebadan. Domi lah laki laki yang kini ia harapkan mampu mengisi kekosongan bathin dan gairah yang selama ini menderanya, meski hanya untuk malam ini.

Domi amat ingin memberikan kesan yang mendalam pada Alia malam itu. Ia tak jijik dan malu mulai menjilati kulit tubuh Alia dari dahi hingga telapak kaki Alia. Keringat yang keluar dari pori pori Alia ia hisap tanpa terlewat sedikitpun. Namun saat kepalanya turun dekat kemaluan Alia sengaja tak disentuhnya. Perlakuan Domi pada tubuh Alia saat itu dirasakan Alia amat menyanjungnya, belum pernah ia melihat laki laki yang mau seperti itu sehingga ia yakin untuk menyerahkan miliknya yang paling beharga itu pada Domi. Meskipun diantara mereka berbeda suku, budaya dan juga kepercayaan. Namun melihat kesungguhan Domi Alia semakin yakin dan tak merasa ragu lagi. Puas menjilat dan meremas payudara Lia yang semakin tegak dan memerah, Domi pun mulai menjelajah ke arah kemaluan wanita muda itu. Masih mengenakan celana dalamnya, jari tengah Domi mulai meraba garis simetris yang membelah kemaluan Alia. Gerakan jari Domi membuat Alia semakin merasa geli dan terangsang hebat. Dengus nafasnya seolah memohon agar Domi segera memasukinya. Domi terlihat masih ingin berlama lama di atas kemaluan kekasihnya itu. Garis simetris itu telah basah dan kain sutra yang menutup liang sempit itu memang basah oleh keringat dari paha dan pinggul wanita itu.Dengan jari Domi mulai masuk ke celah sempit dan kecil yang menyimpan berjuta kenikmatan itu. Saat jari kasar Domi merangsek masuk Alia terkejut dan menahan laju jari Domi. Tampak Alia tak benar benar menahan gerakan tangan Domi. Kedua tangan Alia malah menarik kepala Domi menuju kebuiah dadanya. Sambil menjilati kedua payudara Alia, jari Domi juga tak tinggal diam. Jarinya seolah memiliki mata menemukan daging kecil atau klitorisnya Alia. Dengan amat lambat jari jari Domi memilin dan memainkan daging kecil itu. Alia semakin tak bisa menahan birahinya. Dengus nafasnya semakin berat dan mulai keras. Tanpa bisa ditahannya, akhirnya Alia orgasme. Tubuhnya menegang, kedua tangannya mencengkram kuat rambut Domi yang keriting itu. Perlahan deru nafas Alia semakin melambat dan tubuhnya melemah dan tak lagi mengerumas kepala Domi. Dari liang kemaluannya Domi menarik jarinya yang dipenuhi oleh cairan cinta dari rahim Alia. Domi lalu menjilatnya hingga tandas tanpa jijik sekalipun. Kemudian kepalanya turun ke arah liang yang kini basah oleh cairan cinta Alia. Dengan lidahnya Domi membersihakn liang kemaluan Alia hingga bersih. Alia semakin tak kuasa melihat besarnya cinta laki laki tanah Papua itu pada dirinya. Setelah liang kemaluan Alia bersih dari lendir orgasmenya,Domi memberikan jeda waktu pada Alia untuk beristirahat beberapa menit.

Merasa Alia sudah pulih kesadarannya dan selesai minum air mineral yang telah tersedia. Domi kembali membelai dan mencoba memancing nafsu birahi Alia kembali. Alia merasakan tubuhnya semakin rileks dengan keadaan sekarang setelah orgasme. Tanpa susah payah lagi Domi kembali membangkitkan nafsu wanita itu. Elusan jari Domi di titik sensitif mulai dari payudara, pangkal paha, menyadarkan Alia tentang keinginan kekasihnya itu. Tanpa ada kata yang terucap, Alia memberi akses yang lebih pada Domi untuk mengekspos tubuhnya. Kini ia sudah mulai siap untuk tahap selanjutnya. Alia juga telah melihat kemaluan Domi yang tidak disunat itu sudah tegak dengan perkasanya. Meskipun tak disunat, namun kepala kemaluan laki laki itu terlihat amat kuat dan kasar. Ukurannya panjang dan kalau diukur lebih panjang dari milik mantan suaminya, apalagi topi bajanya terlihat memerah. Rambut rambut hitam yang berada di sekitar batang kokoh milik Domi amat rimbun sama dengan rambut di kepala pemiliknya. Dalam hati Alia merasa takut, ragu, dan kuatir. Sebab melihat sosok benda itu saja ia seakan tak kuat menerimanya. Namun karena laki laki itu mampu memberikan kenyamanan dan menyakinkannya, kekuatiran Alia jadi berkurang. Domi bersiap siap untuk memasuki lepitan liang kemaluan Alia. Secara perlahan dan hati hati ia retas jalan agar kemaluannya bisa masuk dengan lancar. Telapak tangan kasar Domi menggosok gosok permukaan kemaluan Alia yang ditumbuhi rambut halus terawat. Meski liangnya telah kembali basah oleh lendir pelumas, namun Domi sadar bahwa tanpa bantuan dari Alia penetrasi yang akan ia lakukan akan sia sia. Tubuh putih mulus Alia telah telentang dan kedua kakinya terbuka mengangkang siap untuk menerima masuk kemaluan Domi yang tegak perkasa. Dalam hati Alia berdebar debar karena ini baru pertama kalinya melakukan hubungan sex setelah bercerai. Situasi mentalnya juga tak sama disaat ia telah terikat pernikahan. Bahasa tubuh Alia semakin menambah semangat Domi untuk memasuki tubuh sintalnya. Domi sudah mengetahui tentang status Alia yang saat ini telah menjanda. Namun Domi tahu saat kemaluannya berdiri kokoh akan membuat Alia kesakitan,sebab ukuran miliknya memang di atas rata rata pria lainnya.

Selama ia menggauli pelacur tak sedikit para pelacur dikota itu yang kewalahan dan kadang menolak berhubungan dengan Domi karena ukurannya itu. Itulah yang kini di kuatirkan laki laki tanah Papua itu. Dan menyaksikan penerimaan Alia yang begitu pasrah padanya Domi semakin percaya diri. Bantuan lendir yang meleleh dari liang vagina Alia amat memudahkannya masuk. Dengan berbisik Alia berkata pada Domi.

”Bang, jangan terlalu dipaksa, aku takut Bang” erang Alia saat kepala kemaluan Domi memasukinya.

Dengan rasa cintanya, Domi mengikuti kata kata Alia. Dan dengan tekad yang bulat dan kerja keras saling membahu bersama Alia, akhirnya seluruh kemaluan Domi amblas ke dalam dasar rahim Alia. Alia sempat menahan dorongan pinggul Domi, namun karena tak ingin menyinggung perasan laki laki itu, Alia hanya memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu, perih di sekitar kemaluannya.

“Aduh,,,uhg,,,ugh,,,mm,,,,aduhhh,,,,bang!” erang Alia.

Rasanya sama seperti saat ia menjalani malam pertama dengan David dulunya.Kini seluruh batang kemaluan Domi telah tertanam dalam rahim Alia. Domi pun mengatur nafas dan mendiamkan posisinya saat itu. Kini kedua tubuh anak manusia ini telah menyatu secata utuh. Keringat mereka amat banyak keluar dari pori porinya dan telah bercampur. Tubuh putih Alia terlihat mengkilap dan tertutup sosok hitam kokoh yang penuh bulu milik Domi. Posisi Domi yang kini diam dan berada diatas tubuh Alia dirasakan amat disukainya. Rasa nyilu di kemaluannya mulai berkurang dan liang vagina Alia mulai menerima batang kemaluan yang kokoh itu. Dari dekat Domi memandang wajah Alia yang rupawan saat telah ia masuki. Wajah cantik milik wanita muda itu selalu datang disetiap tidurnya. Kini wanita cantik impiannya itu telah ia taklukan dan kini kemaluannya telah bersarang di dalam rahim si wanita. Sebagai wanita timur Alia tak berani memandang wajah Domi yang masih memperhatikannya. Tanpa disadarinya perlahan dari kelopak matanya menetes air mata Alia. Apakah karena ia bahagia karena telah memberikan hatinya pada Domi sedangkan secara jujur ia masih mencintai mantan suaminya David.atau tangisannya itu sebagai rasa penyesalan karena telah jatuh kepelukan laki laki lain yang tak berhak juga perasaan dosa yang menimpanya. Tak ada kata kata saat itu di antara mereka berdua, yang ada hanya gerakan Domi yang mulai menarik kemaluannya dan kembali menghujamkannya sedalam mungkin di rahim Alia. Kedua tangan Alia kini meraih bahu Domi, sesekali tangannya memegang dengan erat lengan Domi yang licin karena kerja keras untuk memuaskan Alia. Seluruh tubuh Alia kini sudah mau menerima keadaan seperti itu.

Sodokan dan hentakan menumbuk ke dalam kelamin Alia semakin gencar dan cepat oleh Domi. Dari mulut Alia hanya keluar erangan nikmat dan dengusan merintih seolah minta cepat di puaskan. Kedua tangan Alia semakin kuat memegang apa saja yang bisa ia raih untuk menyemput gelombang orgasme yang akan datang. Begitu juga wajah Alia kadang tengadah dan naik seolah ingin menumpahkan segala yang terpendam selama ini.Kalung berlian yang melingkar di lehernya kini sudah tak karuan lagi letaknya. Domi menyadari kekasihnya itu akan mendapatkan gelombang orgasme semakin mempercepat gerakan maju mundurnya. Kedua tangannya juga tak tinggal diam meremas dan memilin payudara Alia yang juga sudah basah. Dan saat bersamaan Domi juga merasa kemaluannya akan mencapai klimaks,maka Domi berusaha agar mereka berdua bisa klimaks bersamaan. Merasakan dirinya akan klimaks juga, Domi meraih pinggang Alia dan dengan kedua tangannya ia tekan agar kemaluannya dapat masuk sedalam mungkin dan membasahi dasar rahim kekasihnya itu. Beberapa detik kemudian tubuh Alia mengejang dan seluruh ototnya mengeras. Jari jari alia mencengkram lengan Domi sehingga kulit hitam Domi mengelupas oleh kuku Alia.

“Ugh,,,,ugh,,,,uhhh,,,,” itu yang keluar dari bibir mungil Alia menyambut orgasmenya.

Domi masih menahan untuk ejakulasi,dan tak dapat ia tahan akhirnya Domipun memuntahkan semua air cintanya di dalam rahim Alia. Perlahan tubuh Domi ambruk menimpa tubuh putih Alia. Kelamin keduanya masih menyatu dan belum terlepas. Alia amat menyukai suasana itu, apalagi kelamin Domi telah mengecil namun ukurannya masih tetap saja sama seperti ukuran kelamin mantan suaminya saat telah menegang. Malam larut dan keduanya tertidur kecapaian setelah bertarung habis habisan malam itu. Tengah malam Domi terbangun karena lapar. Begitupun Alia perutnya serasa keroncongan. Tengah malam itu,mereka mengenakan pakaiannya dan keluar kamar menuju restoran yang masih buka di samping bungalaow itu. Terlihat wajah letih keduanya sehabis pertarungan malam itu. Setelah memesan makanan dan menyantapnya dengan lahap, pasangan itu kembali ke dalam bungalow. Sambil jalan berpelukan keduanya memasuki kamarnya. Sampai dalam kamar keduanya kembali berciuman seolah tak ingin melewatkan waktu berakhir dengan cepat. Tak memakan waktu lama keduanya kembali bugil dan siap melakukan hubungan sex kembali. Awal pertama tadi keduanya terlihat agak risih dan kuatir. Kini keduanya semakin lancar melakukannya. Dan di awal Alia yang hanya diam menunggu perlakuan Domi, kini malah Alia yang terlihat membantu Domi memasuki dirinya. Dengus nafas dan erangan nikmat seakan menutup lembaran hubungan mereka malam itu. Perpisahan yang akan tiba semakin membuat Domi ingin memberikan kenangan yang sulit dilupakan Alia. Erangan erangan nikmat keduanya menutup persetubuhan mereka malam itu.


