Minggu, 16 Maret 2014

Ayu, Aku Perawan

Ayu

Aku berdiri di depan pusat pertokoan Setia Budi, Kuningan. Jujur saja aku bingung hendak kemana. Ada perasaan bosan yang teramat sangat menghinggapi diriku saat ini. Rasa bosan yang membuatku ingin mencoba sesuatu yang baru. Namaku Ayu Dyah dan umurku baru menginjak 22 tahun. Aku sendiri kuliah di salah satu universitas swasta terkenal di Jakarta, jurusan public-relation. Banyak orang, termasuk teman-teman sekampusku, yang bilang aku cantik dan menarik. Bukan ingin memuji diri sendiri, tapi mereka tidak salah. Aku terlahir dari sebuah keluarga pengusaha. Ayah ibuku tinggal di Bali dan aku memutuskan untuk mendiami rumah keluarga di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Sebuah rumah yang mungil, namun memiliki fasilitas yang lengkap serta taman. Aku biasanya kemana-mana membawa mobil pribadi, sebuah Honda Jazz keluaran terbaru berwarna merah. Tapi aku jarang menggunakannya. Karena aku punya kebiasaan mengantuk, jadi aku sering bepergian menggunakan taksi. Aku memiliki darah Indo dari kedua orang tuaku. Ayahku keturunan Indo-Jerman, sementara ibuku berdarah campuran Indonesia-Perancis. Jadi memang tidak salah, meskipun namaku sangat Indonesia karena keluargaku amatmenyukai budaya Bali dan Jawa, aku terlahir dengan penampilan fisik yang sebenarnya bisa membuatku sebagai model terkenal. Aku memiliki tubuh yang langsing, namun berisi. Tinggiku sekitar 171 cm dengan berat badan 53 kilogram. Kulitku putih dan aku memiliki rambut sebahu yang hitam. Banyak yang mengatakan aku sekilas mirip Pevita Pierce, aktris muda yang sedang nge-top saat ini. Aku menganggap itu sebuah pujian. Aku sebenarnya belum tertarik menjalin hubungan dengan pria saat ini. Terakhir kali aku pacaran, kira-kira satu setengah tahun lalu. Saat berpacaran aku menjalaninya dengan normal-normal saja. Ketemuan, nonton, makan, membahas sesuatu, tanpa melakukan hal-hal berlebihan yang sudah dilakukan anak-anak muda sekarang. Paling jauh aku hanya melakukan ciuman saja. Tidak lebih. Namun, kejadian dua pekan lalu banyak mengubah diriku. Saat aku berkunjung ke perkampungan Baduy. Aku memang hobi melakukan perjalanan seorang diri ke tempat-tempat eksotis, untuk melampiaskan keingintahuanku. Saat di perkampungan Baduy, aku mendapatkan suatu pengalaman mistis. Saat menginap di salah satu rumah di perkampungan Baduy, aku tinggal bersama seorang wanita tua yang kutaksir berumur 70-an. Dia bernama Mak Endeh dan dipercaya sebagai salah satu wanita sakti di perkampungan Baduy. Aku saat itu ditawari menginap di rumahnya, yang terletak di Kampung Baduy Luar, karena ia kebetulan melihatku. Ia berkata ia melihat sesuatu yang istimewa dalam diriku. Saat malam terakhir aku menginap di sana, aku diajak mengobrol oleh Mak Endeh. 

“Ayu, kamu ini gadis muda yang cantik. Banyak pria yang mengejarmu dan aku melihat kamu juga punya suatu kekuatan tersendiri, sesuatu yang membuatmu terlihat beda, “ ujar Mak Endeh.
Aku terkejut mendengarnya.
“Apa itu Mak?”, tanyaku merasa penasaran.
“ Kamu saya lihat memiliki kekuatan batin yang amat sangat istimewa. Sesuatu yang mengundang ketertarikan seksual dari banyak pria. Bukan hanya karena kamu cantik, tapi kamu punya daya pikat luar biasa secara seksual. Kamu masih perawan, kan?” tanya Mak Endeh tanpa basa-basi.
Aku terkejut mendengarnya. Memang aku belum pernah berhubungan intim dengan pria manapun. Aku menganggap kesucian harus diberikan kepada orang yang tepat. Aku menjelaskan hal ini kepada Mak Endeh.
“Mak setuju. Tapi hidup dan pekerjaanmu di kota besar, amat beresiko dengan pergaulan dan godaan. Mak punya sesuatu yang akan melindungimu,” ujar Mak Endeh sambil mengeluarkan sesuatu dari balik kembennya.
Benda itu berupa cincin emas putih bertahtakan batu berwarna hijau di atasnya. Entah kenapa aku melihat batu itu, aku merasa bergidik, namun di sisi lain merasa amat tenang.
“Ini Cincin Perawan. Batu ini sudah Mak simpan secara turun temurun. Batu ini akan menjaga keperawanan seorang gadis, meskipun ia melakukan hubungan intim dengan seorang pria, “ jelas Mak Endeh.
Aku tertarik dengan penjelasannya.
“ Kok bisa Mak?”
“ Batu di cincin ini berasal dari salah satu daerah di sini. Tidak ada yang tahu kalo Mak menyimpan cincin ini. Cincin ini harus dipasang di jari manis tangan kananmu. Sebelumnya kamu harus melakukan doa khusus sebelum memakai ini. Cukup satu kali saja. Khasiat cincin ini bisa berfungsi jika menemukan pemilik yang cocok. Dan Mak tahu cincin ini cocok dengan Nak Ayu,”
Mak Endeh lalu menjelaskan bahwa cincin ini akan mengembalikan fungsi perawan seorang gadis saat ia berhubungan intim. Tentu saja saat melakukan hubungan intim pertama kali, sang gadis pemakainya akan mengeluarkan darah perawan. Namun, Cincin akan mengembalikan kerapatan vagina sang pemakai, sehingga tetap kencang layaknya belum pernah disenggamai. Dan jika melakukan hubungan intim dengan pria lain, darah perawan akan kembali.



Ayu

Aku tercengang dengan penjelasan Mak Endeh. Antara percaya dan tidak percaya. 
“Saya tahu Nak Ayu tidak percaya. Tapi coba Nak Ayu pakai sekarang. Jika Nak Ayu merasa tubuh Nak Ayu enteng, dialiri hawa dingin dan sejuk, maka berarti cerita Mak Endeh benar, “ tegas Mak Endeh.
Aku pun penasaran memakainya di jari manis tangan kiriku. Dan benar. Aku merasa tubuhku amat enteng dan dialiri hawa sejuk dan dingin. Aku mengangguk dan tersenyum pada Mak Endeh. 
‘Benar Mak,” ujarku
Mak Endeh lalu memintaku melakukan ritual seperti yang diajarkannya. Setelahnya Mak Endeh berkata.
“ Cincin ini akan bereaksi sewaktu Nak Ayu bertemu dengan pria yang akan menjadi pria pertama yang akan menyetubuhi Nak Ayu. Batu Cincin akan berubah jadi merah saat Nak Ayu bertemu dengan pria itu dan Nak Ayu akan merasakan ketertarikan seksual luar biasa terhadapnya. Namun, Mak melihat pria beruntung itu bukanlah pria sebaya Nak Ayu. Justru dia adalah seorang pria berumur yang tidak tampan, sudah beristri dan punya anak. Dan juga berasal dari kelas yang di bawah Nak Ayu, “ ujar Mak Endeh sambil tersenyum.
Aku tertegun dengan penjelasan Mak Endeh. “ Kok bisa Mak? Mak tau siapakah pria itu?”
Mak Endeh tersenyum lagi.
“Seperti halnya cincin ini memilih Nak Ayu, cincin ini juga memilih pria yang akan menyetubuhi Nak Ayu untuk pertama kalinya. Mak melihat bahwa nanti pria itu adalah pria berumur sekitar 50-an, bertubuh tinggi besar dan hitam, pincang kaki kanannya akibat kecelakaan, dan ia sebenarnya pria yang bertanggung jawab dengan keluarganya. Nanti cepat atau lambat Nak Ayu akan bertemu dan berhubungan intim dengannya, “ jelas Mak Endeh sambil tersenyum.

###########################
Aku terbangun dari lamunanku tentang kejadian di rumah Mak Endeh. Aku masih menunggu taksi. Sudah pukul 22:17 menit di arlojiku dan hari itu adalah hari Senin di mana hari kerja yang sibuk. Jakarta memang selalu sibuk biarpun di malam hari. Tak lama aku melihat sebuah taksi Blue Bird dengan lampu menyala, tanda tidak ada penumpang. Aku melambaikan tangan dan taksi itu menghampiri. Kaca jendela taksi depan terbuka dan terlihatlah seorang supir. Ia bertubuh besar, agak gendut dan berkulit hitam. Seperti pria dari Ambon. 
Dengan suara berat ia menyapa , “ Taksi non? Mau kemana?”
“Ke kompleks Bidakara, Pancoran pak “ujarku. 
Sopir taksi itu mengangguk dan aku pun masuk, serta duduk di kursi belakang. Namun, sebuah kejadian tak terduga menimpaku. Aku tiba-tiba merasakan panas dan gairah luar biasa. Jantungku berdebar kencang, lalu keringat keluar dari pori-poriku. Seperti merasakan gairah dan gugup luar biasa. Aku cemas, sekaligus berdebar-debar. Vaginaku terasa berkedut-kedut, tanda terangsang secara seksual. Aku langsung teringat akan pesan Mak Endeh. Aku lalu melihat Cincin Perawan di jari manis tangan kananku. Dan benar! Batu Cincin Perawan berubah warna dari hijau menjadi merah. Aku panik, sekaligus penasaran. Aku perhatikan sang sopir dari balik kaca mobil di atasnya. Ia berkulit hitam. Wajahnya lebar dan jantan, dihiasi cambang yang sudah dicukur. Tubuhnya besar tinggi. Aku melihat tangannya yang besar, kokor dan berbulu yang sedang memegang persneling. Aku bertanya inikah pria yang akan aku serahkan keperawananku? Pak Sopir ternyata sadar akan tingkah canggungku. Ia bertanya.
“ Non kenapa? Non sakit? Mau lewat mana dan kompleks apa?”
Aku menjawab dengan gugup , “ Nggak kenapa-napa Pak. Aku Cuma nggak enak badan, “
“ Abis kumpul-kumpul ya non?” tanya pak sopir lagi.
“ Iya pak” jawabku singkat.
“Kok nggak sama pacar non? Non ini cantik,” Pak Sopir bertanya sambil tersenyum memamerkan giginya yang putih dan bibir yang hitam karena merokok.
“ Lagi nggak pacaran Pak. Oh iya, bapak namanya siapa?” tanyaku sembari menghilangkan rasa gugup dan gairah yang semakin membuncah.
“ Nama saya Tanba, Non, “ ujarnya sambil melirik diriku dri kaca spion mobil di atasnya.
“ Oh.. Bapak sudah lama naksi? Asal bapak dari mana?, “ aku kembali bertanya dengan suara gugup yang kubuat biasa.
“ Sudah lebih 22 tahun Non. Saya dari Ambon. Udah 28 tahun juga tinggal di Jakarta. Dulu penah jadi sekuriti. Kalo non kuliah?” Ia bertanya balik.
“ Iya pak.” Jawabku.

Situasi lalu lintas yang macet membuat kami mengobrol banyak. Aku bercerita sedikit tentang diriku. Dan aku kemudian tahu Pak Tanba adalah ayah dari 4 orang anak yang sudah dewasa. Anak tertuanya kini sudah berkeluarga dan punya anak. Sedangkan anak terkecilnya yang kini berusia 25 tahun sudah bekerja dan tinggal bersama Pak Tanba dan istrinya. Pak Tanba sudah 28 tahun menikah dengan istrinya yang sekarang. Ia pernah menjadi sekuriti dan berganti-ganti armada taksi, sebelum akhirnya jadi sopir taksi si burung biru. Di perusahaan taksi terbesar ini, Pak Tanba sudah 12 tahun bekerja. Ia menyupir dengan cekatan dan ia punya selera humor yang baik. Obrolan kami berlangsung lancar, meski beberapa kali aku masih merasa gugup karena desakan birahi yang muncul akibat pengaruh Cincin ini. Sambil mengobrol aku memperhatikan wajahnya yang tegas dan keras, sambil sesekali melirik kea rah selangkangannya. Dari celana seragam berwarna biru tua itu aku melihatnya bagian selangkangannya menggembung. Tiba-tiba dalam pikiranku aku membayangkan bahwa Pak Tanba memiliki penis yang besar, hitam dan kokoh. Aku merinding. Aku belum pernah berpikiran mesum seperti ini sebelumnya. Tapi desakan birahi dari Cincin Perawan membuatku menjadi sedikit liar. Sampai suatu ketika, Pak Tanba memergokiku melihat selangkangannya.
“ Ada apa Non? Bapak salah ngomong?” Pak Tanba bertanya.
“Oh nggak pak. Bapak jago nyetir ya?” ujarku mengalihkan perhatian.
“ hahaha.. tentu saja non. Kan ini pekerjaan bapak. Saya ngutamain servis ke pelanggan. Sekarang banyak yang nyopir taksi, tapi malah nggak tau jalan, “ ujar Pak Tanba sambil tersenyum.
“Bener pak. Saya sendiri punya mobil. Tapi malas nyetir karena sering macet dan mudah ngantuk. Enakan naik taksi. Tinggal santai, “ ujarku.
“ Wah biasanya anak muda justru senang dan bangga bawa mobil sendiri. Kalo gitu, sering-sering pake Taksi bapak aja non. Dijamin lancar kemana-mana, “ ujar Pak Tanba berpromosi, sembari tertawa.
“ Wah ide bagus pak. Nanti saya minta nomor bapak ya, “ aku menanggapinya dengan suara riang. Oh, rasa birahiku semakin tinggi membayangkan aku ber-sms dengan Pak Tanba ini.
“Oh iya pak. Sudah 28 tahun menikah, apakah bapak pernah selingkuh. Maaf pak aku tiba-tiba bertanya hal ini. Aku dengar sopir-sopir banyak selingkuhan dan sering dengan cewek lain gitu pak.” Tanyaku berusaha memancing dalam bahasa yang halus.
Pak Tanba menanggapinya sembari tertawa.
“ Hahaha. Teman-teman bapak memang banyak yang begitu. Main dengan cewek lain, kadang malah punya istri lebih dari satu. Tapi Bapak nggak gitu. Dari dulu tetap dengan istri yang sekarang. Nggak berani coba-coba. Lagian penghasilan bapak kecil dan nggak punya sambilan. Mau dikasih makan apa kalo banyak cewek? Bapak juga nggak ganteng, “ jawab Pak Tanba tersenyum.
Oh, aku semakin terangsang dengan jawaban Pak Tanba. Apa yang dikatakan Mak Endeh ternyata benar. Inilah pria yang akan jadi lelaki pertama yang memasukkan penisnya ke vaginaku. Memikirkan hal itu membuatku makin terangsang. 
“ Bapak itu seksi loh. Pasti banyak yang mau. Kalo ada cewek yang mau dengan bapak, gimana?” ujarku amat berhati-hati agar tidak menimbulkan kesan gadis nakal.
“ Hahaha. Selama ini belum ada non. Tapi kalaupun ada, bapak akan heran, kok bisa mau? Non sendiri kenapa nggak punya pacar. Padahal non ini baik , cantik lagi. Kalau anak bapak masih ada yang bujangan, dia pasti tertarik dengan Non sekarang, “ ujar Pak Tanba tersenyum.
“ Aku belum ketemu yang cocok pak. Terakhir pacaran satu tahun lalu. Cuma cinta monyet aja. Aku sih pengen dapat cowok yang dewasa, kalau bisa lebih tua. Mungkin kayak bapak, “ jawabku. Oh birahi ini membuat perkataanku ngelantur.
“ Hahaha non bisa aja. Emang non mau dengan pria tua, gendut, hitam dan punya cucu kayak bapak? Sopir taksi lagi, ‘” Pak Tanba balik bertanya. 
Aku Cuma tersenyum, menyembunyikan birahiku yang meninggi.

Taksi yang aku tumpangi pun sudah dekat dengan rumahku. Aku semakin gugup membayangkannya. Aku tak mungkin langsung mengajak Pak Tanba untuk tidur bareng di pertemuan pertama. Meski birahiku sudah tak tertahankan. Akan dianggap apa aku nanti? Saat tiba di depan rumah, taksi berhenti. Aku masih penasaran dengan satu hal, apakah kaki kanan Pak Tanba benar-benar pincang seperti yang diramalkan Mak Endeh. Aku lalu punya akal untuk mencari tahu agar Pak Tanba turun dari taksi.
“Pak bisa minta tolong bukain gerbang rumahku? Gerbangnya sering susah digeser, “ ujarku meminta tolong.
“ Oh baik non,” 
Aku kemudian turun duluan dan menunggu di depan gerbang. Pak Tanba lalu turun dari taksi. Dan BENAR! Jalannya tergopoh dan pincang di kaki sebelah kanan. Aku bisa melihat Pak Tanba bertinggi sekitar 178 cm, lebih tinggi dari aku. Tubuhnya sedikit gemuk, gempal dengan perut yang sedikit buncit. Ia lalu membuka pintu gerbang.
“ terima kasih pak. Ini ongkosnya dan ambil saja kembaliannya“ ujarku memberikan satu lembar uang 100 ribu.
“ Wah ini banyak banget non. Terima kasih. Rezeki banget “ ujarnya sambil tersenyum riang. 
“ Nggak apa-apa pak. Saya juga senang disopiri bapak. Bapak lucu dan menyenangkan, “ ujarku sambil menggigit bibir bawahku menahan birahi.
“ Oh iya pak aku minta nomornya boleh? Aku pengen terus pake jasa sopir bapak, “ ujarku.
“ Wah tentu non. Sms atau telpon aja kalo butuh taksi“
Aku lalu mencatat nomornya. Aku sempat sekilas melirik selangkangan Pak Tanba. Aku merasa gembungan penis di balik celananya semakin besar. Apakah Pak Tanba juga merasakan birahi seksual sperti yang kualami? Apakah Cincin Perawan ini bekerja sesuai yang dikatakan Mak Endeh? Tapi aku tak berani mengambil resiko di awal pertemuan kami. Taksi Pak Tanba lalu berlalu, meninggalkan diriku yang tetap termangun dengan birahi seksualku. Aku melihat batu Cincin Perawan kembali berwarna hijau. Aku lalu masuk rumah, berusaha mandi untuk meredam birahi seksualku. Ramalan Mak Endeh dan khasiat Cincin Perawan terbukti. Aku bertekad ingin mencobanya dengan Pak Tanba

################################
DARI SISI PAK TANBA


Namaku Tanba. Berusia 48 tahun. AKu berasal dari Ambon dan tinggal di Jakarta selama 28 tahun. Profesi sebagai supir taksi sendiri telah aku jalani selama 22 tahun lebih. Aku memiliki seorang istri yang sudah kunikahi selama 28 tahun. Aku memiliki empat orang anak yang sudah dewasa dari istriku yang orang Jawa ini. Aku bahkan sudah memiliki seorang cucu dari anak tertuaku yang sudah menikah. Ketiga anakku sudah mandiri dan tinggal terpisah, tinggal yang bungsu, seorang anak perempuan yang sudah bekerja sebagai buruh. Aku tinggal di rumah di kawasan Tebet, di sebuah rumah sederhana yang sudah kumiliki sejak 20 tahun lalu. Sebelumnya aku mengontrak dan baru bisa menciicil rumah dari penghasilanku sebagai sopir taksi. Penghasilanku sebagai sopir taksi tidak besar, namun aku berhemat. Ditambah istriku yang juga berjualan kelontong. Awalnya aku beragama Kristen. Sejak menikah dengan istriku aku pindah agama dan sunat. Aku sendiri tidak taat beragama, hanya menjalankan shalat sesekali saja. Tapi aku berusaha hidup lurus, tidak pernah menyeleweng. Banyak orang tidak percaya dengan hidupku yang nyaris lurus. Sebagai orang Ambon, aku dikaruniai fisik yang banyak orang bilang, menyeramkan. Tubuhku tinggi besar dengan tinggi 178 cm, berkulit hitam, berbulu dan bersuara besar dan berat. Kini di usiaku yang sudah 48 tahun, aku sudah semakin gendut. Namun, jujur saja aku memiliki penis yang besar dan hitam. Panjangnya sekitar 19 cm dan diameternya besar. Penisku masih perkasa hingga sekarang dengan kepala yang besar, dan hanya kupakai untuk memasuki lubang vagina istriku. Ada cerita lucu saat aku pertama kali disunat di usiaku yang sudah 21 tahun, saat aku ingin menikah dengan istriku. Mantri yang menyunatku kagum dengan ukuran penisku yang luar biasa. 
“ Wah kalau gini bisa robek vagina istrimu, “ ujar sang mantri yang menyunatku kala itu. 
Aku hanya bisa tersenyum. Tapi memang benar, saat malam pertama, istriku kewalahan dengan ukuran penisku. Ia menangis dan hampir seminggu tidak bisa jalan. Tapi setelahnya istriku ketagihan. Aku memang memiliki stamina yang kuat dalam urusan seks, ditambah ukuran penisku yang memang besar. Aku juga suka memperlakukan istriku dengan lembut saat berhubungan seks, sehingga istriku bisa beberapa kali mengalami orgasme. Itu sebabnya istriku tak keberatan diberi 4 anak. Hehehe. Seiring menuanya istriku (ia lebih tua 3 tahun dariku), aku semakin jarang berhubungan seks. Istriku sudah tidak sekuat dulu, dan aku pun tidak mau memaksa. Meski keinginan seksku masih tinggi, aku tidak tertarik untuk main serong dengan perempuan lain, seperti yang dilakukan rekan-rekan sesama sopir taksi. Mereka kerap memakai PSK atau malah kawin lagi. Istriku tau kekuatan seksku masih hebat. Dan ia pernah menyuruhku menikah lagi. Tapi aku tak mau. Penghasilanku sebagai sopir taksi membuatku berpikir seribu kali untuk melakukannya. Belakangan bila hasrat seksku memuncak, aku lebih memilih coli. Air maniku yang masih banyak dan kental, keluar dengan olahraga tangan, dan aku cukup puas.

Sampai akhirnya kejadian malam Senin itu. Senin malam itu lalu lintas Jakarta amat padat. Aku yang sudah narik dari pagi sebenarnya ingin pulang. Namun, entah kenapa aku memilih untuk melewati kawasan Kuningan, yang sebenarnya masih padat, meski sudah pukul 10 malam lebih. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis muda melambaikan tangan, menyetop taksi. Aku berhenti di depan Setia Budi Plaza, menghampiri sang gadis. Gadis itu masih muda. Kutaksir umurnya baru sekitar 21 atau 22 tahun. Lebih muda dari anak bungsuku. Ia cantik, bertubuh ramping, berkulit putih dan memiliki rambut sebahu. Sepertinya ia keturunan Indo. Wajahnya mengingatkanku akan artis Pevita Pierce, artis muda yang saat ini sedang naik daun dan sering kulihat di koran-koran. Aku berhenti tepat di depannya dan membuka kaca jendela mobil.
“Taksi non? Mau kemana?” tanyaku
“Ke kompleks Bidakara, Pancoran pak “ jawab sang gadis.
Aku pun mengiyakan. Lumayan untuk penghasilan tambahan. Sang gadis masuk dan saat ia masuk tercium bau parfum mahal dari tubuhnya. Ia duduk di kursi belakang. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasakan gairah seksual yang hebat. Begitu ia duduk di kursi belakang taksiku, aku merasakan gairah seksual. Syarafku dan penisku tiba-tiba menegang. Aku sudah sering mendapat penumpang wanita cantik, tapi entah kenapa dengan penumpang satu ini, aku merasakan amat terangsang. Keringat dingin mengalir dari tubuhku. Jantungku berdebar keras. Tapi aku membuatnya seolah terlihat biasa. Aku pun lalu menghidupkan argometer dan menjalankan taksiku. Aku melirik ke gadis itu. Ia terlihat amat cantik di usianya yang masih muda. Ia terlihat segar. Tapi ia terlihat pucat dan gelisah. Ia seperti menyembunyikan sesuatu. Aku melihat dari kaca spion, ia seolah sedang menahan rasa ingin pipis.
“Non kenapa? Non sakit? Mau lewat mana dan kompleks apa?” aku mencoba bertanya.
Ia menjawab dengan gugup , “ Nggak kenapa-napa Pak. Aku Cuma nggak enak badan, “
“ Abis kumpul-kumpul ya non?” tanyaku lagi mencoba mencairkan suasana.
“ Iya pak” jawabnya singkat.
“Kok nggak sama pacar non? Non ini cantik,” Aku bertanya sambil tersenyum mencoba memujinya, tapi berusaha untuk tidak terlihat seperti om-om hidung belang
“ Lagi nggak pacaran Pak. Oh iya, bapak namanya siapa?” tanya sang gadis mengagetkanku.
“ Nama saya Tanba, Non, “ ujarku sambil tersenyum, mencoba melirik dirinya dri kaca spion mobil di atasku.
“ Oh.. Bapak sudah lama naksi? Asal bapak dari mana?, “ ia kembali bertanya dengan suara yang seperti gugup dan menahan sesuatu
“ Sudah lebih 22 tahun Non. Saya dari Ambon. Udah 28 tahun juga tinggal di Jakarta. Dulu penah jadi sekuriti. Kalo non kuliah?” Aku menjawab dengan nada seramah mungkin.
“ Iya pak.” Jawabnya singkat, namun sembari tersenyum.