Kini Alia telah kembali ke kotanya dan Domipun telah bertugas seperti biasa. Komunikasi keduanya hanya terjalin beberapa hari setelah mereka berpisah dan yang terjadi kini keduanya sibuk oleh rutinitas masing masing. Berbulan bulan kemudian Alia sudah melupakan Domi, begitu juga laki laki perkasa tanah Papua itu. Rutinitas dijalani Alia dengan rasa penuh pengabdian sebagai abdi negara. Setelah capai menjalani rutinitas kerja seharian Alia dan teman teman sekantornya mengisi waktu senggang sebelum pulang dengan jalan jalan ke sebuah Mall di kotanya. Selama di mall Alia dan teman temannya menghabiskan waktu dengan berbelanja keperluan pribadinya.Tanpa sengaja Alia bertemu David yang saat itu juga belanja keperluan pribadinya.Dengan sikap sama gugup David menyapa Alia.
“Hai…Lia…?lagi belanja apa?” sapa David sedikit gugup.
Disapa demikian Alia kaget dan untuk menutupi kegugupannya dijawab sekenanya,
”mmm….lagi belanja sedikit nich, tak sengaja nemani teman shoping” jawab Alia.
Bagaimanapun keduanya tak mampu menutupi rasa yang pernah ada di antara mereka berdua, apalagi keduanya pernah terikat pernikahan.
“Dengan siapa ke sini Vid?” tanya Alia.
David menjawab dengan ringan bahwa dia ke mall itu sendirian dan kebetulan tak ada yang akan diajak, terang David pada Alia.
Dengan sedikit keberanian David mengajak Alia untuk mampir sekedar melepas haus pada sebuah food court. Alia menyetujuinya namun menerangkan bahwa ia bersama teman temannya.David tak keberatan jika Alia bersama temannya bergabung bersama. Namun teman Alia seolah tahu diri, mereka menyilahkan mereka melanjutkan makan ke food court, sedangkan mereka segera pulang. Maka akhirnya keduanya masuk ke food court dan duduk dengan berhadap hadapan.Rasa cinta yang pernah ada mendorong keduanya untuk larut sesaat dengan nostalgia masa lalu.

Keasikan ngobrol dan sampailah pada saling mengungkap cerita pribadi masing masing. David mengaku masih tetap menduda karena masih mencintai Alia dan telah mencoba dekat dengan beberapa wanita, namun sosok Alia amat sulit dilupakannya. Begitupun dengan Alia mengaku juga mempunyai hal yang sama, meski pernah dekat dengan beberapa orang pria yang berasal dari berbagai latar belakang. Alia tak mengungkapkan tentang perjalanan cintanya dengan Domi saat kuliah di Jogja dulu. Ia merahasiakan kisahnya itu dari David. Semenjak pertemuan David dan Alia hari itu, perlahan keduanya sering mengadakan pertemuan pertemuan kembali. Terkadang mereka pergi nonton berdua dan makan siang bersama di sela waktu istirahat kantor. Kini Alia kembali menemukan dunianya kembali dan hari harinya sangat indah. Sikap Alia yang ceria dan terlihat berbeda dari biasanya itu memencing kedua orangtuanya ingin tahu apa yang terjadi pada anaknya. Secara gamblang Alia memberitahu kedua orangtuanya tentang hubungannya dengan David yang mulai ia rajut kembali. Sempat kedua orangtuanya menentang dan melarang hubunganAlia itu, sebab bagi mereka akan lebih baik Alia menemukan pria lain dari pada David, apalagi Alia sudah ditalaq tiga. Namun bagi mereka amat penting menjaga kebahagiaan anak bungsunya itu. Di saat malam minggu Alia dan David keluar untuk makan malam pada sebuah restoran.Dan malam itu dengan sungguh sungguh David meminta Alia untuk hidup dan menikah kembali dengannya.
”Tapi kita sudah talaq tiga Vid?” jelas Alia.
David sempat kaget karena ia lupa dengan talaq tiga yang dia ucapkan di muka hakim beberapa tahun yang lalu. Dengan mimik sedih David mengiyakan penjelasan Alia itu. David berpikir keras mencari cara agar dapat bersatu lagi dengan Alia. Alia juga mengakui bahwa sampai saat itu masih mencintai mantan suaminya. Rasa penyesalan yang dalam sempat terucap dari mulut keduanya. Jujur saja Alia mengakui bahwa ia sangat sulit mencari pengganti seperti David, meski ia sempat terlibat cinta sesaat dan melakukan hubungan terlarang dengan teman kuliahnya, namun tak diterangkannya secara detail. Kini yang ada di pikiran keduanya bagaimana cara yang terbaik agar mereka dapat disatukan. Selesai makan malam, sambil bergandengan tangan keduanya berjalan keluar restoran dan menaiki mobil David.

Selama perjalanan tak terdengar sepatah katapun dari keduanya, hanya genggaman tangan yang erat dari David di tangan Alia sambil menyetir sedannya dengan kecepatan sedang. David merengkuh tubuh Alia mendekat ke arahnya, Aliapun merebahkan kepalanya di dada David. Keduanya seperti sepasang muda mudi yang sedang mabuk asmara. Sebelum pulang ke rumah, David mengarahkan mobilnya masuk kawasan pantai dan berhenti di aspal pinggir. Keduanya masih diam membisu dan menyaksikan deburan ombak yang saling berkejaran. David kembali teringat saat pertama kali ia mengucap cinta pada Alia beberapa tahun yang lalu di tempat yang sama, ia ingin mengajak mantan istrinya itu mengingat masa masa pacaran dulu. Dengan sadar Alia masih menyimpan memori kisah bersama David. David kembali merengkuh tubuh mantan istrinya. Alia menurut saja tindakan mantan suaminya itu. Ops…satu sapuan lembut singgah di bibir mungilnya. Alia tak mampu menghalangi tindakan David, ia memejamkan matanya dan malah menikmati kuluman dan cumbuan lidah David di dalam mulutnya. Perlahan Alia pun membalas pertemuan lidah mereka yang saling mengait. Kini ludah David dan Alia sudah menyatu, begitu juga tangan David tak tinggal diam. Seperti mendapat lampu hijau dari Alia, jari tangan David semakin berani meraba payudara mantan istrinya yang mengenakan kemeja pendek saat itu. Dengan melepas satu dan dua kancing atas kemeja Alia, jari David mendapat akses ke benda lunak yang tertutup Bh Alia. Alia membiarkan saja gerayangan dan remasan David saat itu. Keasikan keduanya semakin berlanjut dengan beraninya David memberikan cupangan di dada mantan istrinya itu. David semakin tak sabar ingin melancarkan cumbuannya hingga tangannya berusaha masuk ke dalam celana jeans Alia. Alia tersadar bahwa perbuatan mereka itu terlarang sebelum mereka kembali menikah. Akhirnya Alia menghentikan segala aktifitas David dan minta secepatnya pulang. Jujur saja Alia kembali terangsang oleh perbuatan David tadi, namun ia tak ingin mengulangi kesalahannya saat di Jogja kembali. Setelah merapikan pakaiannya yang terbuka di sana sini, keduanya kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Alia. Selama perjalanan David berkata pada Alia akan mencari cara agar mereka bisa menikah kembali. Sampai di pintu pagar rumah orangtua Alia, Alia turun dari mobil David. David turun dan membukakan pintu, namun karena waktu agak larut, Alia melarang David untuk singgah. Sambil mencium kening Alia, David berjalan menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya.

Minggu pagi itu Alia ditelpon David tentang rencana mereka saat makan malam.David sudah mendapatkan ide untuk memuluskan rencananya rujuk kembali dengan Alia.Rencananya memang menanggung resiko namun karena besarnya hasrat dan keinginannya maka segala resiko akan ia lakukan.Dalam pembicaraan di telpon David minta Alia untuk merundingkan rencananya.Alia harus menikah dulu dengan seseorang untuk sementara waktu bisa beberapa hari agar talaq tiga yang ia jatuhkan bisa terhapus.Yah semua itu tergantung dari kesediaan Alia menjalaninya,dan restu dari kedua orangtua mereka.Alia merasa kaget dan sedikit keberatan dengan rencana David itu, namun karena David bisa meyakinkan kebimbangan Alia makanya Alia menyetujui rencana mantan suamiya itu.Kini mereka tinggal menunggu pendapat orangtuanya. Dalam suatu kesempatan Alia membicarakan tentang rencananya bersama David pada ibunya. Melalui kesepakatan dengan ayahnya,akhirnya keduanya menyetujuinya. Namun yang menjadi kendala adalah menentukan orang yang mau menikahi Alia untuk sementara meski paling singkat seminggu. Dan orang yang menjadi syarat dari ayah Alia adalah harus sudah dikenal keluarga mereka agar rahasia itu terjaga dan bisa menekan orang itu dengan syarat tak akan menyentuh Alia jika sudah syah sebagai suami istri. Setelah berusaha mencari sosok orang yang tepat tak jua mendapatkan hasil karena berbagai faktor dan resiko yang mungkin terjadi, akhirnya ayah Alia menemukan sosok yang ia butuhkan. Laki laki itu adalah Pak Sati, pembantunya yang menunggui bungalownya di desa. Pak Sati orang yang tepat untuk itu, pikir ayah Alia. Sebagai pembantu yang telah ikut keluarganya puluhan tahun Pak Sati tentu akan selalu menuruti keinginan juragannya.Apalagi selama ini Pak Sati amat setia dan tak pernah punya kesalahan. Selain itu laki laki berusia 60 tahun itu agak pincang dan tak akan membuat Alia jatuh cinta padanya, apalagi mana mungkin Pak Sati masih memiliki naluri seksual yang tinggi. Jadi jika Pak Sati yang akan menikahi Alia, maka resiko amat kecil dibanding laki laki muda dan masih memiliki libido tinggi. Orang tua Alia sudah memperhitungkan hal hal yang kecil ini dan ia tak mau dicurangi, apalagi sebagai orang terpandang dan disegani mereka amat perhitungan dalam hal hal yang paling kecil sekalipun.