Oh, gadis ini amat cantik dan entah mengapa terlihat sangat menggairahkan. Aku berusaha menekan perasaanku dan penisku yang semakin menegang. Gadis ini mengenakan kaus ketat berwarna biru muda dan rok mini berwarna merah. Aku bisa melihat kaki dan pahanya yang mulus dan putih. Cuaca dingin sehabis hujan, semakin menambah rangsangan seksual. Sembari menyetir aku membayangkan gadis muda ini telanjang, dengan buah dadanya yang sekal dan putih, lalu aku membayangkan aku bisa meremas payudara dan menghisapnya dengan mulutku. Aku juga membayangkan ia mengangkangkan kakinya yang putih mulus, memperlihatkan vaginanya yang sempit dan harum. Aku juga membayangkan tubuhku yang hitam, besar dan gendut menindih tubuh telanjangnya, lalu penisku yang item dan berukuran besar ini memasuki lubang vaginanya yang sempit. Bayangan yang muncul tiba-tiba itu membuat aku semakin berdebar. Penisku semakin tegang, dibalik celana seragamku. Aku merasa sempakku tidak bisa lagi menampung ukuran penisku saat ini, saking tegangnya. Tanpa sadar aku menghela nafas.
“ Bapak kenapa? Lagi nggak konsen nyetir ya, “ tanya sang gadis membuyarkan lamunanku. 
Oh Andai ia tahu bahwa saat ini aku amat kepengen menidurinya.
“ Nggak non. Lagi capek aja seharian narik, “ ujarku sembari membenarkan posisi dudukku, agar penisku yang semakin tegang tidak terlihat olehnya.
Suasana lalu lintas Jakarta yang masih macet akibat habis hujan, meski waktu sudah jam 10 malam lebih, membuat kami punya kesempatan ngobrol. Aku lalu tahu bahwa nama gadis ini adalah Ayu Dyah, berusia 22 tahun dan mahasiswi jurusan public relation di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Aku juga kemudian tahu bahwa adalah anak orang kaya, orang tuanya tinggal di Bali, dan ia menempati rumah di Pancoran seorang diri. Aku juga kemudian tahu Ayu tidak suka membawa mobil pribadi, suka ngantuk alasannya. Aku kemudian berkata dalam hati aku ingin menjadi supirnya, mengantarnya kemanapun, lalu memberikan kepuasan seks kepadanya. Tapi aku sadar aku hanyalah seorang sopir taksi tua, gendut, hitam dan miskin. Khayalan itu hanya sekdar khayalan lelaki tua yang sudah lama tidak mendapat jatah seks dari istrinya. Namun, di sela-sela obrolan antara sopir taksi dan pelanggan, aku memergokinya melihat bagian selangkanganku yang sudah menggembung besar. Aku tersenyum, mengharap ia benar-benar kepengen melihat penisku yang sudah tegang. Namun, aku tepis harapan itu, bisa jadi ia Cuma tak sengaja. Tapi saat aku pergoki, aku melihat wjah cantik Ayu bersemu merah. Ia mencoba mengalihkan pandangan dan percakapan. 

“Oh iya pak. Sudah 28 tahun menikah, apakah bapak pernah selingkuh. Maaf pak aku tiba-tiba bertanya hal ini. Aku dengar sopir-sopir banyak selingkuhan dan sering dengan cewek lain gitu pak.” Tanya Ayu tiba-tiba.
Jujur aku merasa kaget. Kenapa ia menanyakan hal itu. 
“ Hahaha. Teman-teman bapak memang banyak yang begitu. Main dengan cewek lain, kadang malah punya istri lebih dari satu. Tapi Bapak nggak gitu. Dari dulu tetap dengan istri yang sekarang. Nggak berani coba-coba. Lagian penghasilan bapak kecil dan nggak punya sambilan. Mau dikasih makan apa kalo banyak cewek? Bapak juga nggak ganteng, “ jawabku sambil tersenyum, menahan rasa deg-degan.
“ Bapak itu seksi loh. Pasti banyak yang mau. Kalo ada cewek yang mau dengan bapak, gimana?” Ayu kembali mengeluarkan pertanyaan mengejutkan.
Dalam hati aku menjawab kalo Ayu yang mau, aku akan rela dikurung seharian dengannya. Akan aku puaskan hasrat seksualnya. Akan aku tumpahkan air maniku yang kental di dalam vaginanya. Akan aku ajak ia ngentot kapanpun ia mau. Tapi tentu saja aku tidak menjawab hal itu. Aku masih punya akal sehat.
“Hahaha. Selama ini belum ada non. Tapi kalaupun ada, bapak akan heran, kok bisa mau? Non sendiri kenapa nggak punya pacar. Padahal non ini baik , cantik lagi. Kalau anak bapak masih ada yang bujangan, dia pasti tertarik dengan Non sekarang, “ ujar jawabku berusaha tidak terdengar merayu. 
Oh tidak akan kukasih kesempatan kepada lelaki lain. Aku akan sumpal vaginamu dengan penis superku, Ayu. Tentu saja itu Cuma dalam hati saja.
“ Aku belum ketemu yang cocok pak. Terakhir pacaran satu tahun lalu. Cuma cinta monyet aja. Aku sih pengen dapat cowok yang dewasa, kalau bisa lebih tua. Mungkin kayak bapak, “ jawab Ayu lugas tanpa terduga.. 
Des! Penisku semakin menegang. Aku semakin gelisah. Aku merasa ia mencoba merayuku. Tapi aku tidak mau gegabah. Akan malu bila ternyata ucapannya hanya iseng-iseng saja. Dari jawabannya aku berasumsi bahwa ia belum pernah melakukan hubungan seksual. Dari tingkah lakunya, aku sudah bisa menebak. Meski aku hanya menggunakan penis besarku untuk menyetubuhi istriku, tapi aku tau perbedaan antara gadis yang masih perawan atau tidak. Asumsiku ini membuatku semakin tegang. Aku makin ingin menjadi pria pertama yang mendapatkan keperawanannya. Tapi kembali aku sadar, bahwa aku tak sebanding dengannya.
“ Hahaha non bisa aja. Emang non mau dengan pria tua, gendut, hitam dan punya cucu kayak bapak? Sopir taksi lagi, ‘” Aku hanya bisa mengatakan hal itu,berusaha meredam nafsuku. 
Tak terasa taksiku sudah tiba di depan rumahnya. Rumahnya mungil, namun mewah. Aku makin minder. Tak rela rasanya aku kehilangan waktu dengan gadis muda yang sudah membangkitkan hasrat seksualku ini. Ayu lalu memintaku untuk membantunya membuka gerbang rumahnya. Sering susah digeser katanya. Dalam hati aku berandai bila Ayu mengajakku masuk ke rumahnya dan mengajakku bercinta. Pikiran mesum itu membuat penisku semakin tegang. Aku sudah merasa bahwa cairan pre-cum-ku sudah muncul dan membasahi sempakku.

Aku kemudian panik. Saat turun aku berusaha menyembunyikan tonjolan penisku yang sudah demikian menegang. Akan sangat malu bila dilihat Ayu dalam keadaan ini. Aku lalu berusaha menutupi tonjolan penisku dengan kemeja seragam. Aku melangkah dengan pincang ke arah gerbang rumah dan berusaha membukanya. Kaki kananku memang pincang akibat tabrakan sekitar 10 tahun lalu. Aku sempat dirawat di rumah sakit selama sebulan, kaki kananku patah dan akibatnya aku harus pincang seumur hidup. Aku bisa membuka gerbang rumah Ayu. Ia lalu memberikan uang sebesar 100 ribu rupiah sebagai ongkos mengantarnya. Padahal argo hanya menunjukkan angka 50 ribu rupiah lebih.
“ Wah ini banyak banget non. Terima kasih. Rezeki banget “ ujarku sambil tersenyum riang. 
“ Nggak apa-apa pak. Saya juga senang disopiri bapak. Bapak lucu dan menyenangkan, “ ujar Ayu membuatku semakin tersanjung.
Aku mendapatinya melihat tonjolan celanaku yang berisi penisku yang sudah amat tegang. Aku juga melihat ia menggigit bibir bawahnya yang merah ranum, seperti menahan gairah seks. Wajahnya yang cantik juga terlihat memerah. Tinggal menunggu ia memintaku masuk ke rumahnya, maka aku akan dengan amat senang hati menyodorkan penisku untuk ia hisap. Ooh khayalan ini semakin menggangguku.
“ Oh iya pak aku minta nomornya boleh? Aku pengen terus pake jasa sopir bapak, “ tanyanya.
“ Wah tentu non. Sms atau telpon aja kalo butuh taksi“ Atau butuh pria untuk meniduri juga amat boleh, ujarku dalam hati.
Aku memberikan nomorku dan ia mencatatnya di hanphone mahalnya. Ia masih terlihat gelisah dan melirik selangkanganku. Aku hanya bisa menelan ludah melihat tonjolan payudara mudanya yang putih bersih. Tapi tentu tidak terjadi hal yang sesuai khayalanku. Aku kembali ke kursi taksiku, mengemudikannya secepat mungkin untuk bisa sampai rumah. Bukan ingin bersetubuh dengan istriku, tapi untuk menuntaskan gairah dan mengeluarkan maniku lewat coli. Sesampai rumah aku segara masuk. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Istriku sudah tidur di kamarnya.
AKu melihat hape jadulku dan ada sms masuk. Ternyata dari Ayu.
“ Pak terima kasih sudah menjadi sopirku malam ini. Bapak menyenangkan. Besok antar saya lagi ya pak. Semoga bapak selamat sampai rumah, “ demikian bunyi sms dari Ayu.
Aku sangat senang menerima sms itu. Seolah anak muda yang menerima sms dari ceweknya. Tentu saja aku tidak sabar lagi ingin bertemu dengannya. Aku lalu menyimpan nomornya, lalu duduk di sofa ruang tamuku yang sudah usang. Tanpa menunda waktu aku mengeluarkan batang penisku yang sudah amat tegang dari sarangnya. Batang hitam dengan panjang 19 cm itu sudah terlihat amat tegang. Urat-uratnya yang besar sudah terlihat jelas. Kepala penisku yang seperti jamur sudah amat mengkilat. Tak sabar aku lalu mengocoknya dengan tangan sembari membayangkan tubuh cantik Ayu Dyah. Aku mengocoknya dengan cepat dan tak butuh lama air mani memuncrat dengan amat deras dan kental dari ujung kepala penisku. Aku lemas dan puas. Sudah lama aku tidak coli. Aku pun tertidur dengan lemas di sofa, seusai membersihkan belepotan air maniku dengan tisu. Dalam mimpi aku bertemu dengan Ayu Dyah dan bersetubuh dengannya. 