Secara personal akhirnya ayah Alia memanggil Pak Sati untuk membicarakannya. Sebagai pembantu yang telah mengabdi pada keluarga itu, Pak Sati dan istrinya tak kuasa menolaknya. Apalagi kehidupan keluarganya selama ini amat tergantung pada keluarga ayah Alia. Davidpun menyetujui orang yang akan menikahi Alia adalah Pak Sati. Sebelum pernikahan sementara Alia dan Pak Sati dilakukan ibu Alia terlebih dahulu memperingatkan Alia agar menjaga dirinya,jangan sampai ia terperdaya oleh godaan atau apapun juga selama bersama Pak Sati sebab godaan akan selalu ada bagi dua orang yang berlainan jenis. Apalagi nantinya kemungkinan Alia akan tidur sekamar dengan Pak Sati, namun Alia sudah mengetahui bahwa Pak Sati berjanji tak akan menyentuhnya. Malah Pak Sati berkata pada Alia bahwa ia akan tidur di lantai kamar saja. Pak Sati tahu diri sebab bagaimanapun Alia adalah anak majikannya yang harus ia jaga dan lindungi. Siang itu dengan dihadiri oleh Ayah dan ibu Alia juga David, dilaksanakan akad nikah antara Pak Sati dan Alia. Tidak semeriah saat pernikahan pertamanya dengan David. Pernikahan kedua Alia sengaja dilakukan di desa itu agar jauh dari pandangan tetangga dan kolega keluarga Alia sebab pernikahan itu hanya sementara agar talaq yang pernah dijatuhkan David dapat terhapus. Setelah Alia dicerai Pak Sati maka Alia boleh menikah dengan David kembali. Pernikahan itu sendiri hanya dihadiri beberapa keluarga Alia dan saksi yang dibayar oleh ayah Alia. Dengan mendengar nasehat dan petuah dari penghulu yang akan menikahkan mereka terlihat Alia meneteskan air matanya. Saat itu Alia mengenakan kebaya yang amat serasi dengan kulitnya yang putih. Seperti pengantin yang melaksanakan pernikahan pada umumnya keduanya terlihat memakai pakaian resmi. Selain itu Pak Sati juga mengenakan jas yang dipinjamkan oleh David. Tampak Pak Sati agak kikuk mengenakannya, apalagi ukuran jas itu tak sesuai dengannya yang agak kurus. Dengan sedikit gugup Pak Sati mengucapkan lafaz akad nikah dengan lancar. Setelah pengucapan ijab dan kabul terlaksana penghulu memberikan wejangan dan nasehat tentang hak dan kewajiban sebagi suami istri. Nasehat dari penghulu sudah merupakan hal yang tak asing bagi Alia dan pak Sati, apalagi mereka berdua sudah mengetahuinya dan menjalaninya.

Semua tahapan pernikahan berjalan lancar.Mak Sanah istri Pak Sati hanya sibuk di dapur menyiapkan santapan untuk para yang hadir. Tak ada mimik cemburu atau marah pada Pak Sati. Mak Sanah tahu ini hanya sementara. Pernikahan telah selesai dan penghulu sudah pulang kerumahnya, begitu juga dengan ayah ibu Alia kembali ke kota karena ada urusan penting yang tak bisa mereka tinggalkan. Kini Alia sudah resmi menjadi istri Pak Sati dan sore itu Pak Sati telah kembali kekebun untuk melanjutkan pekerjaanya.Yang tinggal di bungalow hanya Alia dan David. David sengaja kembali agak lambat karena ingin bersama Alia dan berbincang tentang rencana mereka setelah semua ini terlaksana, walau saat itu Alia berstatus istri Pak Sati. Tak lama kemudian Davidpun kembali ke kota karena orangtuanya sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Dan yang tinggal di bungalau senja itu hanya Alia dan Mak Sanah. Pak Sati belum kembali dari kebun. Dalam bungalow tinggal dua orang istri Pak Sati yaitu Mak Sanah dan Alia yang baru dinikahinya. Menjelang malam akhirnya Pak Sati sampai di bungalow, setelah sebelumnya ia mandi membersihkan tubuhnya sepulang dari kebun. Mak Sanah kemudian memanggil Alia untuk makan malam. Mereka bertiga makan malam semeja. Tak ada kesan canggung atau berubah dalam keadaan saat itu.Bagi Mak Sanah ia telah menganggap Alia sebagai anaknya,sebab dulu sering ia gendong dan bawa berkeliling kebun.Dan kini Alia yang dulu masih tetap sama dengan Alia yang sekarang.Seorang gadis yang sopan,hormat dan lemah lembut. Setelah membantu Mak Sanah membereskan meja makan, Alia masuk ke ruang tengah untuk beristirahat sejenak. Acara ijab kabul tadi siang membuat tubuhnya letih dan capai. Malam itu adalah malam pertamanya sebagai istri Pak Sati. Sambil duduk dan menyaksikan acara televisi Alia merasakan matanya mulai ngantuk. Televisi ia matikan, sambil mencari Mak Sanah tampak olehnya pak Sati dan Mak Sanah sedang menyusun dan menata alat alat rumah tangga yang tadi siang digunakan. Alia memberitahu Pak Sati bahwa ia akan tidur duluan dan jika mau ke kamar pintu tak di kunci terang Alia. Pak Sati dan Mak Sanah mengiyakan kata kata Alia itu. Mak Sanah tak merasa cemburu sedikitpun meski suaminya untuk beberapa malam selanjutnya akan tidur sekamar dengan Alia. Mak Sanah percaya suaminya tak akan mampu berbuat yang melanggar kesepakatan dengan orang tua Alia, apalagi Alia sudah mereka anggap anak sendiri. Selain itu Mak Sanah tahu betul bahwa bahwa Pak Sati sudah tak memiliki hasrat lagi kepada wanita seperti halnya Mak sanah sudah tak berhasrat untuk bermesra mesraan.

Semua peralatan dapur dan perlengkapannya sudah selesai dirapikan pada tempatnya. Pak Sati dan Mak Minah pun kembali ke kamar untuk beristirahat. Seperti biasa Pak Sati masuk ke kamar bersama Mak Sanah, namun Mak Sanah mengingatkan Pak Sati bahwa suaminya itu harus menemani Alia di kamarnya. Apalagi kini Pak Sati sudah menjadi suami sementara Alia. Dengan langkah yang terseok seok karena kakinya yang pincang, Pak Sati masuk kamar Alia. Dalam kamar ia melihat Alia sudah tergolek tidur di atas ranjang yang cukup luas dan bersih itu. Pintu kamar ia tutup dan berjalan ke arah ranjang Alia. Ia lihat Alia tertidur sangat lelap mungkin karena kecapaian siang tadi. Pak Sati meraih selimut yang berada di kaki Alia dan menutupkan ke tubuh yang terbaring. Hawa dingin malam amat menusuk tulang. Pak Sati meraih bantal yang terletak di samping Alia dan meletakannya di lantai sudah terbentang karpet. Laki laki tua itu lalu merebahkan tubuhnya di karpet itu bersiap untuk tidur. Tengah malam Alia terbangun karena ia kebelet buang air kecil. Ia turun dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi yang bearada di kamarnya. Sekembali dari kamar mandi ia menyaksikan Pak Sati yang tertidur di lantai beralaskan karpet. Pak Sati meringkuk kedinginan hanya berselimutkan sarung. Alia merasa kasihan melihat laki laki tua itu. Sebelum merebahkan tubuhnya di ranjangnya, ia memperhatikan wajah laki laki tua yang tertidur di lantai kamarnya. Tampak gurat wajah keriput Pak Sati karena dimakan usia, juga kakinya yang pincang itu. Dalam hati Alia merenungkan bahwa begitu besar pengorbanan laki laki itu yang mau menjadi suami sementaranya. Orang kecil seperti Pak Sati dan Mak Sanah tak akan mengharap apa apa, pikiran mereka terlalu sederhana dan lurus, tidak seperti orang orang di kota yang penuh dengan muslihat. Merasa kasihan melihat Pak Sati yang tidur kedinginan, sebagai wanita yang amat hormat pada orang tua dan rasa kemanusiaannya yang amat tinggi, ia bangunkan Pak Sati untuk tidur di atas ranjangnya bersamanya. Alia tak merasakan perbedaan di antara mereka, toh Pak Sati sekeluarga sudah ia anggap keluarganya dan kini adalah suaminya sendiri.
”Pak….pak…..bangun, pindah saja ke atas kasur pak….!” sahut Alia dengan perlahan membangunkan laki laki tua itu.
Merasakan tubuhnya dibangunkan secara reflek Pak Sati terbangun.
”ada apa ….Lia..?” jawab Pak Sati mengusap matanya yang masih ngantuk.
”Bapak tidur saja di samping Lia, di lantai ini dingin Pak” terang Alia.
”Tidak apa,,,Lia,bapak biasa tidur di lantai koq…,”jawab Pak Sati lagi. “Lia,,,gak suka melihat bapak seperti ini dilantai,sekarang naiklah ketempat tidur,!”paksa Alia. Pak Sati tak bisa membantah lagi,dengan terpaksa akhirnya membaringkan dirinya di ranjang berdampingan dengan Alia.

Malam itu Alia dan Pak Sati tidur seranjang hingga subuhnya Pak Sati bangun lebih dulu. Subuh itu ia keluar kamar dan ke dapur untuk memasak. Paginya Alia terbangun dengan tubuh amat segar karena jendela kamarnya sudah dibuka Mak Sanah. Di samping meja riasnya sudah terhidang segelas susu dan roti bakar. Alia bangun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.Ia cuci muka dan gosok gigi dan setelahnya keluar kamar mandi untuk minum susu juga makan roti bakar. Sambil menyantap roti ia melihat pemandangan yang indah dari jendela kamarnya. Pagi itu masih terlihat embun yang menyelimuti perkebunan yang berada tak jauh dari rumah peristirahatan itu. Alia tergerak ingin ke sana, apalagi udara masih bersih dan segar. Tanpa mandi dulu dan hanya menyemprotkan sedikit parfum, Alia meraih sweaternya. Tak lupa minta izin Mak Sanah, ia berjalan ke perkebunan milik keluarganya. Sampai diperkebunan ia melihat para wanita pekerja sibuk menyortir daun teh. Para perkerja asik dengan pekerjaannya. Saat ia asik melihat pekerja, datanglah Pak Sati.
”Dengan siapa kemari Lia?” Sapa Pak Sati.
”Sendirian Pak….Mak Sanah sedang masak ,” jawab Alia.
Pak Sati mengajak Alia melihat lihat ke gudang perkebunan. Sepanjang perjalanan Pak Sati dan Alia sibuk menjawab sapaan pegawai perkebunan. Puas berjalan jalan mengitari perkebunan, Pak Sati mengajak Alia pulang kerumah. Selama perjalanan Alia mendengarkan keterangan Pak Sati tentang kondisi perkebunan. Sampai di rumah Alia masuk ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang berkeringat selama berjalan kaki tadi. Selesai mandi dan berandan seperlunya, Alia keluar kamar. Di ruang makan sudah terhidang makanan yang akan disantap. Mereka bertiga makan pagi sambil bincang bincang. Alia minta Mak Minah menemaninya untuk ke pasar karena ada yang akan di beli dan membeli bahan bakar mobilnya. Di hari kedua itu Alia menghabiskan waktunya di desa bersama Mak Sanah dan Pak Sati. Dari keduanya Alia mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan. Kesederhanaan keduanya membuat Alia semakin mantap menjalani hidupnya. Dalam hati Alia amat bersyukur telah mendapatkan orang seperti Mak Sanah dan Pak sati yang amat bersahaja. Tak salah ayahnya memberikan amanah kepada Pak Sati.