Sejak pertemuan pertama antara Pak Tanba dan Ayu Dyah, mereka jadi sering bertemu. Tapi tentu saja urusan antar mengantar antara sopir taksi dan penumpangnya. Bagi Pak Tanba pertemuan dengan Ayu Dyah, gadis muda cantik jelita itu adalah impiannya. Lelaki Ambon berusia 48 tahun yang besar, hitam dan gendut itu merasa pertemuannya dengan Ayu Dyah membuatnya kembali bergairah. Pak Tanba yang sudah lama tak mendapat jatah seks dari istrinya yang tua, merasa amat bergairah dengan Ayu Dyah yang muda dan cantik, serta lebih pantas jadi anaknya. Di sisi lain, Ayu Dyah yang mendapat pengaruh seksual dari Cincin Perawan, amat senang bertemu dengan Pak tanba. Setiap kali bertemu dengan pria tua itu, ia merasa amat bergairah. Ia mencari wkatu yang tepat untuk mengungkapan keinginnanya menyerahkan keperawanannya dengan lelaki Ambon hitam besar itu. Dari Selasa hingga Jumat, setiap hari mereka bertemu. Pak Tanba mengantar kemanapun gadis muda itu pergi. Baik ke kampus ataupun tempat aktivitas lain. Pak Tanba seolah menjadi sopir pribadi yang hanya mengantar Ayu Dyah.
Tak masalah sebenarnya, mengingat Ayu Dyah yang kaya selalu bisa membayarnya dengan uang yang besar. Namun, Pak Tanba sebenarnya rela mengantar Ayu Dyah kemanapun ia pergi tanpa dibayar. Ia hanya ingin dekat dengan gadis muda itu, memandangi kecantikan dan keseksian tubuhnya, mencium aroma tubuhnya yang harum. Setiap pulang ke rumah, usai mengantar Ayu Dyah, Pak Tanba selalu coli dan mengeluarkan air mani sambil membayangkan gadis muda itu. Penis besar hitam milik Pak Tanba selalu tegang bila berada di dekat Ayu. Sampailah masa di hari Jumat, hari yang bersejarah bagi Pak Tanba maupun Ayu Dyah. Malam itu, sekitar pukul 20:30, Pak Tanba menjemput Ayu Dyah dari kegiatannya. Mereka bercanda tawa di dalam taksi. Ayu Dyah duduk di samping Pak Tanba di kursi depan taksi.
“ Bapak lucu sekali deh. Nggak nyangka tampang yang serem ternyata lucu, “ ujar Ayu Dyah.
Pak Tanba hanya tersenyum puas. Ia bahagia melihat senyum bahagia dari gadis cantik itu.
“ Saya memang senang bergurau non. Itu sebabnya istri saya suka sama saya, “ ujar Pak tanba merendah.
“ Pak jangan panggil non dong. Panggil nama saja, ya” ujar Ayu Dyah terdengar manja.
“ eeh i..iya non, “ ujar Pak Tanba gugup.
Ia tahu bahwa Ayu Dyah anak tunggal keluarga kaya yang manja. Tapi tingkah lakunya hari ini sangat berbeda. Ia tidak segan-segan mencubit lengannya, saat tertawa mendengar candaan Bapak sopir taksi yang pantas jadi ayahnya ini.
“Pak masih sore. Temenin nongkrong di taman ya, “ cetus Ayu Dyah.
Pak Tanba kaget.
“ Lah non, eh , Ayu Dyah nggak malu nongkrong di taman sama bapak yang tua, item, gendut, jelek, pincang ini? “ tanya Pak tanba kaget.
“ Ih kenapa sih pak. Aku marah loh kalo bapak nggak mau, “ jawab Ayu Dyah merajuk.
Pak Tanba tentu amat senang menghabiskan waktu dengan AYu Dyah yang sudah menjadi khayalannya selama ini. Tapi ia tidak menyangka bahwa sang gadis cantik mengajaknya berduaan di taman. Taksi pun lalu menuju sebuah taman di pinggiran Jakarta Selatan. Saat itu habis hujan, jadi taman terlihat sepi. Hanya terlihat beberapa orang dan pasangan yang bermesraan. 

Setibanya di taman, tanpa ragu Ayu Dyah menggandeng tangan Pak Tanba. Lelaki Ambon hitam besar sedikit gendut ini kaget akan tingkahnya. Tapi ia senang dan menggengam balik tangan mungil gadis itu.
Setelah membeli minuman ringan, Ayu Dyah mengajak Pak Tanda duduk di sebuah kursi taman yang agak terpojok yang dihalangi rerimbunan pohon. Suasana sepi, hanya mereka berdua. Mereka lalu bercerita ringan, dengan diselingi canda tawa. Ayu Dyah terlihat makin manja dengan Pak Tanba.
“ Pak terima kasih ya sudah menemani saya selama ini, “ ujar Ayu Dyah tiba-tiba serius. 
Gadis muda cantik ini menatap wajah Pak Tanba. Lelaki tua hitam besar ini merasa kaget dan terkejut. Ia hanya tersenyum dan refleks membelai rambut hitam sebahu milik Ayu Dyah. 
“ Bapak juga senang non. Non Baik dan ramah. Malah mau berduaan dengan pria tua jelek seperti bapak, “ jawab Pak Tanba sembri membelai rambut Ayu Dyah.
Gadis itu tertunduk malu, seperti gadis muda yang kena panah asmara. Ia Tertunduk dan merajuk.
“ Tuh kan bapak. Panggil nama aja sih, “ rajuk Ayu Dyah manja.
Melihat itu Pak Tanba ingin memeluk dan mencium gadis muda itu. Tapi rasa percaya dirinya sebagai pria paruh baya sopir taksi berkulit hitam asal Ambon, membuatnya mengurungkan niatnya.
Lalu terjadilah sebuah reaksi tak terduga dari Ayu Dyah. Tiba-tiba gadis muda itu menaruh mukanya ke dada bidang berotot Pak Tanba. Tubuhnya ia rapatkan ke tubuh gendut lelaki itu. Pak Tanba kaget. Jantungnya berdebar. Meski ia sudah beberapa hari ini berkhayal menyentuh tubuh Ayu Dyah, ia tak menyangka reaksinya seperti ini. Apa yang dilakukan gadis muda cantik itu semakin membuat Pak Tanba terkejut. Ayu Dyah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh besar gendut Pak Tanba dan memeluknya. Kepalanya ia benamkan di dada dan perut buncit tua itu. Ayu mencium bau parfum murahan Pak Tanba, yang baru sering pake parfum setelah bertemu gadis cantik ini. Ayu memeluk tubuh Pak Tanba erat, seolah ingin mendapatkan kehangatan. Beberapa saat Pak tanba hanya diam, jantungnya berdebar kencang. Ayu bisa merasakan debaran jantung Pak Tanba itu. Ia mendongakkan kepala menatap wajah Pak Tanba, sembari tersenyum.
“ Pak Tanba kok deg-degan. Bapak nggak mau meluk balik Ayu ya? Dingin pak,” ujar Ayu Dyah mengeluarkan suara khas gadis muda yang manja.
Pak Tanba menatap wajah cantik gadis muda itu. Ia tersenyum lalu mulai melingkarkan tangannya yang hitam, besar, berbulu ke tubuh mungil Ayu. Mereka berpelukan beberapa lama. Makin lama jantung Ayu maupun pak Tanba semakin berdegup kencang. Ayu merasa inilah saat yang tepat untuk meminta Pak Tanba menjamah tubuhnya. Ia lalu meregangkan pelukannya dan menatap wajah Pak Tanba sembari berkata.
“ Pak, enak banget dipeluk bapak. Ayu boleh minta sesuatu?” ujarnya manja.
Pak Tanba terdiam. Ia tertegun, tak menyangka. Lalu dengan suara berat menahan nafsu, ia berkata.
“ Ayu boleh minta apa aja ke bapak, “ ujar sopir taksi tua itu tersenyum, sembari tangannya membelai rambut Ayu, bak sepasang kekasih di mabuk asmara. Ya , memang mereka tengah mabuk. Mabuk birahi.
Ayu tersenyum amat manis.
“Dari pertemuan pertama dengan bapak, Ayu sebenarnya pengen nyium pipi bapak, “ ujar Ayu.


Pak Tanba kaget, namun senang. Dalam hati ia merasa bahwa khayalannya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi sebagai lelaki dewasa yang berpengalaman, ia mencoba menahan hasratnya.
“ Kenapa Ayu?Ayu masih muda dan cantik. Kenapa mau cium bapak yang sudah tua ini?” tanya Pak tanba dengan suara berat, namun dalam intonasi lembut.
“ Nggak tahu pak. Saya suka saja sama bapak, “ jawab Ayu yang tanpa bicara lagi kemudian mencium pipi kanan Pak tanba dengan lembut.
Hati Pak Tanba semakin deg-degan. Bibir lembut ranum itu mencium pipi kanannya, lalu pipi kirinya, masing-masing sebanyak dua kali. Seusainya mereka saling bertatapan lama. Suasana sepi dan dingin, hanya mereka berdua. Kemudian wajah mereka saling mendekat. Lalu apa yang diinginkan Pak Tanba terjadi. Ayu Dyah lalu mengecup bibir hitam Pak Tanba dengan lembut. Dan lama. Pak Tanba terdiam, sejenak ia hanya membiarkan bibir ranum gadis muda itu mengecup bibirnya dengan lembut. Seiring waktu dan insting, Pak Tanba lalu membalas ciuman gadis muda itu. Awalnya pelan, lalu keduanya saling pagut. Keduanya berpelukan amat erat di tengah hawa dingin sehabis hujan. Pak Tanba lalu melumat bibir ranum Ayu Dyah dengan lembut, lalu berubah dengan penuh nafsu. Pak Tanba lalu mengeluarkan lidahnya, berusaha memasuki rongga bibir Ayu Dyah. Ayu Dyah pun membalas. Lidah mereka saling bertemu dan mereka berciuman dengan panuh nafsu. Lidah mereka saling melilit dan air ludah mereka tercampur , hingga menetes ke pipi masing-masing. Mereka saling berciuman amat panasnya, nafas mereka mulai terengah-engah karena nafsu. Kedua tangan Ayu Dyah lalu memegang wajah hitam milik Pak Tanba. Tangan kokoh Pak Tanba tetap memeluku tubuh indah Ayu. Keduanya berciuman lama, nafsu pun semakin membuncah. Pak Tanba merasa impiannya selama ini terkabulkan. Dan ia tidak menyangka. Dengan rakus ia menjilati lidah Ayu, menghisapnya. Penis Pak Tanba pun semakin tegang. Saat suasana semakin memanas, Pak Tanba melepaskan pelukannya, dan kedua tangannya mulai meraba buah dada Ayu. Ayu semakin menggelinjang mendapat sentuhan itu. Tangan Pak Tanba semakin meremas pelan kedua payudara sekal Ayu dari luar pakainnya. Ayu menndesah, dan mulutnya terbuka. Tapi desahannya tertahan oleh lumatan mulut Pak Tanba. Mendapat lampu hijau, Pak Tanba lalu mulai berani mengalihkan ciumannya ke pipi Ayu. Pipi putih bersih itu dijilatnya. Lalu lidahnya memasuki telinga kiri Ayu, menjilatinya dengan penuh nafsu. Telinga itu diciumi dan dijilati dengan rakus.
“Ooh paak.. Geli..” desah Ayu.
Pak Tanba semakin semangat. Ia lalu mulai menciumi leher jenjang gadis muda itu dengan rakus. Pak Tanba juga menjilat dan menghisap leher jenjang yang berbau harum itu. Nafsu Ayu Dyah semakin tak terkontrol. Ia mendesah keenakan. Matanya terpejam meresapi setiap rangsangan dari lelaki Ambon tua hitam besar itu. Ia memegang kepala Pak Tanba dan meremas kepala botaknya. Dengan Pak Tanba yang secara aktif menciumi dan menjilati lehernya, serta tangan lelaki tua itu meremas lembut payudaranya, Ayu Dyah semakin kehilangan kekuatannya.
“OOhh aaah.. Pak gelii.. tapi enak, “ desahan keluar dari mulut gadis muda cantik itu mendapat perlakuan lidah dan mulut Pak Tanba.
Pak Tanba semakin beringas. Ciuman dan jilatan lelaki Ambon ini semakin turun ke bawah menuju dada. Kedua tangan yang tadinya meremas payudara Ayu, mencoba membuka kancing kemeja gadis muda itu.
Namun, Ayu masih sadar bahwa mereka melakukan rangsangan di taman terbuka. Gadis muda ini menahan gerak tangan Pak Tanba yang sudah berhasil membuka dua kancing atas kemejanya.
“ Pak jangan..” ujar Ayu dyah dengan nafas tersengal karena nafsu.
Pak Tanba berhenti. Nafsu yang selama ini ditahannya, hampir membuatnya melakukan hal yang lebih jauh. Pria berusia 48 tahun ini memandang wajah gadis cantik di depannya. Ia menatap dengan mata tajam, namun menahan birahi yang amat sangat. 

Dengan suara berat dan nafas terengah karena nafsu, Pak Tanba meminta maaf.
“Maaf Ayu. Bapak sudah kelewatan batas. Bapak pikir Ayu suka dan memberikan kesempatan. Lagian bapak sudah lama tidak dekat dengan wanita, apalagi gadis secantik Ayu, “ ujar Pak Tanba.
Ayu tersenyum mendengar permintaan maaf Pak Tanba. Meskipun bertampang seram dan macho, tetapi Pak Tanba amat sopan dan memperlakukan wanita dengan amat lembut. Ayu memang sudah amat terangsang, tapi ia masih mampu mengontrol dirinya.
“ Aku memang suka dengan Pak Tanba. Ayu senang banget kok dengan ciuman bapak tadi. Tapi ini taman terbuka pak. Aku ingin melakukannya di tempat yang sepi, pribadi dan tidak diganggu oleh siapapun, “ jelas Ayu sembari membelai wajah hitam Pak Tanba.
Ayu pun kemudian mencium bibir Pak Tanba. Pak Tanba tertegun. Ia menelan ludah mendengar perkataan Ayu. Dalam hatinya ia bertanya apakah akhirnya ia bisa meniduri gadis muda ini? Tetapi untuk memastikannya, Pak Tanba bertanya pada Ayu.
“ Maksud Ayu apa?” jantung pak tanba berdegub kencang saat menanyakan hal itu.
Ayu kembali tersenyum. Ia lalu mencium pipi kanan lelaki tua itu, lalu berbisik di telinganya.
“ Ayu ingin ngajak bapak ke rumah Ayu sekarang. Ayu pengen bapak tidur di rumah Ayu dan Ayu pengen nyerahin tubuh Ayu ke bapak malam ini, “ bisik Ayu dengan suara seksi menahan gairah.
Mendengar itu Pak Tanba seolah mendapat durian runtuh. Apa yang dikhayalkannya selama ini menjadi kenyataan. Ia akan menikmati tubuh gadis muda cantik dan menyarangkan penis hitam besarnya ang sudah tidak lama tidak digunakan ke vagina gadis ini. Akan tetapi pria Ambon ini masih ingin memastikan segala sesuatunya. Meski penisnya sudah tegang penuh, namun ia ingin menjamin bahwa gadis muda ini melakukannya dengan sadar. Pak Tanba tidak mau nanti dituduh memperkosa gadis yang usianya terpaut 26 tahun dengannya ini.
“ Tapi Ayu yakin? Bapak ini tua dan jelek. Sopir taksi lagi. Sedangkan Ayu masih muda dan cantik, pantes jadi anak Bapak. Ayu juga masih perawan, kan?” tanya Pak Tanba berhati-hati, meski suaranya menahan antusias dan nafsu membara.
Ayu tersenyum lagi. Ia lalu mencium bibir hitam Pak Tanba dan melumatnya, meski bau rokok tercium dari mulut kekasih tuanya ini.
“ Iya pak. Ayu masih perawan dan Ayu ingin memberikan keperawanan Ayu ke Bapak. Ayu sama sekali nggak keberatan. Malah Ayu ingin bertanya, bapak selama ini belum pernah selingkuh. Apakah bapak rela menyelingkuhi istri dan anak bapak?” tanya Ayu sambil menatap wajah hitam lelaki tua di depannya.
Bayangan akan anak istri kemudian melintas di benak Pak Tanba. Selama ini ia berusaha untuk tidak menyeleweng. Namun, gadis muda cantik di depannya terlalu sayang untuk dilewatkan. Terlebih penisnya yang sudah tegang butuh pelampiasan setelah lama hanya dipakai coli. Lagipula pria tua ini akan mengalami malam pertama, merobek kegadisan seorang wanita, sesuatu yang terakhir dilakukannya 28 tahun lalu. Akhirnya nafsu pun mengalahkan iman Pak Tanba. Ia lalu tersenyum, menciumi dengan lembut Ayu Dyah. Keduanya lalu berpagutan dan lidah mereka saling membelit.
“ Bapak akan telpon rumah dan bilang akan ada urusan sampai besok. Bapak akan memuaskan Ayu malam ini dengan punya bapak, “ jawab Pak Tanba lembut, lalu melumat bibir Ayu, lalu membimbing tangan mungil Ayu ke selangkannya.

Ayu kaget sewaktu memegang selangkangan Pak Tanba yang sudah menegang maksimal. Meski hanya meraba dari luar celana, ia tahu bahwa penis Pak Tanba amatlah besar. Meski ia yakin dengan fungsi Cincin Perawan yang diberikan Mak Endeh, Ayu tetap takut bahwa penis Pak Tanba akan merobek vaginanya yang belum pernah tersentuh sebelumnya.
“ Pak, Ayu kan belum pernah bersetubuh sebelumnya. Punya bapak ini gede banget. Nanti sakitkah?” tanya Ayu polos.
Pak Tanba tersenyum,memamerkan giginya yang putih. Ia sadar bahwa penis besarnya akan bisa menyakiti vagina Ayu yang masih perawan. Sesuatu yang dialami istrinya 28 tahun lalu, saat malam pertama. Tapi, nafsu membuat Pak Tanba harus segera menuntaskannya segera.
“ Tenang saja Ayu. Penis bapak memang gede, tapi bapak akan buat Ayu nyaman dan enak, “ bisik Pak Tanba lembut di telinga Ayu, sembari melumat telinga itu.
Ayu yang memang sudah basah di vaginanya, terbuai oleh rayuan lembut Pak Tanba. Sembari mengelus celana Pak Tanba, ia tersenyum dan mengangguk. Keduanya lalu beranjak dari bangku taman dengan saling bergenggaman tangan, mnujui taksi Pak Tanba. Dalam pikiran mereka berkecamuk khayalan liar akan kenikmatan yang akan segera diperoleh. Pak Tanba lalu mengemudikan taksinya menuju rumah Ayu Dyah. Ketika melewati sebuah toko obat, Pak Tanba menghentikan mobilnya.
“ Pak kok berhenti?” tanya Ayu.
Pak Tanba tersenyum.
“ Bapak mau beli kondom. Ini kan malam pertama Ayu. Bapak nggak pengen nanti ngeluarin mani bapak di dalam vagina Ayu dan Ayu jadi hamil karena bapak, “ jawab pak Tanba, meskipun pria tua ini sebenarnya ingin menikmati darah perawan Ayu tanpa terhalang oleh kondom. Pria besar hitam ini merasa kenikmatan seks akan terganggu bila menggunakan kondom. Tapi ia tidak mau merusak masa depan gadis cantik di depannya ini lebih jauh, bila ia hamil akibat benih lelaki sepertinya.
Ayu kemudian memegang tangan Pak Tanba dan menghalangi niat lelaki tua tersebut.
“ Ayu pengen ngerasain malam pertama dengan bapak tanpa pake kondom pak, “ jawab Ayu mantap. Ia yakin akan Cincin Perawan yang dikenakannya.
“Ayu yakin? Nggak takut hamil?”, meski senang Pak Tanba sebenarnya bukan tipikal pria hidung belang tak bertanggung jawab.
“ Sangat yakin pak. Bapak bisa keluarin air mani bapak di dalam tubuh Ayu nanti. Ayu nggak bakal hamil, “ jawab Ayu mantap.
Pak Tanba tersenyum. Pria tua itu lalu mencium bibir Ayu dengan penuh sayang, lalu memacu mobilnya ke rumah ayu. Sesampainya di rumah Ayu, mobil taksi Pak Tanba masuk ke garasi rumah Ayu. 
Keduanya langsung menuju ruang tamu. Rumah itu sepi, karena hanya Ayu yang menempatinya.
Pak Tanba merasa canggung. Ia terlalu berdebar dan gugup karena ingin merenggut keperawanan seorang gais muda cantik kaya raya ini. Ia bengong, hingga Ayu memeluk tubuhnya dan menyadarkan pria Ambon ini.

“ Pak, kok bengong? Yuk masuk ke kamar Ayu. Tapi Ayu mandi dulu ya. Biar wangi, “ ucap Ayu manja.
Pak Tanba tersenyum, lalu dengan terseok karena kaki pincangnya, lelaki bertubuh hitam besar ini mengikuti gandengan tangan Ayu ke kamarnya. Kamar Ayu luas, nyaman dan ber-AC, serta harum. Ada televisi berukuran besar, stereo set, wallpaper mewah, serta kamar mandi di dalam. Jauh bila dibandingkan dengan rumah milik Pak Tanba yang kecil, di mana hanya ada 3 kamar. Kamar Pak Tanba dan istrinya pun hanya sepertiga bila dibangdingkan dengan kamar Ayu.
“ Bapak menunggu di ranjang ya. Bapak bisa ambil minuman di kulkas, kalau bapak haus. Sabar sebentar ya. Ayu ingin bersih dan harum,” ujar Ayu manja.
“ Nggak usah mandi juga nggak apa2 Ayu. Bapak juga belum mandi dan bau, “ jawab Pak Tanba yang nafsunya sudah di ubun-ubun.
“ Ayu memang suka bau badan bapak sebelum mandi. Seksi, “ jawab Ayu genit sambil tersenyum. 
Pak Tanba pun balas tersenyum dan mencium pengantin wanitanya yang masih amat muda ini. 
Ayu lalu masuk ke kamar mandi, sementara Pak Tanba duduk menunggu di atas ranjang empuk milik Ayu. Pikiran kotor Pak Tanba sudah melayang kemana-mana. Ia lalu menuju kulkas di dalam kamar, mengambil sebotol air mineral dingin untuk menghilangkan haus dan mentralisir nafsu birahinya. Pak Tanba lalu melucuti pakaian seragam sopir taksinya, berikut celananya. Tubuh hitam besar berbulu milik Pak Tanba kini hanya ditutupi oleh celana dalam usang, yang memperlihatkan tonjolan penisnya yang sudah sedikit melemas. Namun, masih terlihat gagah dan besar. Ia lalu teringat belum menghubungi istrinya di rumah. Pak Tanba masih merupakan pria bertanggung jawab, meski sebentar lagi ia akan bersetubuh dengan wanita lain. Dari dalam kamar mandi terdengar suara air Ayu Dyah yang sedang mebersihkan diri untuk Pak Tanba..Pak Tanba lalu mengambil ponsel tuanya, lalu menelepon ponsel anak bungsunya. Jam sudah menunjukkan pukul 22 lewat 13 menit. Nada sambung terdengar dan ada suara anak perempuan menjawab.
“ Iya pak?” ujar suara anak perempuan bungsu Pak Tanba.
“ Ibumu belum tidur? Bapak nggak pulang malam ini. Ada penumpang yang minta antar ke luar kota. Sayang uangnya. Sampaikan kepada ibumu ya, “ jelas Pak Tanba kepada anaknya, dengan suara yang dibuat senormal mungkin.
“ Oh gitu pak. Ibu masih di rumah tetangga bantu hajatan. Ya udah, nanti disampein ke ibu. Bapak hati-hati ya, “ sambung suara di ujung telepon.
“ Iya, “ Pak Tanba lalu menutup sambungan telepon. 
Suara anak bungsunya yang kini berusia 25 tahun sempat membuat Pak Tanba bersalah. Untuk pertama kalinya selama 28 tahun, ia berbohong kepada anak istrinya. Padahal saat ini ia berada di sebuah kamar miliki gadis muda yang usianya lebih muda dibandingkan anak bungsunya itu. Ia hanya bercelana dalam, memamerkan tubuh hitam besarnya yang sudah mulai membuncit, serta ingin menikmati nafsu birahi bersama gadis muda yang pantas jadi anaknya.

Ada keinginan Pak Tanba untuk mengurungkan persetubuhannya dengan Ayu Dyah. Ia juga tak ingin merusak keperawanan gadis muda, meski ia amat menginginkannya beberapa hari ini. Pria tua berkepala botak ini sempat bimbang. Ia duduk di tepi tempat tidur, berusaha menimbang-nimbang. Namun akal sehat Tanba buyar, saat suara kamar mandi terbuka dan Ayu Dyah muncul dalam balutan kimono mandi yang mewah. Dari tubuhnya memancar keharuman yang menggiring birahi Pak Tanba kembali. Ayu Dyah terlihat amat cantik dan segar, bak bidadari. Kesegaran yang sebentar lagi akan direnggut oleh penis besar hitam Pak Tanba yang kini mulai kembali bangkit. Ayu menghampiri ranjang dan mengambil botol minuman air mineral milik Pak Tanba. Ia meminumnya. Bibirnya yang ranum dan mungil amat menggairahkan. Pak Tanba meneguk air liurnya, masih tidak percaya bahwa lelaki tua sepertinya akan mendapatkan keperawanan seorang gadis belia cantik. Ayu lalu duduk di samping Pak Tanba di tepi ranjang. 
“ Pak Tanba udah siap ya. Badan bapak seksi, “ ujar Ayu menggoda.
“ HAhaha, Tubuh gendut hitam ini dibilang seksi, “ ujar Pak Tanba tertawa.
“ Tapi yang dibalik celana dalam itu keliatan masih muda, “ jawab Ayu mengerlingkan mata.
Pak Tanba mendekati Ayu. Ia mencium dan melumat bibir gadis muda itu. Mereka berpagutan, bertukar lidah dan air liur. Nafas Ayu yang segar sehabis mandi bertemu dengan nafas bau rokok milik Pak Tanba. Rongga mulut gadis muda dipenuhi oleh lidah kasar Pak Tanba.
“ Ayu bener-bener yakin mau tidur sama bapak?” tanya Pak Tanba sekali lagi, meyakinkan keberuntungannya.
Ayu tidak menjawab. Ia hanya mencium dan melumat mulut lelaki Ambon itu dan menariknya ke tempat tidur. Keduanya berciuman dengan penuh nafsu. Segera saja terdengar desah nafas keduanya yang menggema di seantero kamar. Hilang sudah kesadaran Pak Tanba, yang diinginkannya saat ini adalah menuntaskan birahinya dan gadis muda di pelukannya. Pak Tanba segera menindih tubuh mungil dan ramping Ayu Dyah yang masih terbungkus kimono. Ayu merasa sesak akibat ditindih tubuh lelaki hitam yang besar itu. Keduanya bercipokan, saling memagut dengan nafsu. Pak Tanba yang sudah berpengalaman berusaha membimbing Ayu Dyah. Ia dengan tenang meladeni setiap ciuman dan hisapan lidah gadis muda itu. Segera saja ciuman dan jilatan lidah Pak Tanba turun ke leher Ayu. Gadis muda itu memegangi kepala Pak Tanba sembari mendesah penuh nikmat. Ciuman dan jilat lembut Pak Tanba yang berpengalaman, membuat Ayu yang baru pertama kali melakukan hubungan seksual, bagai dilambung ke awing-awang.