Malam harinya setelah puas berbincang dan berjalan kesana kemari siangnya, Alia masuk kamar. Tak lama kemudian disusul Pak Sati. Alia menyilahkan pak Sati untuk tidur duluan. Ia belum mengantuk dan sedang mengutak atik hpnya untuk menelpon David. Namun beberapa kali ia hubungi nomor hp itu selalu tak aktif. Akhirnya Alia berusaha menelpon ke rumah David. Dari ibunya David, Alia mendapat kabar bahwa David baru saja keluar rumah dengan temannya. Alia terlihat kesal karena malam itu ia ingin berbincang dengan mantan suaminya itu. Alia lantas menghempaskan tubuhnya yang saat itu mengenakan baju tidur di samping Pak Sati. Pak Sati baru saja akan memejamkan matanya, namun merasakan hempasan tubuh Alia matanya tak jadi terpejam.
”Kenapa Lia…bapak lihat kesal sekali?” tanya Pak Sati
Sambil menggerutu Alia menerangkan yang menyebabkan dirinya mendumel. Pak Sati bangun dari berbaring dan duduk sambil menatap Alia yang saat itu terlihat masih kesal.
”Lia….kan sudah dewasa kenapa tak bisa menahan sedikit emosinya? katanya mau kembali rujuk dengan David, nah sekarang karena telpon nggak diangkat saja sudah mau berantam.” terang Pak Sati.
Alia hanya diam dan tak menyahut perkataan laki laki tua itu,ia lalu membalikkan tubuhnya membelakangi suami sementaranya.Sambil kembali berbaring Pak Sati hanya geleng geleng kepala. Tak lama Pak Sati tertidur, namun Alia masih belum bisa memejamkan matanya. Tubuhnya terlihat gelisah dan membalik kiri dan kanan. Kegelisahan Alia menyebabkan Pak Sati tak bisa tidur. Pak Sati lalu duduk memandang Alia yang masih membelakanginya. Wangi kamar dan lotion yang melekat di tubuh Alia tercium oleh Pak Sati. Pak Sati tahu Alia belum tidur, ia ingin membantu Alia agar melupakan kemelut dirinya.
”Lia belum tidur,?” sapa Pak Sati.
Merasa dipanggil laki laki di sampingnya, Alia membalik tubuhnya menhadap Pak Sati.
”Ya pak, mata tak mau tidur” jawab Alia.
Pak Sati memandang Alia yang saat itu memakai piyama tidur yang sesuai dengan kulitnya yang putih dan halus. Leher jenjangnya dihiasi kalung mas putih berhiaskan berlian dengan logo huruf “A”. Dari belahan dada Alia jelas dapat dilihat dengan nyata. Mata pak Sati sempat melihatnya namun buru buru ia alihkan pandangan matanya. Naluri kelelakiannya mulai bangkit, namun ia padamkan.

Pak Sati duduk di samping Alia yang saat itu juga duduk bersandar di dinding ranjangnya. Pak Sati mengerti kegelisahan Alia dan untuk menghapuskan kegelisahan wanita muda itu, ia berusaha menghibur Alia. Dengan sedikit lelucon dan lawakan dapat membuat Alia tersenyum dan tertawa. Sesekali karena merasa tak tahan akan kelucuan itu, tak sengaja Alia mencubit lengan Pak Sati. Merasa leluconnya bisa membuat Alia tersenyum Pak sati merasa senang. Dan dengan hati hati iapun kedang membalas cubitan Alia. Candaan dan gurauan mampu menghilangkan kegundahan Alia. Tak ragu ragu Alia merebahkan kepalanya di bahu Pak Sati. Bagi Pak Sati sikap Alia itu membuatnya gugup dan salah tingkah. Namun karena Alia yang kini sudah tak sungkan sungkan lagi padanya, timbulah keberanian pada diri Pak Sati. Pak Sati mulai berani mencubit pipi Alia karena gemas. Kini hanya sampai di situ keberaniannya. Puas dihibur Pak Sati, Alia bisa menghilangkan kegundahannya dan perlahan matanya terpejam.Alia tertidur di bahu Pak Sati namun laki laki itu tak berani memindahkan kepala Alia ke bantal. Ia tak mau mengganggu tidur istri sementaranya itu. Pak Sati menahan bobot kepala Alia di dadanya, wangi rambut dan tubuh Alia tercium di hidung Pak Sati. Begitu juga saat Alia menggerakkan tubuhnya tanpa sengaja buah dadanya bersentuhan dengan tangannya. Laki laki itu tak mau dianggap kuarang ajar meski kini status Alia yah sebagai istrinya. Namun karena ia sudah berjanji tak akan menyentuh ataupun menuntut haknya pada Alia. Sebelum ayam jantan berkokok Pak Sati sudah keluar dari kamar Alia, sebelumnya tubuh Alia ditutupi dengan selimut tebal karena hawa dingin pegunungan yang menusuk tulang. Tubuh sintal dan mulus itu sudah aman dari hawa dingin. Dengan langkah terpincang Pak Sati membersihkan rumah dan membuka jendela agar hawa pagi masuk ke dalam rumah itu. Tak lama kemudian ia kedapur menyiapkan sarapan pagi bagi Alia. Mak Sanah belum bangun dan masih di kamar belakang. Sebagai laki laki yang memiliki nafsu dan gairah, kejadian malam bersama Alia diatas pembaringan masih terbayang di benaknya. Sangat sulit bagi Pak Sati untuk menghapus bayangan sosok Alia yang dulu ia lihat masih anak anak, remaja hingga saat ini sudah jadi wanita dewasa yang cukup matang. Kecantikan dan kehalusan tubuh Alia sulit ditepisnya seakan ada yang membisikinya agar menuntut haknya sebagai suami pada wannita muda itu. Namun sejauh ini Pak Sati masih merasa takut. Seharian ia sangat sulit menepis bisikan dan godaan dalam hatinya. Apalagi seharian juga ia menemani Alia berkeliling perkebunan hingga sampai desa tetangga hanya berdua saja. Perjalanan ini jarang dilakukan Alia karena ingin memanfaatkan masa cuti kerjanya yang 2 minggu.

Selama berjalan kaki menaiki bukit dan hutan kecil di pebukitan itu, tak jarang Alia minta Pak Sati untuk menuntunnya saat turun dari pebukitan. Meski kakinya pincang Pak Sati tetap bisa menaiki bukit dengan langkah mantap dan tanpa hambatan. Ia mampu mengalahkan langkah Alia yang sudah kecapaian. Dengan kasihan Pak Sati berusaha membimbing Alia agar sampai di desanya kembali. Sore hari dengan tubuh kecapaian akhirnya mereka sampai di rumah. Hanya beristirahat sejenak, Alia pun mandi untuk membersihkan keringat yang melekat di tubuhnya. Kini Alia sudah terlihat segar dan akan makan bersama Pak Sati dan Mak Sanah. Terpancar keceriaan di wajah Alia. Masakan Mak Sanah amat lezat dan mampu menambah tenaganya. Habis makan ia duduk santai di ruang keluarga sambil menghidupkan televisi. Baru beberapa saat televisi ia hidupkan, tiba tiba ia teringat David. Alia berjalan mengambil telpon dan menelpon David. Beberapa kali ia hubungi selalu dijawab dengan nada tak aktif. Alia terlihat sewot dan kesal. Ia menghempaskan pinggulnya di sofa ruang keluarga. Di depannya, Pak Sati berjalan untuk menutup jendela karena hari mulai gelap dan nyamuk mulia masuk rumah. Alia bangkit dari duduknya dan masuk kamarnya. Di kamar ia hempaskan tubuh sintalnya itu. Ia tertidur karena tubuhnya capai sehabis berjalan seharian tadi siang. Ia tak sempat menutup tubuhnya dengan selimut. Sudah 2 jam lebih Alia tettidur dengan pulas. Pak Sati masuk kamar dan mendapati Alia tertidur tanpa selimut. Sedang hawa di kamar sangat dingin malam itu. Mata nakal Pak Sati sempat melihat gundukan payudara Alia dari balik piyamanya. Amat mulus dan montok, bisik hatinya. Selimut ia tutupkan pada Alia. Pintu kamar ia kunci dan dengan tertatih Pak Sati naik ke atas ranjang untuk tidur. Malam menjelang waktu masih menunjukkan pukul 22 lewat lima. Mata pak Sati tak mau terpejam. Bayangan tubuh dan wangi parfum Alia menggoda kelakiannya. Pak Sati masih terbayang sosok Alia yang kini tidur di sampingnya. Karena tak mampu menahan keinginan dalam dirinya Pak Sati tak bisa tidur. Dalam sikap diam dan melamun itu, Alia tiba tiba terbagun. Ia melihat Pak Sati sudah berbaring di sampingnya. Ia lihat jam,waktu masih menunjukkan pukul 22.30 wib. Berarti ia telah 3 jam tertidur. Tubuhnya serasa segar sekali karena tidur amat nyenyak. Alia bangun dari ranjang dan berjalan ke arah meja kecil di kamarnya. Di meja itu selalu tersedia air minum dalam sebuah gelas. Sehabis minum ia kembali berbaring ke atas ranjang.

”Bapak belum tidur ya?” tanya Alia.
”ya…bapak belum ngantuk Lia” jawab Pak Sati.
”kalau begitu bapak cerita lagi ya?” pinta Alia manja seperti dulu saat ia kanak kanak sering minta Pak Sati bercerita.”mmmm….ya,,,baiklah”jawab Pak Sati.Pak Sati memulai cerita lelucon dan Alia pun asik mendengar dengan seksama.Keasikan dan candaan Pak Sati membuat Alia kembali merebahkan kepalanya di dada pak Sati.Tentu saja Pak Sati amat senang sekaligus gembira.Sambil bercerita sesekali matanya mencuri pandang pada belahan dada Alia.Jakun pak Sati naik turun melihat pemandangan indah di tubuh wanita anak majikannya.Alia tak memperhatikan arah mata Pak Sati saat itu. Ia semakin asik saja mendengarnya. Cerita dan candaan Pak Sati mulai mengarah ke hal yang berbau cabul, dengan senyum dan sesekali ia mencubit Pak Sati. Pak Sati pun tak segan mencubit kadang membelai tengkuk Alia. Tanpa rasa marah sedikitpun Alia membiarkan Pak Sati mengelus elus bahunya. Ia mengganggap biasa saja karena percaya Pak Sati tak akan berlaku lebih dari itu. Cerita cerita Pak Sati mampu membangkitkan kembali kisah cinta Alia dan David dan juga Domi saat di Jogja dulu. Naluri sebagai dewasa yang sudah mengenal hubungan laki laki dan perempuan dengan sangat intim pernah dirasakannya. Alia larut dalam buaian masa lalu dan seolah mengajaknya kembali mengulang saat saat bersama David. Beberapa lama kemudian Pak Sati menghentikan ceritanya namun Alia masih saja merebahkan kepalanya di bahu laki laki tua ini. Pak Sati berusaha menyadarkan Alia yang sedang melamun.
”Lia,lia…..” panggilnya.
Alia terkejut karena ia larut dalam lamunan masa lalunya.
”Ya ..Pak,,maaf Lia tadi ingat bang David” jawabnya.
Dengan senyum kebapakan Pak Sati meraih kepala Alia dan memeluknya semakin erat.
”Lia, David secepatnya akan kembali dan jadi milik Lia. Jadi jangan melamun seperti tadi ya” pinta Pak Sati sambil menasehati Alia.
Alia hanya menganganguk setuju. Kepalanya sudah ia sandarkan ke bantal namun matanya masih mau terpejam. Dengan penuh kehati hatian Pak Sati membelai kepala Alia seolah wanita itu anaknya. Alia menerima saja elusan tangan Pak Sati pada rambutnya.

Namun apa yang dikira Alia tak sama dengan apa yang ada di pikiran Pak Sati. Elusan pada rambut Alia terus turun hingga menyentuh tengkuk wanita muda itu.Bulu bulu halus di tengkuk Alia mulai berdiri karena elusan lembut Pak Sati. Alia menikmati saja elusan lembut di rambut dan tengkuknya itu. Kini ia semakin terlihat pasrah dan tak ada penolakan sedikitpun. Penerimaan Alia itu menambah semangat pak Sati untuk terus merangsang wanita cantik ini. wangi tubuhnya seolah menjadi magnit baginya untuk terus mencumbui Alia. Alia mulai merasakan nyaman oleh gerakan tangan Pak Sati. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada laki laki tua yang kini terus mencumbunya. Tak disangkanya Pak Sati tiba tiba menciumi rambutnya dan menghirup wangi rambutnya. Alia masih menerima dan hanya memejamkan mata. Tak mau berlama lama Pak Sati kembali menciumi balik telinga Alia yang putih bersih dan ditumbuhi bulu bulu halus. Bagi pak Sati tak ada keraguan sedikitpun sebab Alia adalah istrinya juga meski sementara, jadi tak ada salahnya jika ia ingin menikmati istrinya itu beberapa hari saja. Gairah birahi Alia kini mulai bangkit setelah sekian lama tak tersalurkan. Dalam diri wanita ini tak ada sedikitpun kekuatan untuk menolak rangsangan yang diberikan suami sementaranya itu. Mata hati dan pikiran Alia seakan buka oleh nafsu birahi yang mulai bangkit dan menuntut pelampiasan. Ia seolah tak peduli siapa yang sedang menggumulinya. Alia tak mudah menyerahkan dirinya pada laki laki apalagi laki laki itu tak setara dengannya. Jika mau jujur Pak Sati amat jauh dari sosok yang ia inginkan, namun semua perbedaan usia dan latar belakang sosial ekonomi tak mampu menghalangngi keinginan naluri dasar manusia seperti Alia. Kini ia pasrah menerima belaian dan cumbuan laki laki tua yang dinikahinya dua hari sebelumnya. Berarti Pak Sati telah melanggar kesepakatan dengan kedua orangtua Alia, begitu juga Alia seperti sudah melupakan instruksi ibunya. Tangan Pak Sati terlihat gugup saat berusaha untuk meraba buah dada Alia. Ia kuatir akan ditepiskan oleh tangan Alia. Namun kekuatirannya itu tak terjadi.Alia membiarkan tangan kurus dan keriput Pak Sati meraba dan memilin payudaranya yang masih mengenakan baju tidur. Tak perlu bersusah payah meski tangannya amat gugup untuk melepaskan kancing demi kancing piyama Alia. Tak ada penolakan sedikitpun dari Alia, akhirnya atasan piyamanya terlepas dari tubuhnya yang putih mulus dan sintal itu.

Dengan masih mengenakan bra bewarna kuning gading kesukaanya, Pak Sati amat takjub melihat keindahan tubuh Alia yang terbuka bagian atasnya. Leher yang jenjang dihiasi kalung berlian berinisial A, Pak Sati buru buru berusaha mengulum bibir Alia. Namun Alia dengan sedikit enggan melengoskan wajahnya. Bau mulut pak Sati yang biasa mengisap rokok daun menyebabkan bau nafasnya kurang enak. Berulang kali Pak Sati berusaha mengejar bibir Alia sehingga ia tak punya pilihan lagi dan menerima sedotan bibir tebal laki laki tua ini. Beberapa saat kuluman lidah Pak Sati menghisap ludah dan mempermainkan lidah Alia. Alia tampak sesak nafas karena ketatnya pelukan Pak Sati. Alia terpaksa menerima ludah Pak Sati dan tertelan olehnya. Meski masih mengenakan bra, Pak Sati dapat merasakan gundukan payuadara Alia yang semakin mengeras. Ia lepaskan bibirnya dari mulut Alia dan turun ke leher jenjangnya. Jilatan dan sedikit gigitan lembut mampu melenakan Alia. Meski tak sekasar mantan suaminya dan juga Domi, Pak Sati terlihat melakukannya penuh kelembutan dan amat lambat. Gerakan Pak Sati memang lambat, namun mampu memacu birahi Alia. Gerakan kedua tubuh anak manusia berbeda usia tersebut semakin memanas. Pak Sati ingin malam itu ia melaksanakan kewajibannya kepada Alia sebagai syarat syahnya sebagai suami istri. Bra yang masih melekat di dada Alia dirasa Pak Sati membuatnya tak nyaman. Tangannya bergerak ke punggung Alia dan melepas pengaitnya. Benda yang menutup dada Alia terlepas dan terbukalah dua bukit salju yang amat menakjubkan. Putingnya mulai mengeras menandakan pemiliknya sudah amat bergairah. Dinding putih payudara Alia digigit perlahan oleh gigi tongos Pak Sati. Alia hanya mampu memejamkan matanya. Cupangan merah didinding payudaranya semakin banyak. Air ludah Pak Sati membasahi kulit putih di sekitar leher dan buah dada Alia. Seperti bayi yang baru lahir tampak pak Sati mengemuti buah dada Alia. Ia menyusu pada wanita muda yang kini jadi istrinya. Pak Sati amat puas akan penerimaan Alia yang tak menampakan penolakan. Meskipun udara pengunungan amat dingin namu di dalam kamar tersebut amat berbeda. Kedua tubuh anak manusia ini penuh dengan keringat yang keluar dari pori pori keduanya akibat aktifitas yang mulai memanas. Pak Sati kini melupakan istrinya Mak Sanah yang tidur kedinginan di kamar belakang rumah peristirahatan tersebut. Ia sedang berasik masyuk dengan wanita muda yang cantik dan kaya anak majikannya.Tak ada yang salah dengan keduanya, apalagi kini keduanya sudah jadi suami istri yang tentu saja menunaikan hak dan kewajiban sebagaimana ketentuannya.

Tubuh Alia tergolek pasrah diatas ranjangnya,menunggu perlakuan selaqnjutnya dari Pak Sati suami sementaranya.Tubuhnya diarasakan Alia amat panas dan ingin cepat melalui malam itu bersama Pak Sati.Alia merasakan dibawah pusarnya sudah basah oleh lelehan cairaqn pelumas yang keluar dari dalam tubuhnya.Ia sudah siap menerima apapun yang dilakukan Pak Sati sebagai suaminya.David untuk sesaat sengaja ia lupakan agar ia dapat menerima Pak Sati menunaikan kewajibannya. Pak Sati melepaskan baju yang ia kenakan berikut kain sarung yang ia pakai. Dari siang tadi ia sudah berniat malam ini akan melaksanakan kewajibannya. Malam malam sebelumnya ia takut akan membuat Alia marah dan mengadukan pada oarangtuanya.Namun keakraban dan kedekatan mereka beberapa hari ini menjadikan Pak Sati yakin akan mampu menunaikan kewajibannya. Ia juga mengerti Alia sudah paham tentang hak dan kewajiban sebahgai suami istri di dalam kamar. Atas pemikiran itulah Pak Sati kini bersiap melaksanakannya. Alia bukanlah wanita kemaren sore yang tidak tahu apa yang akan ia lakukan malam ini. Meski awalnya ia bertekad tak akan mau disentuh apalagi bersebadan dengan pak Sati yang kini telah jadi suaminya. Setelah ijab kabul hari itu, Alia membaca ulang buku nikah juga syarat syah pernikahan. Perlahan hatinya terbuka dengan harus menerima Pak Sati menggaulinya untuk syarat syahnya pernikahan. Apalagi selama beberapa hari di desa itu ia mendapat banyak hal hal positif tentang kegigihan Pak Sati bekerja pada oarangtuanya dan ketekunannya memelihara semua yang dipercayakan orangtuanya.Pekerjaan Pak Sati tak sebanding dengan apa yang diterimanya selama ini. Dan dengan keterbelakangan pendidikannya ia mau saja menikah hanya untuk beberapa hari saja dengannya. Padahal hal ini amat hina jika dilakukan laki laki dan sebagai cemoohan orang orang. Pak Sati amat baik, jarang ada orang sebaik dirinya untuk saat ini. Orang orang zaman kini semua berpikir atas dasar materi dan keuntungan pribadi. Pak Sati amat jauh dari itu semua dan selama 2 hari tidur sekamar dan seranjang dengannya, Alia melihat pak Sati memegang teguh janji dengan tidak menyentuhnya. Pada malam kedua kemarin, Alia terbangun dan dengan iba melihat laki laki tua pincang yang kini jadi suaminya itu tertidur pulas di sampingnya.Timbul rasa kemanusiaanya, apa yang membedakannya dengan orang ini.

Alia juga salut dengan Mak sanah istri Pak Sati, mak Sanah mengizinkannya menikah dengannya tanpa rasa cemburu sedikitpun.Cara pandang yang dialami Alia selama ini amat penuh dengan hal hal kepalsuan.Mungkin karena kekayaan,ketampanan dan juga segala hal materi keduniaan semata.Malam itu Alia berpikir dan matanya sulit tidur,akhirnya ia menemukan jawabannya.Tak ada salahnya ia menerima pak Sati sebagai suaminya dan melaksanakan kewajiban. Di ranjang yang empuk dan luas di kamarnya, dua tubuh manusia terus bergulat dan saling membelai. Alia tak lagi jijik menerima kuluman lidah Pak Sati. Dengan sepenuh hati ia layani keinginan dasar suaminya itu. Pak Sati dengan gerakan lambat dan penuh kegugupan berusaha melepas celana piyama Alia.
”Pak…jangan takut Pak,Lia, tak marah koq” bisik Alia di telinga Pak Sati.
Mendengar kata kata itu semakin memantapkan langkah Pak Sati. Tak sulit untuk melepas celana yang sedang dikenakan Alia karena sepenuhnya dibantu pemiliknya lepas dari tubuhnya. Tangan tua Pak Sati menarik lepas celana panjang Alia. Celana itu ia letakkan di bawah ranjang, kini ia saksikan Alia hanya memakai celana dalam putih yang sudah basah di tengahnya. Pak Sati amat tahu Alia sudah siap untuk ia gauli. Perlahan dan amat lambat tangannya berusaha melepas kain kecil penutup liang vagina wanita cantik istrinya. Kain kecil penutup terakhir ditubuh Alia lepas. Meski basah namun wangi cairan pelumas kemaluan Alia tak membuat Pak Sati jijik. Ia ciumi kain kecil yang ia pegang lalu ditaruhnya di lantai dekat kumpulan penutup tubuh Alia yang lain. Liang basah Alia dipenuhi oleh bulu bulu halus yang tertata rapi. Tanpa jijik sedikitpun Pak Sati menjilat lelehan cairan dari liang Alia.
”mmm..Pak……mm,,,,,ampumm…mmm” dari mulut Alia keluar keluhan dan engusan berat nafasnya menahan nafsu birahi yang menderanya.
”tenang lia….jangan terlalu gelisah”. bisik pak Sati di telinga Alia ”Bentar lagi ,,,,bapak sedang bikin Lia nyaman” terang pak Sati.
Erangan dan dengusan dari mulut Alia semakin membuat Pak Sati yakin akan usahanya. Dengan intens ia jilati klitoris di lepitan kemaluan istrinya ini. Kedua jarinya juga cukup gesit memilin-milin puting susu Alia. Alia semakin bertambah tak kuasa menahan nikmat birahi yang mendera pusat kemaluannya. Terasa dari dalam tubuhnya akan keluar berjuta getaran aliran larva.