“ sssttt..aaahh.. Pak.. enak, “ begitu desah Ayu.
Pak Tanba makin semangat. Ciuman dan jilatannya semakin turun ke arah dada gadis muda itu. Tidak seperti saat di taman, kali ini Ayu pasrah seutuhnya. Pak Tanba lalu melepas ikatan kimono mandi yang dikenakan Ayu. Segera saja terpampag tubuh mulus Ayu Dyah, yang ternyata sudah tidak memakai apapun di baliknya. Pak Tanba tertegun. Mata lelaki Ambon tua bertubuh hitam besar itu melotot melihat pemandangan indah di depannya. Tubuh Ayu Dyah putih bersih, tanpa cacat. Dua payudaranya yang berukuran sedang terlihat ranum dengan puting berwarna merah jambu yang bertengger indah. Tubuh Ayu memang ramping dan indah, bak gitar Spanyol. Lekuk teubuhnya sempurna. Paha dan kaki Ayu Dyah juga amat sangat indah dan mulus. Bersih dan putih. Yang membuat Pak Tanba tambah terangsang adalah saat melihat vagina Ayu yang masih rapat. Vagina seorang perawan. Bibir vaginanya tertutup sempurna, tanpa dihiasi bulu kemaluan. Ayu terlihat sangat merawat tubuhnya. Jauh beda dengan tubuh istri Pak Tanba saat diperawani dulu. Istrinya adalah gadis desa yang kurang terawat. Amat beda dengan Ayu Dyah yang gadis kaya. Melihat Pak Tanba tertegun, Ayu Dyah heran.
“Kenapa Pak? Nggak suka dengan tubuh Ayu?” si gadis perawan bertanya dalam suara yang terdengar menahan nafsu dan juga malu.
“ bu..bu..bukan. Kamu snagat cantik dan sempurna Ayu. Bapak masih nggak percaya akan ngentot dengan Ayu, “ ujar Pak Tanba yang karena nafsunya sudah di ubun-ubun melontarkan kalimat vulgar.
Ayu justru senang mendengarnya. Ia lalu membuang kimono mandinya ke bawah lantai dan membuka lebar kakinya. Terpampanglah vagina indah milik sang gadis. Penis Pak Tanba semakin tegang.
“ Ayu udah siap pak, “ 
Kata-kata itu menyadarkan Pak tanba untuk segera menikmati tubuh indah itu. Ia lalu menindih tubuh Ayu, melumat bibirnya dengan penuh nafsu.
“ ahhh’ begitu suara desahan yang keluar dari mulut keduanya.
Kduanya lalu bergumul di atas tempat tidur yang sudah segera saja acak-acakan. Meski amat bernafsu, Pak Tanba ingin memberikan keindahan seksual pada gadis muda perawan ini. Ia menciumi dan menjilat mulut Ayu dengan lembut. Sang gadis membalasnya dengan bernafsu, namun selalu diatur oleh Pak tanba. Pak Tanba juga menjilati telinga Ayu, lehernya dan memberikan cupangan-cupangan kecil di leher jenjang itu. Pak Tanba yang berpengalaman jelas mampu mengontrol gejolak nafsu sang gadis muda.
“ ahh paak …gelii..enakkk” erang Ayu saat Pak Tanba mernjilati dan mnciumi lehernya. Tangan gadis itu mencengkram kepala botak pak Tanba.
Pak Tanba, meski amat bernafsu, berusaha menenangkan Ayu.
“ ssst.. sabar Yu. Nikmatin saja, “ bisik lelaki hitam besar itu meski terdengar menahan nafsu.
Desahan Ayu semakin keras, saat kedua tangan Pak Tanba meremas kedua payudara perawan gadis itu. Sembari menciumi lehernya, tangan Pak Tanba aktif meremas kedua buah dada ranum Ayu dengan lembut. Tidak puas meremas, mulut dan lidah Pak Tanba mulai turun ke dada. Daging sekal putih nan ranum itu diciumi. Lalu lidah Pak Tanba mulai menjilati kedua putting merah muda itu. Pak Tanba juga mengulum kedua payudara itu bergantian, sembari lidah kasarnya menjilati kedua putingnya.
Hal ini semakin membuat Ayu lepas kontrol. Tubuhnya bergerak kesana kemari, menggeliat, sambil mendesah erotis.
“ Akkhhh.. Pak Tanba.. gelii…Enak..Oh Ayu udah nggak tahan, “ desah Ayu yang memegangi kepala botak pak Tanba.

Keringat Ayu mulai mengucur deras. Meski kamar itu ber-AC, tidak cukup untuk meredam panas birahi yang dikobarkan oleh jilatan dan sentuhan Pak Tanba. Ketika menjilati dan mengulum payudara Ayu, kedua tangan besar hitam berbulu milik Pak Tanba mencoba menahan tubuh Ayu agar tidak bergerak terlampau liar, karena tidak kuat menahan rangsangan. Keringat pun mulai menngucur di tubuh Pak Tanba. Tubuhnya yang hitam besar, terlihat mengkilat karena berusaha memuaskan Ayu. Kuluman dan jilatan Pak Tanba memang lembut dan membuat Ayu terlena. Pengalaman lelaki Ambon paruh baya ini dalam berhubungan seks amat membantunya. Saat malam pertama dengan istrinya 28 tahun silam, Pak Tanba masih belum berpengalaman dan kasar. Tapi kini, Pak Tanba mampu membuat gadis perawan di depannya takluk. Jilatan Pak Tanba terus turun ke perut dan pinggul. Dengan telaten ia menjilati setiap inci perut dan pinggul gadis muda ini, sehingga membuat Ayu makin belingsatan. Aksi Pak Tanba dihentikan sejenak. Kini ia melihat vagina perawan Ayu Dyah. Dengan berdebar tangan Pak Tanba lalu membelai vagina itu. Perlahan jari besar hitam milik lelaki tua ini membelai dan mengelus vagina Ayu. Jari Tanba lalu mulai membuka lipatan vaginanya dan mencoba memasukannya ke vagina Ayu.
“ akkccch paaak.. geliii, “ racau Ayu amat terangsang.
Vagina perawan itu mulai basah karena rangsangan Pak tanba sebelumnya. Tangan Pak Tanba yang kiri mencoba menahan geliat Ayu, sementara jari tengah dan telunjuk Pak tanba mulai menguak vagina sempit itu.
“ akkkkhhhh..” kali ini Ayu menjerit. Mukanya merah padam, matanya terpejam dan otot lehernya keluar menahan rangsangan..
“ ssst sabar.. bapak sedang bikin Ayu enak, “ jelas Pak Tanba coba menenangkan.
Dua jari tangan kanan Pak Tanba mulai mengulik lubang vagina sempit Ayu. Pak Tanba mencoba menemukan kelentit Ayu, yang masih terseimpan dan butuh rangsangan. Tangan kiri Pak Tanba menoba memegang paha kanan Ayu, agar kakinya tetap terbuka dan ia bisa menemukan kelentitinya dengan mudah. Tangan kekar hitam Pak tanba harus berjuang keras, karena Ayu berusaha menutup kakinya agar tidak terbuka. Pak Tanba lalu meniup vagina Ayu, yang membuat gadis ini tersentak. Dua jari Pak Tanba lalu berhasil menemukan kelentit Ayu. Daging mungil berwarna merah muda itu kemudian dibelai Pak Tanba, sembari sesekali dua jari itu mengocok lubang vagina Ayu pelan dan lembut. Efeknya amat terasa bagi Ayu. Ia mendesah dan menjerit.
“ Akkhhh.. paaaak.. Stoopp. Ayu nggak kuat, “ Ayu berusaha meronta.
Pak Tanba yang sabar mencoba makin meberikan rangsangan dengan menjilati dan menciumi paha bagian dalam Ayu. Sembari menngocok dan memainkan klentitnya. Ayu semakin histeris. Nafasnya semakin memburu. Ia merasa gatal yang amat sangat di vaginanya, namun ia tidak bisa menggaruknya. Pak Tanba semakin bersemangat. Kini sopir taksi itu malah menciumi dan menjilati vagina, serta kelentit Ayu. Lelaki Ambon ini mendapati aroma vagina Ayu sangat harum dan khas perawan. Perlakuan ini membuat Ayu semakin histeris. Vaginanya semakin banjir oleh cairan dari dalam lubang kenikmatan itu.
“ aaakkh paak sudaaaah, “ Ayu mengiba.
Pak Tanba bergeming. Ia sadar harus merangsang gadis muda ini agar penisnya yang besar hitam mudah menembus vagina perawan ini nanti. Ia juga tau, bahwa Ayu bentar lagi akan meraih orgasme pertamanya.

Ayu semakin merasa vaginanya berdenyut keras. Kocokan dan sentuhan jari besar Pak Tanba di vaginanya, semakin membuat ia belingsatan. Ia merasa bahwa vaginanya teamat gatal. Dennyutan dan kontraksi dinding vaginanya semakin kuat. Tak lama Ayu pun merasa ia seperti ingin pipis. Ia menjerit dan mendesah dahsyat, saat gelombang orgasme pertamanya akan sampai.
“ AAAAAKKKH.. Pak Tanbaaaaa, “ tubuhnya melengkung ke atas, sedang matanya terlihat hanya putihnya saja. Mulutnya terbuka dan … crot…crot..crot.. cairan vagina Ayu menyemprot dengan keras. Membasahi jari Pak Tanba, bahkan hingga ke muka lelaki Ambon itu.
Ayu meregang selama beberapa saat, meresapi orgasme pertamanya sebagai wanita dewasa. Ia merasa lemas, tulangnya bagaikan copot. Tapi di sisi lain, gadis muda ini merasa amat amat puas. Pak Tanba tersenyum puas melihat Ayu meraih orgasme pertamanya dengan amat dahsyat. Banjir cairan di vagina Ayu, membuat lelaki tua ini nantinya lebih mudah melesakkan penis besarnya di ;ubang perawan itu. 
Ia tidak menyesali cairan Ayu yang sampai membasahi mukanya. Baginya cairan gadis perawan itu amat gurih. Ayu kemudian menoba menenangkan dirinya. Tubuh putih mulusnya sudah basah oleh keringat. Nafasnya tersengal-sengal. Pak Tanba lalu bangkit dari atas tempat tidur. Ia lalu meraih minuman di atas meja, meneguknya, lalu ia menhampiri Ayu yang masih terlentang meresapi kenikmatan orgasme pertamanya. Celana dalam Pak Tanba sudah mennggembung maksimal, dan lelaki tua hitam ini sebenarnya sudah tak tahan. Namun, ia sadar bahwa untuk menaklukkan gadis perawan, tidak boleh tergesa-gesa. Harus sabar dan telaten. Pak Tanba lalu memberikan gelas berisi air minum putih ke Ayu yang masih lemas.
“ Ini Ayu minum dulu supaya segar, “ ujar Pak tanba dengan lembut.
Ayu bangkit dengan perlahan, mengambil air minum dan menegukknya. Segara saja air itu membuat ia sedikit segar, namun masih lemas.
“ Ah Pak tanba, enak sekali pak. Ayu sampe lemas. Padahal bapak belum apa-apa, “ ucap Ayu.
“ Ayu emang harus bapak rangsang, supaya nanti nggak kesakitan waktu barang bapak masuk ke lubang vagina Ayu, “ Pak Tanba mencoba menjelaskan dengan lembut dan kebapakan.
Keduanya terdiam sesaat. Dingin AC segera membantu kesadaran Ayu pulih. Pak Tanba lalu membelai rambut Ayu yang basah oleh keringat. Ia tahu gadis ini butuh waktu untuk memulihkan diri. Karenanya Pak Tanba mulai mencium kepala Ayu dengan sayang, mencium keningnya, lalu pundaknya. Ciuman lembut dan sayang ini membuat gairah Ayu perlahan bangkit lagi. 