Tak lama tubuh Alia mengejang, kedua tangannya menarik rambut Pak Sati yang memutih, ia terkam dengan tangannya seolah memberikan tanda ia menyonsong orgasme dengan sangat kuat. Pak Sati tetap bertahan di liang sanggama Alia yang sudah melelehkan air orgasmenya. Kedua paha Alia menjepit kepala Pak Sati yang masih bisa bertahan dan menghisap hingga tandas cairan cinta yang keluar dari liang Alia. Tubuh Alia semakin melemah setelah mendapatkan puncak kenikmatannya.Perlahan kedua pahanya mengendur dan melepaskan kepala Pak Sati. Begitu juga kedua tangannya kini semakin terbuka, keringat membasahi kulitnya yang putih mulus. Dari dahi dan leher juga dada Alia basah oleh keringat. Malam ini adalah malam pertamanya bersama Pak Sati. Alia sangat puas mendapatkan saluran pelampiasan birahinya yang terpendam selama ini. Hanya dengus nafasnya yang naik turun teratur terlihat dari gerakan bukit buah dadanya. Pak Sati bangun menjauh dari liang cinta Alia yang sudah ia bersihkan dengan lidahnya. Ia berusaha mencari air minum, air ia tuangkan kedalam gelas dan berikan pada Alia.Alia menerimanya, lalu langsung meminum air yang diberikan Pak Sati.
”terima kasih Pak,” kata Alia
Pak Sati mengangguk dan turun dari ranjang, Alia kini tergolek lemah. Rupanya Pak Sati sedang melepaskan celana dalam yang ia pakai. Kini terlihat kemaluannya yang hitam sudah tegak. Sebelum naik ke ranjang Pak Sati lebih dahulu meminum air dari sebuah mug yang ia siapkan dari siang tadi. Dalam mugnya itu berupa air kelapa muda dicampur telur bebek dan air tebu sebagai minuman penambah daya tahan untuk bersetubuh. Minuman yang ia bawa telah dihabiskan dan kini Pak Sati sudah berada di atas ranjang kembali bersebelahan dengan Alia. Alia tak berani melihat kemaluan Pak Sati yang terlihat pendek namun besar. Lebih besar dari milik David mantan suaminya namun ia ingat hampir sama dengan milik Domi, bedanya milik Domi tak disunat. Di sekeliling batang pak Sati ditumbuhi bulu bulu kasar yang agak jarang. Pikiran Alia seperti dipermainkan oleh sensasi dari dalam khayalannya. Tiba tiba Pak Sati mengulum bibirnya beberapa saat. Dalam kebimbangan pikirannya, Alia menerima kuluman dan permainan lidah Pak Sati. Meski gerakannya tak selincah saat dikulum David juga Domi dulu, gerakan lidah Pak Sati mampu membuat Alia terbakar birahi kembali.

Gelombang birahinya kini kembali pulih dan siap untuk disirami kemesraan dari suami sementaranya. Pak Sati aktif membelai buah dada Alia yang sudah mengeras dan licin oleh keringat yang kembali keluar dari pori pori kulitnya. Dari kulit tubuh Alia yang putih nyata sekali kelihatan bilur aliran darahnya. Selain itu kulitnya amat terawat dan amat mempesona. Pak Sati amat beruntung saat ini karena malam ini akan merasakan kehangatan tubuh istri sementaranya. Pak Sati memeperlakukan Alia seperti seorang putri. Pengalaman dan usia Pak Sati yang sudah tua mampu memberikan menggiring Alia untuk menikmati sorga dunia sebagai suami istri. Jari jari Pak Sati intens memberikan rangsangan dan belaian pada setiap titik titik sensitive di tubuh Alia. Sapuan lidahnya seolah menambah daya baker birahinya. Sedikit gerakan Pak Sati sudah memposisikan diri di antara kedua paha Alia. Ia buka paha Alia dengan tangannya. Alia mengikuti gerakan tangan Pak Sati yang membuka pahanya. Sedangkan wajahnya ia arahkan ke sebelah kiri dan tutupi dengan kedua tangannya. Alia tak sanggup menyaksikan suami tuanya akan memasuki dirinya.Namun sebagai wanita terpelajar,tak mungkin ia akan meminta minta pada laki laki tua itu.Jauh di lubuk hatinya ada peperangan antara birahi dan kewajiban sebagai istri. Namun rasa birahi di dalam sanubarinya telah mengalahkan egoisme pribadinya. Kini ia bersiap menyerahkan dirinya pada laki laki tua yang selama ini ia anggap sebagai pembantu keluarganya itu memasuki organ intim miliknya. Detak suara jam malam itu mengiringi gerakan Pak Sati yang menuntun kemaluannya menuju gerbang kemaluan Alia. Gerakan gugup sebagai laki laki tua menambah sensasi tersendiri bagi Alia. Alia semakin memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Perlahan kepala kemaluan Pak Sati mulai menyentuh pintu kemaluannya. Tapi Pak Sati menarik kemaluannya kembali karena tak leluasa dengan posisi Alia saat itu. Diambilnya sebuah bantal lalu di letakkan di bawah pinggang Alia. Kedua paha Alia ia buka dan tekuk ke arah pinggangnya. Posisi seperti itu sangat bagus bagi Pak Sati, namun merupakan siksaan bagi Alia. Namun Alia tidak protes karena posisi itu belum pas bagi mereka berdua, apalagi pak sati tak begitu tahu posisi posisi sanggama yang baik. Maklum sebagai orang kampung jauh dari informasi tentang hubungan badan yang baik.

Pak Sati bersiap memasuki pintu rahim Alia.Detik detik amat mendebarkan bagi Alia. Dengan perlahan kepala kemaluan Pak Sati mulai memasuki bibir kewanitaan Alia. Alia merasakan gatal dan geli di organ kewanitaannya itu. Tampak Pak Sati berusaha mendorong kemaluannya untuk masuk terus. Dari ujung kepala kemaluannya Pak Sati merasakan hawa hangat kemaluan Alia.
”ah,,,ghr,,,aduh,,,uhm, ugh,,,Pak…mm,,,,Lia gak kuat Pak!” lirih suara Alia saat dimasuki Pak Sati.
Kemaluan Pak Sati masuk dengan perlahan dan dengan gerakan lambat hingga seluruh batang kemaluan laki laki tua itu bersarang di liang kewanitaan Alia. Moment masuknya kemaluan Pak Sati dirasa Alia sedikit nyilu karena itu ia sempat menahan bahu Pak Sati. Namun kini semua sudah amblas kedalam dirinya dengan lancar. Memang kemaluan Alia sudah tak perawan lagi namun yang dirasa Pak Sati liang itu masih amat sempit. Sebelumnya Pak Sati kuatir akan membuat liang Alia berdarah karena diameter kemaluannya yang besar. Namun karena liang itu pernah dimasuki milik Domi maka kini tak ada masalah. Alia masih memejamkan matanya. Pak sati mendiamkan dirinya saat itu dan kedua tubuh anak manusia berlaianan jenis dan usia itu telah menyatu. Dari dekat Pak Sati menyaksikan Alia tergolek pasrah dan memejamkan matanya. Kuluman sesaat di bibir Alia oleh Pak Sati membantu Alia memulihkan rasa percaya dirinya. Kini keduanya sudah menyatu, keringat sudah bercampur begitu juga organ kelamin keduanya juga sudah saling mengait. Dengus nafas berat Alia semakin keras ketika Pak Sati menarik kemaluannya dari liang cinta istrinya. Perlahan keluar lalu masuk lagi dengan gerakan lambat. Alia merasakan bersebadan dengan Pak Sati amat penuh perasaan. Tidak seperti mantan suaminya David yang selalu terburu buru dan kasar, begitu juga saat bersama Domi yang suka cepat tanpa merasakan keinginan wanita dewasa seperti dirinya. Gerakan Pak Sati semakin cepat dan berkualitas. Tak lama Alia kembali orgasme. Ia angkat kepalanya dan gigit bahu suaminya itu dengan kuat. Perbuatan Alia itu menandakan wanita ini mendapatkan kenikmatan sexual yang eksplisit. Perbuatan Alia yang mengigit bahunya dibiarkan Pak Sati. Lelaki tua itu tetap saja menghujamkan batang kemaluannya kedalam liang sanggama istrinya. Alia sudah merasakan kecapaian karena 2 kali mendapatkan orgasme tapi Pak Sati belum juga menyudahi permainan ranjangnya. Ramuan yang ia minum tadi sebelum berhubungan dengan Alia terasa manfaatnya.

Alia sudah kepayahan menahan sesak di dalam kewanitaanya. Di saat Alia kembali merasakan orgasme kembali, Pak Sati menumpahkan air cintanya untuk membasahi rahim Alia. Karena cukup banyak sperma yang ditumpahkan ke dalam liang sempit itu, sebagian tumpah membasahi bantal yang menyangga pinggang Alia. Pak Sati ingin membuahi rahim Alia dengan bibitnya. Namun tanpa ia ketahui Alia sudah memasang alat Kb suntik sebelum ia nikah untuk sementara itu. Alia amat pintar dan cerdas ia sudah memikirkan hal yang tak bisa ia tolak nantinya. Tubuh basah Pak Sati jatuh menimpa kulit mulus Alia. Memang aroma keringat laki laki itu amat menyengat namun karena ia adalah suami sementaranya, maka Alia tak memedulikannya. Kini ia sudah menjalankan kewajibannya, selain itu birahinya juga telah tersalurkan setelah sekian lama tak didapatnya. Kini tinggal beberapa hari lagi ia akan diceraikan Pak Sati. Akibat kecapaian selama berhubungan tadi, Alia dan Pak Sati tertidur dengan berpelukan. Tampak rona wajah kepuasan di wajah Pak Sati begitu juga Alia. Pagi harinya Alia terbangun dengan tubuh sangat lunglai dan capai. Di samping meja kecil kamarnya terhidang sepiring nasi goreng dan segelas susu berikut telur setengah matang. Tak lama kemudian Pak Sati masuk kamar dengan langkah terhuyung karena kakinya memang pincang.
”Lia…makan dulu….biar tenaga kembali fit” terang Pak Sati.
Saat Alia akan bangun dari berbaring, ia baru sadar belum mengenakan apa apa, tubuhnya masih telanjang bulat. Dengan malu ia tutupi tubuh putihnya dengan selimut.
”Pak tolong ambilkan handuk saya,” pinta Alia.
Dengan tertatih Pak Sati mengambil handuk yang berada dekat kamar mandi. Handuk ia berikan pada Alia. Setelah menutupi tubuh telanjangnya, ia masuk kekamar mandi. Pak Sati memperhatikan tubuh yang ia gauli malam tadi dengan seulas senyum. Sementara Alia di dalam kamar mandi, Pak Sati membersihkan kamar Alia. Sprei yang masih belepotan sperma dan bau keringat keduanya diganti Pak Sati. Begitu juga onggokan pakaian Alia juga celana dalamnya ia kumpulkan. Semua kain kotor itu ia bawa keluar kamar untuk dicuci. Pagi itu Pak Sati bekerja sendirian, Mak Sanah istrinya sejak kemaren berada di rumah anaknya di kampung sebelah karena cucunya sedang sakit.

Setelah mandi dan merasakan tubuhnya segar, Alia mengenakan pakaiannya. Ia belum keluar kamar, namun masih makan makanan yang dimasak Pak Sati pagi itu. Dengan lahap ia santap nasi goreng juga telur setengah matang yang disediakan Pak Sati. Sarapan pagi yang disiapkan Pak Sati seketika dapat mengembalikan tenaganya yang terkuras habis karena bersebadan dengan Pak Sati. Alia merasakan kini tubuhnya segar dan bugar kembali. Dengan mengenakan tshirt longgar ia keluar kamar dan duduk di teras rumah peristirahatan milik orangtuanya. Sambil memandang alam pebukitan yang diselubungi embun pagi. Sungguh amat menakjubkan keindahannya. Ingin rasanya Alia berlama lama di desa ini, namun minggu depan ia sudah harus kembali ke kota, selain masa izinnya sudah habis juga pekerjaan yang harus ia laksanakan. Kini tinggal 3 hari lagi ia di desa ini dan hanya 3 hari itu juga Pak Sati harus menceraikannya untuk selanjutnya Alia bisa kembali menikah dengan David. Puas memandang alam sekitarnya, Alia beranjak ke dalam rumah. Ia memanggil Pak Sati untuk diajaknya ke pasar karena ada yang akan ia beli. Dengan alasan pekerjaan di perkebunan yang belum beres, pak Sati menolak ikut ke pasar. Alia berangkat sendiri dengan mobilnya yang sebelumnya telah ia panaskan. Selama di pasar Alia membeli keperluan dapur untuk seminggu dan tak lupa membelikan celana dalam untuk Pak Sati karena ia sempat melihat celana dalam laki laki itu sudah robek dan warnanya yang sudah berubah. Selain pakaian dalam ia juga membelikan wewangian agar tubuh pak Sati tak lagi bau saat bersamanya. Tadi malam Alia merasakan kurang begitu menikmati hubungan dengan Pak Sati karena aroma tubuhnya yang kurang sedap.Selesai berbelanja Alia pulang kerumah dengan bawaan yang cukup banyak. Di rumah Alia tinggal sendirian karena Mak sanah belum kembali karena sedang berada di rumah anaknya, begitu juga Pak Sati sedang ke perkebunan. Siang setelah masak seadanya, Pak Sati pulang dengan sepedanya. Ia sudah melihat mobil Alia sudah berada kembali di dalam garasi. Setelah menutup pagar rumah, laki laki itu masuk ke dalam rumah. Di dapur ia saksikan sudah terhidang makanan yang dimasak Alia. Namun Alia tak terlihat saat itu. Pak Sati masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang penuh keringat dan kotoran saat di kebun.

Setelah berpakaian seadanya, ia keluar kamarnya. Alia belum juga ia lihat, laki laki itu berjalan menuju ke kamar Alia. Pintu tertutup namun tak terkunci. Tampak olehnya Alia terbaring di atas ranjang tertidur sendirian. Pak Sati tak ingin mengganggunya, dengan tangannya ia selimuti tubuh istri sementaranya itu. Saat Pak Sati berbalik, ia dipanggil Alia yang terbangun karena diselimutinya.
”kemana Pak?” tanya Alia sambil duduk di sandaran ranjangnya.
”Eh,,,dah bangun Lia?” tanya Pak Sati.
”sudah Pak,apa pak Sati sudah makan?” tanya Alia, “kalau belum ayo kita makan bersama!” ajaknya.
Dengan langkah terseok seok Pak Sati mengikuti Alia yang berjalan mendahuluinya.Di meja makan dekat dapur rumah mereka makan siang bersama. Dengan lahap keduanya makan dan berbincang mengenai situasi perkebunan. Pak Sati berpesan nanti jika Alia sudah ke kota sebaiknya Alia dan David sering datang melihat perkebunannya. Alia menyanggupi saran dan nasehat laki laki tua itu. Pak Sati amat baik dan dirasakan Alia cukup perhatian pada pekerjaan dan tanggung jawab sebagai orang kepercayaan orangtuanya. Siang sehabis makan siang bersama Alia, ada saja yang akan dikerjakan Pak Sati. Namun Alia melarang laki laki itu yang akan menyapu sekeliling rumah. Ia kasihan melihat langkah Pak Sati yang terseok seok dalam berjalan. Pak Sati akhirnya tak jadi membersihkan halaman rumah. Di dalam rumah Alia merasakan tubuhnya sedikit pegal. Dengan tangannya sendiri ia urut bahunya yang terasa berat.Pak Sati menyaksikan Alia yang kecapaian,
”Lia…biar bapak pijit ya?” kata Pak Sati.
Alia pun tak keberatan jika dipijit laki laki suami sementaranya itu. Di lantai beralaskan karpet, ia duduk membelakangi Pak Sati. Pijatan Pak Sati amat enak dirasakannya. Selain rasa nikmat dipijat, ia juga merasakan pergerakan arus birahinya. Entah kenapa sejak ia berhubungan badan malam tadi, Alia merasakan dirinya seolah amat membutuhkan Pak Sati. Tanpa ia harapkan kini Pak Sati menempati tempat tersendiri dalam relung hatinya. Dengan pijatan pijatan yang terus menerus, ia semakin terlena.
”Pak…Lia…ngantuk…Lia ke kamar dulu ya Pak?” sahut Alia.

Pak Sati menghentikan pijatannya lalu berdiri. Ia bimbing tangan Alia menuju kamar wanita itu. Di dalam kamar Alia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Pak Sati berjalan keluar kamar dan mengunci pintu rumah dari dalam. Tak lama kemudian ia pun masuk ke kamar Alia. Sebagai laki laki yang sudah makan asam garam sifat wanita, ia amat mengerti bahasa isyarat dari Alia tadi. Kini pak Sati sudah berada dikamar Alia. Ia kunci pintu kamar dan duduk di samping ranjang Alia, wanita muda yang cantik itu terlihat tertidur, namun ia tahu Alia hanya pura pura tidur. Pak Sati berusaha melepaskan pakaian yang ia kenakan. Pertama ia buka baju koko kusamnya lalu celana panjang yang terlihat sudah usang. Kini Pak Sati hanya bercelana dalam saja. Sambil bertelanjang dada ia naiki ranjang tempat Alia berbaring. Pak Sati berbaring di samping Alia dan meraih tangan halus wanita itu. Tangan Alia ia ciumi dan bawa ke arah dadanya. Alia membuka matanya karena gerakan Pak Sati yang membangunkannya. Alia memang tak menolak perlakuan pak Sati. Laki laki tua itu juga mulai nakal, tangan Alia ia bawa masuk ke dalam celana dalamnya. Alia kaget karena tiba tiba ia merasakan memegang tonggak keras yang mulai bergerak hidup. Amat besar untuk ukuran pergelangan tangannya. Meski mereka pernah bersebadan namun Alia tak pernah memegangnya. Kini tangan halusnya mulai mengenggam batang kemaluan pak Sati. Perasaan Alia semakin bercampur baur karena itu kali pertama sejak menikah dengan pak Sati ia memegang kemaluan laki laki. Pak Sati berbisik,
”Lia….apa punya bapak ini masih Lia butuhkan? jika tidak besok Bapak akan ceraikan Lia.”
Ditanya seperti itu Alia terkejut karena pak Sati sudah bersiap menceraikannya.
”Pak….Lia gak bisa jawab sekarang, yang penting Lia melakukan kewajiban Lia pada bapak….” jawab Alia.
Pak Sati terlihat termenung meresapi kata kata Alia. Tanpa diminta Pak Sati bergerak menciumi bibir Alia.
”mmmhmmmm,,,,,,cccccppppp….ahhhhhhh,” bunyi pertemuan bibir mereka.

Tangan Pak Sati ikut aktif merabai buah dada Alia. Alia kini telah menerima perlakuan Pak Sati dengan ikut membalasnya. Kedua anak manusia berlainan usia dan status itu semakin bebas saling meraba. Alia tak terlalu kaku lagi disaat ia juga aktif menciumi dan menggigit dada Pak Sati .Tanpa ada kata yang terucap kedua anak manusia yang sedang berasik masyuk. Tak membutuhkan arahan, Pak Sati semakin mahir membukai pakaian Alia dengan cepat. Baju dan celana panjang berikut bra dan celana dalam Alia terlepas dari tubuh tuannya. Pak Sati dengan sigap melepas celana dalamnya. Alia juga sudah tak malu lagi menggenggam batang kokoh milik suami sementaranya itu. Tak diminta oleh Pak Sati, Alia ikut membantu mengarahkan kemaluan suaminya itu menuju liang rahim miliknya yang sudah basah.
”Ugh...uh,,uh,,uh,,terus pak..terus pak!” lirih suara Alia meminta Pak Sati agar segera mendorong kemaluannya memasuki dirinya.
Karena usianya yang memang sudah lanjut, Pak Sati berusaha mengimbangi nafsu Alia. Namun secara perlahan dan penuh penghayatan, sikap tenang dan gerakan yang teratur itulah yang membuat Alia menyukai gaya bercinta Pak Sati. Tak butuh waktu lama, Alia mendapatkan orgasmenya
“Uugh,,ugh,,,aduh,,,pak,,,ampun,,,,duhhh!!” dengus nafasnya yang berat.
Tangan Alia mencengkram lengan laki laki tua itu. Tubuhnya menegang dan kedua kakinya menjepit pingang Pak Sati. Pak Sati berusaha sekuat tenaganya untuk memberikan pelayanan terbaik pada Alia. Sebagai suami ia wajib memuaskan hasrat istrinya itu. Kedua tangan Pak Sati berusaha menggapai buah dada istrinya yang sudah basah mengkilap oleh keringat keduanya yang bercampur. Akhirnya Pak Sati mempercepat gerakannya hingga mendorong kemaluannya ke dalam rahim Alia sedalam mungkin. Pak Sati memberikan rasa nikmat persetubuhan itu pada Alia dengan menumpahkan bibit yang akan membuahi rahim istrinya yang cantik itu. Tubuh Pak Sati ambruk di atas tubuh Alia. Keduanya berpelukan dengan sangat erat. Puas dengan persenggamaan barusan, tubuh keduanya berusaha lepas. Kemaluan Pak Sati mengecil dan lepas dari liang sanggama Alia. Tubuhnya jatuh ke samping Alia dan tertidur. Karena kecapaian keduanya tertidur beberapa jam.