Gadis ini mulai mendesah saat Pak Tanba menciumi dan menjilati leher, serta telinganya. Ayu mulai mendesah nikmat. Melihat ini Pak tanba segera membungkam mulut gadis muda ini dengan ciuman dan cipokan. Keduanya segera berciuman dan bertautan lidah, saling bertukar air liur. Tangan Pak Tanba pun kembali aktif membelai serta meremas kedua payudara Ayu. Tak butuh lama, nafsu Ayu kembali pulih. 
Ia kembali mendesah. Pak Tanba sekarang berusaha melepaskan celana dalamnya. Penis besar hitam dengan panjang 19 cm itu segera saja terlonjak dan mengangguk-angguk dengan gagahnya. Kepala penis yang bulat dan besar bak jamur, itu tampak mengkilap. Ereksi penis Pak Tanba belum maksimal. Karenanya lelaki Ambon itu lalu menciumi dan menjilati telinga kanan Ayun Dyah. Sang gadis yang terangsang hebat, kemudian mendengar bisikan Pak Tanba yang bergetar menahan nafsu.
“ Ayu, pegang dan kocok penis bapak ya..” pinta Pak Tanba.
Tangan kanan Pak Tanba lalu membimbing tangan kiri Ayu untuk memgang penisnya. Ini pertama kalinya bagi gadis itu memegang kemaluan pria dewasa. Dirasakannya penis lelaki tua Ambon ini amat besar, panjang, lebar dan berdenyut-denyut seakan hidup. Ayu Dyah tampak gugup sewaktu berusaha memegang penis besar hitam itu. Tapi Pak Tanba kembali menjilati telinganya senbari berbisik.
“ Jangan takut sayang. Bapak akan bimbing kamu. Kocok yang pelan, “ ujar Pak tanba membimbing Ayu dengan sabar.
Ayu pun lalu berani menggenggam penis gagah itu dengan tangan kirinya. Terlalu besar bagi tangannya yang mungil. Tampak pemandangan kontras antara tangan putih Ayu dan penis hitam pak Tanba.
Insting serta bisikan pak Tanba membuat Ayu dengan segera lancar mengocok penis itu. Lama lama penis hitam itu semakin besar dan gagah. Ayu merasakan urat-urat penis Pak Tanba yang besar berdenyut-denyut seperti hidup.
Pak tanba mendesah, “ ooooh bagus sayang..enak”
Ia lalu memagut bibir Ayu. Keduanya kembali bercipokan dengan penuh nafsu dan saling menjilat. Tangan kanan Pak tanba tidak menganggur. Ia segera meraba vagina Ayu, dan memasukan dua jarinya menyentuh vagina perawan itu.
“ ohhh paaak..enaaak” gumam suara Ayu yang terseumbat oleh cipokan Pak Tanba.
Nafsu dan gairah semakin memuncak antara keduanya. Keringat kembali mengucur. Setelah merasa penisnya tegak maksimum, Pak Tanba mengehetikan ciumannya. Ia menidurkan Ayu dan segera membuka kedua kakinya sehingga mengangkang. Kini lidah dan mulut Pak Tanba bermain menjilati vagina Ayu. Hal ini membuat Ayu semakin histeris.
“ ooohhh paaak enaaak..”
Sembari menjilati vagina Ayu, tangan Pak tanba mengocok kemaluanya agar tetap tegak. Setelah dirasakan vagina Ayu kembali basah oleh cairan, Pak Tanba menghentikan jilatannya. Hal ini sempat membuat Ayu yang akan segera mencapai orgasme kedua menjadi sedikit kesal. Ia melihat ke Pak Tanba yang sudah bersiap memasukkan penis besar hitamnya ke vaginanya.
“ Pak gede banget penisnya.. Ayu takuut, “ ujar Ayu saat melihat penis besar hitam dengan kepala besar milik Pak Tanba. Kepala penis itu terlihat mengkilat, tanda sudah menampung desakan air mani yang sudah siap dimuncratkan.

Melihat ketakutan Ayu, Pak Tanba yang matanya sudah merah menahan nafsu, coba tersenyum dan menenangkan.
“ Tahan dan sabar ya Ayu. Awalnya emang sakit, tapi ntar Ayu akan merasa keenakan oleh penis Bapak, “ ujar Pak tanba yang gemetar menahan nafsu birahi.
Untuk menenangkan Ayu, Pak Tanba lalu memijat dan membelai vagina Ayu. Jari Pak tanba menyentuh dan memainkan lubang vagina, serta kelentit berwarna merah yang sudah bengkak itu. Pak Tanba mencoba menguak vagina sempit itu, sekilas ia melihat selaput berwarna putih berkabut yang merupakan selaput dara Ayu.
“ Sebentar lagi aku merenggut kegadisannya, “ ujar Pak tanba dalam hatinya yang berdebar kencang.
Vagina itu sudah terbuka cukup lebar, Tanba lalu mencoba memasukan kepala penisnya yang besar hitam ke lobang sempit itu. Sentuhan antara kepala penis dan dinding vagina luar . membuat Ayu dan Pak Tanba merasa hangat. Bagi Ayu timbul kegelian dan rasa gatal yang amat sangat.
“ aaaaahhh.. “ Ayu mendesah.
“ Sabar ya Ayu.. Tahan sedikit, “ ujar Pak Tanba yang sudah merasa kepala penisnya telah terapit bibir luar vagina Ayu. Ia lalu mencoba menekan pantatnya memasukkan penisnya ke vagina Ayu.
“ Acccchhhh sakit paaak, “ jerit Ayu.
Pak Tanba merasa ada yang menolak kepala penisnya untuk masuk lebih jauh. Ia berusaha membuka paha ayu lebar-lebar.
“ ssstt sabar ayu bapak lagi muasin ayu, “ kata Pak tanba di sela nafsunya yang sudah di ubun-ubun.
Pak tanba lalu coba menggesekkan kepala penisnya ke bibir vagina Ayu. Untuk memberikan rangsangan dan rasa geli. Ayu mendesah. Pak TAnba coba menekan penisnya. Namun, kembali gagal.
“ Akkkkhh..sakit pak..hentikan” teriak Ayu.
Pak Tanba yang merasa sudah kepalang tanggung, terus berusaha membimbing penis hitam besarnya untuk masuk ke lubang perawan itu. Memang memperawani seorang gadis susah. Seolah ada tembok tak terlihat yang mencoba menghalangi kepala penis Pak Tanba untuk masuk lebh jauh. Pak Tanba terus berusaha. Keringat membasahi tubuh besar hitamnya, sehingga terlihat mengkilat. KEgatalan pun dirasakan Ayu. Akhirnya kepala penis Pak Tanba sudah terjepit sempurna di bibir vagina Ayu. Cairan kemaluan Ayu turut membantu, namun juga membuat licin. Pak Tanba membulatkan tekad, lalu dengan hentakan pelan, kepala penis hitam besar itu berhasil menguak pertahanan vagina perawan Ayu.
“ Akkkhhh paaaak.. Sakitttt” Ayu menjerit kesakitan dan berusaha menolak tubuh Pak Tanba.
Pak Tanba berusaha menenangkan Ayu. Kedua tangan besar berototnya yang kekar, mencoba menahan paha Ayu agar tidak menutup. Pak Tanba merasa penisnya dijepit dengan kuat. Ia merasakan sedikit perih di kepala penisnya, namun ia terus berusaha mendesak agar penisnya semakin masuk lebih dalam.
“ Aaaah sakiit paaaak, “ ujar Ayu yang saat itu merasakan perih luar biasa. Rasanya ia sedang disembelih. Ia memejamkan mata berusaha berontak, air matanya mengalir akibat rasa sakit.
Pak Tanba yang sudah amat bernafsu terus berusaha memasukan penis besarnya dengan perlahan dan lembut. Ia tahu ukuran penisnya amat besar bagi vagina Ayu yang masih perawan. Dengan diiringi belaian di paha bagian dalam Ayu, Pak Tanba terus mencoba mendorong penisnya masuk. Perlahan-lahan penis itu merangsek masuk. Sedikit demi sedikit.
Dan akhirnya terdengar bunyi “ tas..” seperti bunyi robek.

Saat itulah keperawanan Ayu sudah jebol didesak oleh penis hitam perkasan Pak Tanba. Terlihat darah merah segar menetes dari vagina Ayu, serta membasahi batang penis Pak Tanba. Ayu sendrii saat itu merasa kesakitan dan penuh sesak di lubang vaginanya, padahal penis Pak Tanba masuk belum setengahnya. Vagina Ayu saat itu terlihat sobek dan tersumbat batang penis hitam besar milik Pak Tanba. Pak Tanba tahu ini hal sulit bagi Ayu. Ia sendiri merasakan saat ini penisnya diremas-remas oleh dinsing perawan yang masih sempit. Lubang itu dirasakan pak Tanba sangat sempit dan pejal.
Lelaki Ambon tua ini terlihat memejamkan mata, meresapi nikmatnya perawan Ayu. Ayu yang menangis merintih.
“huhuhu.. Pak Tanba jahat.. Ayu sakiiit” ujar gadis itu.
Pak Tanba coba menenangkan Ayu.
“ Sabar Ayu.. Sebentar lagi pasti Ayu merasa keenakan, ooohhh, “ ujar Pak Tanba menikmati jepitan vagina Ayu.
Setelah beberapa lama mendiamkan penisnya, Pak Tanba mulai menarik perlahan penis besarnya dari vagina Ayu. Tidak sampai terlepas. Kepala penisnya masih tertanam di vagina Ayu. Pak Tanba lalu mendorong pantatnya yang hitam, mencoba memasukkan kembali penisnya secara pelan ke vagina sempit Ayu.
‘OOohhh..” desah Pak Tanba saat menekan kembali penisnya ke lubang vagina Ayu.
Pak Tanba lalu melakukan kegiatan yang sama berulang-ulang, secara perlahan, memaju mundurkan penis besarnya ke lubang vagina Ayu. Lubang vagina Ayu terlihat sedang melumat penis hitam besar Pak Tanba. Saat Pak Tanba menarik penisnya, vagina Ayu terlihat mengerucup. Namun, saat Pak Tanba menekan penisnya masuk, bibir vagina Ayu terlihat merekah lebar. Ayu pun perlahan mulai menikmati genjotan penis perkasa Pak Tanba. Ia yang awalnya menangis, kini mulai mendesah nikmat. Terlebih saat klitorisnya bergesakan dengan batang penis Pak Tanba. Perlahan penis Pak tanba mulai lancar memasuki vagina Ayu. Terlihat pemandangan kontras dari atas saat melihat bagaimana Pak Tanba menyenggamai Ayu. Tubuh hitam besar yang basah oleh keringat milik Pak Tanba, amat kontras dengan tubuh putih ramping milik Ayu. Kaki Ayu mengangkang lebar, sementara lubang vaginanya yang berdarah disumpal penis besar hitam milik Pak Tanba. Pantat hitam besar milik Pak Tanba tampak berirama pelan menggenjot tubuh Ayu. Segera saja terdengar lenguhan dan erangan penuh nafsu keduanya. Ayu yang mulai nikmat matanya terpejam, sementara mulutnya mendesis dan mendesah. Di sisi lain, Pak tanba merasa penisnya dijepit dan diremas oleh aktifnya vagina Ayu. Keluar masuknya penis Pak Tanba, semakin dipermudah oleh darah dan cairan vagina Ayu yang mulai keluar banyak. Tampak kontras bagaimana vagina sempit Ayu bisa menelan penis besar hitam berurat milik Pak Tanba. Darah yang keluar dari vagina Ayu, kini bercampur dengan cairan pelumas vagina Ayu, sehingga warnanya terlihat merah muda.Pak Tanba sendiri tidak memaksakan penisnya yang besar untuk masuk seluruhnya ke vagina Ayu. Penis Pak tanba hanya masuk sepertiganya, masih menyisakan ruang didalam vagina Ayu yang masih sempit.
‘ ohhhh …aaaahhhh…aaaahh’ begitu desahan yang keluar dari mulut pasangan berbeda kelas itu.
Semakin lama cairan vagina Ayu semakin banyak keluar, seiring dengan keringat dirinya dan Pak Tanba yang menetes deras. Ayu sudah merasakan gelombang orgasme akan segera menghampirinya. Genjotan perlahan dan lembut dari penis Pak Tanba, membuat gadis cantik ini merasakan gatal yang amat sangat. Semakin lama semakin gatal dan akhirnya membuat gadis ini tak tahan.

“ AAAHHHHHHHHH…” teriak Ayu saat orgasme mendatanginya dan cairan vaginanya menyemprot dengan keras, meski tersumbat oleh penis besar Pak Tanba.
Ayu merasa lemas, mulutnya terbuka dan matanya tinggal terlihat putihnya saja. Sementara saat Ayu orgasme, Pak Tanba merasa penisnya dijepit dan diremas dengan amat kuat. Kontraksi dinding vagina Ayu, membuat Pak Tanba merasa kepala penisnya amat sangat gatal. Pria paruh baya asal Ambon ini kemudian menggeram bak banteng terluka. Ia mendongakkan kepalanya ke atas dan memejamkan mata. Ia mendorong penisnya masuk lebih dalam, tapi karena lubang Ayu masih sempit, hanya mentok sepertiga penis Pak Tanba.
“ Arrrrgggh Ayuuuu…Argghhhh” Pak Tanba mengejan. Urat di kepala dan lehernya keluar. Otot tubuhnya mengejang. Tubuh hitam besar Pak Tanba yang mengkilat karena keringat, tampak sangat gagah dan macho.
Seiring geramannya Pak Tanba memuncratkan air mani yang kental dan deras. Air mani yang tertahn selama ini akhirnya muncrat akibat jepitan vagina perawan Ayu.
“crot..crot..crot” Air mani Pak Tanba memuncrat deras,mebasahi rahim dan mengisi lubang vagina Ayu. Beberapa kali Pak Tanba mengejan dan menggeram memuncratkan seluruh air maninya. Tampak vagina Ayu tak mampu menampung curahan air mani kental milik Pak Tanba yang amat banyak. Terlihat sebagian air mani Pak Tanba keluar dari sela-sela vagina Ayu yang masih disumbat oleh penis hitam Pak Tanba. Air mani itu bercampur dengan cairan vagina dan darah perawan Ayu, sehingga tampak cairan merah muda membasahi batang penis dan seprai tempat tidur Ayu. Kedua insan ini pun lemas. Suasana kamar yang tadinya riuh rendah oleh desahan, kini sepi. Pak Tanba kini terbaring lemas di atas tubuh Ayu. Tubuh hitam besarnya yang mengkilat oleh keringat. Terlihat kontras menindih tubuh Ayu yang putih. Pak Tanba merasa penisnya menjadi lemas, meski tetap berada di liang vagina Ayu. Pria tambun ini masih ingin merasakan jepitan vagina Ayu, sebelum ia mulai menarik penisnya dari vagina Ayu.
“Plop..” seperti suara tutup botol gabus yang terbuka, saat Pak Tanba melepas penisnya. 
Tampak batang hitam perkasa itu basah oleh lendir air mani, cairan vagina dan darah perawan Ayu. Batang itu kini lemas terjuntai. 
Pak Tanba lalu bangkit dan merebahkan tubuh besar hitamnya di samping Ayu, yang masih terpejam lemas. Tangan Pak Tanba mencoba meraih kepala Ayu, menolehkannya dan mengecup pelan bibirnya. Pria Ambon ini juga menyeka air mata Ayu yang masih tampak meleleh.
“ Maafkan bapak ya Ayu. Bapak dari tadi coba memperingatkan Ayu. Tapi Ayu memaksa. Kini Ayu sudah nggak perawan dan mani bapak sudah masuk ke memek Ayu. Bapak akan bertanggung jawab, “ ujar lelaki patuh baya jantan ini.
Ayu membuka matanya. Wajahnya terlihat pucat dan lemas, namun masih amat cantik. Gadis muda ini tersenyum mendengar ucapan Pak Tanba.
“ Ayu gak menyesal pak. Maaf tadi sempat nyuruh bapak berhenti. Ayu memang kesakitan awalnya, tapi Ayu sangat puas. Ayu bahagia bisa melihat bapak bisa orgasme lagi. Lagian Ayu merasa amat puas pak. Tapi memang Ayu sekarang lemes banget. Bapak staminanya hebat, meski udah hampir 50 tahun “ jelas Ayu lemah.
Pak Tanba tersenyum mendengar perkataan Ayu. Pria tua ini lalu mengecup dan mengulum bibir Ayu pelan. Ayu pun membalasnya dengan lembut.
“ Bapak akan bertanggung jawab bila Ayu hamil. Bapak puas bila Ayu hamil anak bapak, “ sambung Pak Tanba sambil membelai dan meremas lembut payudara Ayu.
“ Ayu gak akan hamil dalam waktu dekat Pak. Ayu sudah siap-siap. Tapi Ayu bahagia bapak orangnya tanggung jawab, “ jelas Ayu.
“ Oh syukurlah. Terima kasih sudah menyerahkan keperawanan Ayu ke Bapak, “ sambung Pak Tanba kembali mencium mulut Ayu.

Pak Tanba lalu bangkit dan menuju kulkas. Ayu melihat tubuh hitam besar lelaki paruh baya sopir taksi ini mengambil minuman dari kulkas. Saat Pak Tanba berbalik, ia melihat penis hitam besar yang kini menggantung lemas yang sudah merenggut keperawanannya. Ayu terlihat malu dan memalingkan wajah.
“ Kenapa malu Ayu? Sekarang penis bapak ini punya Ayu. Terserah mau Ayu pake lagi atau tidak. Sekarang minum dulu supaya lemasnya hilang, “ ujar Pak Tanba lembut.
Ayu coba duduk dengan dibantu Pak Tanba. Gadis ini lalu meminum air putih yang disodorkan lelaki tua ini. Setelah Ayu merasa agak segar, ia menjawab.
“ Kok Bapak bilang gitu? Ayu bakal selalu butuh bapak. Ayu cuma malu aja. Belum pernah lihat atau pegang penis pria sebelumnya, “ ujar Ayu sambil membelai penis itu.
Pak Tanba tertawa.
“ Bapak akan selalu siap. Sekarang Ayu mandi dulu ya, “ ujar Pak Tanba sambil membimbing Ayu berdiri.
Ayu merasakan perih yang amat sangat di vaginanya saat berdiri. Dari lubang sempit yang kini mulai menganga itu, mengalir air mani bercampur darah perawan, hasil persetubuhannya dengan Pak Tanba.
Di pintu kamar mandi, ia meminta Pak Tanba melepasnya. Ayu lalu masuk kamar mandi. Ia menggigit bibir saat air hangat menyentuh tubuh dan mengenai vaginanya yang luka. Ia lalu meraba Cincin Perawan, dan merapalkan doa ajaran Mak Endeh. Tiba-tiba hawa dingin mengaliri tubuh Ayu dan membuatnya segar. Rasa perih di vaginanya pun hilang dalam sekejap. Ayu melihat luka akibat lesakan penis gagah Pak Tanba di vaginanya, segera menutup. Seolah belum pernah disenggamai sebelumnya.
Ayu girang. Ucapan Mak Endeh terbukti. Ia masih menjaga keperawanannya untuk pria lain kelak. Namun, di lubuk hati Ayu, ia sudah merasa terkesan oleh sikap lembut dan perkasa Pak Tanba. Meski lelaki itu tidak setara dengannya dan lebih pantas jadi ayahnya, Ayu merasakan kepuasan atas sikap bertanggung jawab pria paruh baya yang sudah bercucu itu. Setelah segar akibat mandi, Ayu keluar ke kamar. Dilihatnya seprai bernoda darah dan air mani akibat persetubuhannya dengan Pak Tanba sudah dibereskan oleh lelaki Ambon ini. Ayu semakin merasa terkesan. Ia tahu Pak Tanba merasa lemas akibat sudah memuncratkan banyak mani ke lubang kemaluannya, tapi lelaki ini bertanggung jawab dan tampak lelah. Sebuah stamina yang dikagumi Ayu dari lelaki berusia 48 tahun ini.
“Bapak kok ngeberesin tempat tidur?” 
“ Nggak enak Ayu, banyak noda mani dan darah. Bapak sudah singkirkan. Biar tidurnya nanti enak. Ayu sudah segar?” kini Pak tanba yang merasa heran, akibat Ayu yang sudah tampak segar seperti belum pernah ditiduri.
“ Iya dong. Emang bapak aja yang punya stamina hebat,” kelit Ayu manja sambil memeluk tubuh besar hitam itu dan mencium bibirnya.
“Bapak segera mandi gih.. Bau. Nanti bapak bisa peluk Ayu, “ ujar Ayu manja.
Pak Tanba tersenyum. Ia senang dengan sikap manja Ayu kepadanya. Tubuh pria hitam besar pincang itu segera menuju kamar mandi. Segera terdengar suara mandi. Ayu pun membereskan seprai baru yang harum, serta menaruh seprai bekas persetubuhannya ke mesin cuci. Ia pun membuatkan makanan untuk Pak Tanba dan menyiapkan kaos, serta celana pendek boxer bersih untuknya. Pak Tanba yang sudah mandi dan segar, merasa kagum atas servis Ayu atas dirinya. Ia merasakan bahwa gadis muda ini jauh lebih lembut dari istrinya. Segera keduanya makan sambil berbincang ringan. Setelah selesai makan, jam menunjukkan pukul 12 malam. Tepat dua jam setelah mereka menikmati malam pertama.
Ayu lalu membimbing tangan Pak Tanba menuju tempat tidur. Keduanya berciuman sebentar. Ayu pun membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. Pak Tanba lalu melingkarkan tangan kekar berbulunya, memeluk Ayu dari belakang. Ayu merasa nyaman berada di pelukan lelaki Ambon besar hitam berkaki pincang itu. Tak lama kemudian mereka berdua tertidur sambil berpelukan. Dalam hati , Ayu bertekad hanya akan bersetubuh dengan sopir taksi ini. Meskipun Cincin Perawan memungkinkan ia bersetubuh dengan pria lain, namun masih perawan.




Sinar matahari masuk melalui jendela kamar. Jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi memang, namun sinar matahari sudah amat terang. Pak Tanba terbangun dari tidurnya. Sejenak ia tak sadar ia di mana, tetapi saat melihat sosok gadis muda yang tidur di sampingnya, lelaki paruh baya asal Ambon ini sadar ia di mana. Ya, Pak Tanba tengah tidur di sebuah kamar milik gadis muda bernama Ayu Dyah. Gadis muda yang telah menyerahkan keperawanan dan kemudaannya kepada sopir taksi paruh baya bertubuh hitam besar itu. Pak Tanba tersenyum, masih terbayang di ingatannya saat-saat penis besar hitamnya merenggut kegadisan gadis muda yang kini tengah tidur pulas di pelukannya. Juga terbayang saat-saat ia memuncratkan air mani yang telah lama disimpannya di liang vagina sempit gadis cantik ini. Pak Tanba merasa beruntung. Di saat ia tidak pernah bersenggama dengan wanita lain, selain istrinya selama 28 tahun, pria bertampang khas Ambon ini justru menikmati keperawanan seorang gadis muda. Di saat rekan-rekan sesama sopir taksinya harus menyewa PSK untuk berhubungan intim, ia mendapatkan gadis yang masih murni. Pria berkepala botak ini lalu tersenyum. Ia menatap gadis muda yang masih lelap tertidur akibat lelah bersetubuh dengannya. Wajahnya amat cantik dan polos, membuat penis Pak Tanba kembali tegang. Tapi Pak Tanba tidak ingin mengusik tidur kekasih mudanya itu. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Tampak dari celana boxer yang dikenakannya, penis gagah yang semalam mengobrak-abrik vagina Ayu, mencuat dan terlihat menggembung. Pak Tanba memang memiliki penis hitam besar sepanjang 19 cm dan itu membuatnya amat bangga. Pria bertubuh hitam besar itu berjalan pincang menuju kamar mandi. Ia mencuci muka hitam berhidung lebarnya dan menggosok giginya. Penampilan fisik Pak Tanba sekilas mirip aktor berkulit hitam Forest Whitaker. Pak Tanba melihat wajahnya di cermin. Ia tidak tampan, malah terkesan menyeramkan. Ia tersenum sendiri menyadari keberuntungannya telah menaklukkan seorang gadis muda yang belum pernah berhubungan seks sebelumnya. Pak Tanba lalu keluar dan mengambil ponsel jadulnya. Ia sadar harus mengabari anak istrinya di rumah, bahwa ia tidak akan pulang ke rumah hari ini. Pak Tanba sadar diri, ia tidak bisa meninggalkan Ayu yang semalam sudah memberinya kepuasan, seperti meninggalkan pelacur. Gadis muda itu tidak meminta bayaran sepeser pun atas hubungan intim semalam. Bahkan selama ini, Ayu yang memberi uang banyak atas jasanya menjadi