Tengah malam keduanya terbangun karena hujan yang turun dengan derasnya disusul rasa lapar yang mendera. Pak Sati bangun dari ranjang dan meraih sarung yang berada di kamar Alia. Laki laki itu tak mengenakan pakaian dalamnya.
”Lia mau makan?” tanya Pak Sati pada Alia.
Sambil berkata perutnya juga lapar, Alia juga bangun dan mengenakan kembali celana dan baju piyama. Ia tak mengenakan apapun untuk menutupi kemaluan dan buah dadanya yang masih lengket oleh ludah dan lendir di kemaluannya. Pak Sati menggandeng tangan Alia keluar kamar untuk makan. Alia mengikuti genggaman tangan Pak Sati yang berjalan di depannya. Sampai di ruang makan Alia dibantu Pak Sati membuka lemari dan meletakkan makanan yang akan mereka makan. Dalam sekejap keduanya makan dengan lahap. Sesekali pandangan mereka beradu dan keduanya tersenyum. Perut keduanya sudah kenyang dan kembali membereskan meja makan. Sambil bergandengan tangan kembali keduanya masuk kamar. Pak Sati sempat membelai rambut anak rambut Alia. Alia menurut saja rambutnya dibelai Pak Sati lalu dicium laki laki tua itu. Pasangan itu akhirnya merebahkan tubuhnya dan saling bercengkrama tak kalah dengan penganten muda usia. Sesekali tangan nakal pak Sati meraih buah dadanya yang tak berpenutup di dalamnya. Tiba tiba tangan Pak Sati menarik tangannya dan membawa tangan Alia ke selangkangannya. Meski sebelumnya Alia pernah merasakan tongkat ajaib pak Sati, namun setiap ia menggenggamnya ada desir aneh dalam dirinya. Namun selagi itu milik suaminya Alia tak memperdulikannya. Ia pegang dan genggam benda yang mulai mengeras dan siap memasuki dirinya. Puas memilin dan merabai dada Alia, Pak Sati turun ke arah organ intim wanita cantik ini. Jari tengahnya mencari klitoris yang terletak di celah liang sanggama wanita muda ini. Tubuh Alia terlonjak menikmati sentuhan jari tangan Pak Sati. Liangnya mulai basah dan seluruh pori porinya mengeluarkan keringat. Tak ada kata di antara kedua anak manusia ini, keduanya berusaha saling memberikan kenikamatan pada pasangannya. Pak Sati memposisikan dirinya di antara kedua paha mulus yang ditumbuhi bulu bulu halus milik istrinya. Tak butuh waktu lama, kepala kemaluan Pak Sati mulai meretas masuk ke dalam liang cinta Alia.
”Ugh,,,uh,,uh,,uh,,aduh,,Pak….terus,,,pak...uh!” Alia mendesah lirih.

Pak Sati terus memaju mundurkan kemaluannya di dalan kemaluan Alia. Sambil memaju mundurkan kemaluannya, tangan Pak Sati meraih buah dada Alia yang selalu memancing niatnya untuk merabanya. Dada Alia cukup indah,selain putih juga dihiasi kalung emas yang berinisial ‘A”. Tangan tua Pak Sati intens memilin dan merabainya mengikuti gerakan kemaluan Pak Sati yang maju mundur.
”ugh,,,,uh,,,Pak!” tubuh Alia mengejang dan tangannya mencengkram tangan Pak Sati.
Ia bangun dan mengigit dada Pak Sati karena gelombang dasyat orgasmenya. Puas dengan orgasmenya, ia melepaskan tubuhnya dari pelukan Pak Sati dan menelentangkan tubuhnya ke ranjang. Keringat kedua anak manusia ini sudah banyak dan membasahi kain sprei. Beberapa menit kemudian Pak Sati pun mulai memuntahkan air pembuat bayinya didalam kemaluan istrinya itu.
”Uh,,,,uh,,uh,,,gh,,gh!” dengus Pak Sati.
Tubuh pria tua itu rebah di atas tubuh Alia. Keduanya akhirnya tertidur karena letih bersanggama. Pagi hari Pak Sati masih terbaring disamping Alia.Pak Sati merasakan puas karena ia dan Alia sudah melalui syarat syah sebagai suami istri. Saat pak Sati terbangun, Alia juga bangun. Keduanya sepakat mandi bersama di kamar mandi kamar Alia. Dengan bersemangat Pak Sati menyabuni tubuh Alia dan sesekali ia raba payuadara istrinya. Di kamar mandi pagi itu, keduanya kembali melakukan persebadanan singkat. Kembali Pak Sati yang orang desa dan pincang itu, berhasil membasahi rahim Alia dengan spermanya. Hampir selama seharian di hari itu mereka berdua melakukan hubungan sex dengan sangat panas. Berbagai gaya telah mereka praktekan. Pak Sati yang awalnya hanya tahu gaya konvensional, akhirnya mengetahui gaya gaya seni bercinta yang lain dari buku buku yang dibawa Alia. Alia pun kini menikmati sentuhan dan siraman air cinta dari Pak Sati. Namun ada sesuatu yang tak mungkin ia ceritakan pada siapapun termasuk David kelak, mulai saat malam ia bersebadan dengan Pak Sati, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda yang ia temukan pada diri Pak Sati. Ia mulai mencintai Pak Sati, jujur ia juga menyukai sifat dan rasa toleransi laki laki itu padanya. Alia juga merasakan kepuasan yang tidak ia temukan saat berhubungan badan dengan David mantan suaminya juga Domi. Rasa kebapakan dan mengayomi yang dimiliki laki laki tua yang pincang itu mampu merubah segala pandangan negatifnya selama ini. Namun karena ingin menjaga martabat dan kehormatan keluarganya juga janji pada David

Akhirnya hari kelima itu Alia rela menerima talaq dari Pak Sati. Sebelum Pak Sati menjatuhkan talaq, malam hari pak Sati dan Alia masih sempat melakukan hubungan badan. Semua kejadian yang dialami Alia bersama Pak Sati tidak diketahui oleh keluarga Alia. Alia juga tak ingin keluarganya tahu sebab akan mencoreng muka keluarga juga resiko Pak Sati akan didepak dari perkebunan. Selesai melewati masa indahnya, Alia pun resmi menikah dengan David kembali. Kedua anak muda pasangan yang serasi ini kembali bersatu. Sebagai pasangan suami istri tentu saja keduanya melakukan hubungan suami istri, David selalu mendapatkan kepuasan saat bersama Alia. Namun tidak bagi Alia, semenjak merasakan berhubungan dengan Pak Sati, ia seolah sulit melupakan sosok laki laki itu. Meski kakinya cacat, namun untuk urusan ranjang dan sikap pada wanita David bukanlah apa apa. Kini Alia hanya menjalankan kewajiban sebagai istri saja pada David, namun jauh dilubuk hatinya ia amat merindukan kehadiran Pak Sati. Waktu berlalu dan bulan demi bulan berjalan hingga penantiannya itu terwujud juga. Saat David harus diopname di rumah sakit beberapa hari karena typus, Alia bertemu Pak Sati yang saat itu di sedang ke rumah orang tua Alia memberikan laporan tentang perkebunan yang ia awasi. Alia meminta Pak Sati menjaga rumahnya dan menunggui suaminya dirawat inap di rumah sakit. Apalagi Alia cukup sibukan oleh pekerjanya, jadi ia tak bisa menjaga David di siang hari penuh. Alia hanya menyempatkan ke rumah sakit saat makan siang dan malam sehabis membesuk suaminya ,Alia dengan ditemani Pak Sati pulang ke rumah. Alia menyetir sendiri mobilnya, Pak Sati duduk di sampingnya. Selama perjalanan pulang Alia banyak bertanya tentang perkebunan dan juga Mak Sanah. Sebelum sampai di rumah, Alia singgah di sebuah minimarket membeli keperluan untuk di rumahnya. Kurang dari sejam keduanya sudah sampai di rumahnya yang cukup asri. Pak Sati turun dari mobil dan membuka pagar rumah, Alia pun memasukan mobilnya ke dalam garasi. Sampai dalam rumah, Pak Sati pun langsung masuk ke kamar khusus tamu. Sedangkan Alia masuk ke kamarnya membersihkan tubuhnya. Malam itu Alia mengetuk pintu kamar Pak Sati mengajak laki laki tua itu makan malam. Pak Sati keluar kamar hanya mengenakan sarung dan baju kaos biasa. Tanpa sungkan karena sudah terbiasa, Pak Sati menuju meja makan bersama Alia. Di meja makan sudah disiapkan Alia makanan dan buah-buahan. Sambil makan keduanya asik ngobrol berbagai hal biasa saja. Alia tak segam menyajikan nasi ke piring Pak Sati, meski berkali kali laki laki itu menolaknya agar jangan memperlakukannya sebagai tamu agung. Alia terus saja memberikan lauk pauk ke piring Pak Sati. Akhirnya laki laki tua itu tak bisa berbuat apa apa menolak.

Selesai makan,Pak Sati diminta Alia duduk di ruang tengah tempat biasanya ia dan David nonton televisi. Setelah membereskan meja makan, Alia pun duduk di samping Pak Sati yang sedang asik menyaksikan acara televisi. Alia duduk amat dekat dengan Pak Sati. Sambil ngobrol ia berusaha memancing Pak Sati mengingat saat mereka sebagai suami istri sementara. Pancingan awal Alia seakan tak diacuhkan Pak Sati sebab laki laki tua itu amat memegang teguh perjanjiannya. Namun karena Alia kini sudah berubah dan malah terlihat atraktif pada Pak Sati. Mungkin karena selama ini Alia selalu mengekang birahinya yang terpendam. Alia semakin berani dan memancing Pak Sati. Semenjak Alia merasakan kejantanan Pak Sati mengaduk aduk kemaluannya, ia semakin tak mempedulikan sikapnya itu. Tapi semua ini ia lakukan hanya pada Pak Sati. Alia semakin berani memegang kemaluan Pak Sati yang masih tertutup cd dan sarung. Kepalanya disandarkan di bahu Pak Sati.Berkali kali Pak Sati mencoba menyadarkan Alia bahwa kini status mereka sudah berubah dan terlarang. Namun nasehat itu tak ada gunanya, apalagi Pak Sati juga laki laki yang punya gairah dan birahi. Diserang dengan cara seperti itu, pertahanan iman Pak Sati pun runtuh. Kini ia mulai berani meraba dan menciumi pipi Alia. Rabaannya juga sampai di payudara indah milik istri David itu. Mendapat balasan dari Pak Sati Alia semakin berani, ia tarik tangan laki laki tua itu menuju kamarnya. Dalam kamar yang luas dan dingin oleh hawa AC, keduanya semakin tak terpisahkan. Tanpa ada banyak kata yang terucap, keduanya sudah sama sama telanjang dan saling meraba juga memilin titik titik sensitif di Alia. Beberapa kali terdengar lenguhan dan rintihan Alia yang seolah tak tertolong oleh gelombang birahi yang menyerangnya. Seolah mendapat izin dari Alia, pak Sati mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki gerbang kenikmatan milik istri David yang dulu pernah ia kawini. Lenguhan kenikmatan keluar dari mulut mungil Alia. Tangan tangan tua dan kasar milik Pak Sati begitu rakus merabai setiap inci kulit mulus yang putih ini. Dingin AC kamar itu kalah oleh panas api birahi dua anak manusia ini. Kedua belum tampak ada yang mengalah.Pak Sati terlihat kuat seperti menunggangi kuda. Kepala Alia miring ke kiri dan kanan mengungkap kenikmatan yang ia rasakan. Malam ini adalah malam yang ditunggu dan dinantinya untuk menlepaskan dendam birahi yang ia pendam selama ini, begitu juga bagi Pak Sati. Tubuh Alia selalu membayangi dirinya, kenikmatan bersebadan yang pernah ia rasakan seolah terus mengejar langkahnya. Kini kedua tubuh berlainan jenis dan usia itu menemukan pelampiasannya. Mereka sebenarnya berjodoh, namun karena angkuhnya kehidupan dunia yang materialis dan status sosial yang membelenggu keduanya, maka mereka tak mungkin bersatu secara baik baik. Sebagai perwujudan dari keinginan keduanya,akhirnya mereka secar sembunyi sembunyi terus melakukan hubungan terlarang itu tanpa diketahui oleh keluarga besarnya dan masyarakat sekeliling mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar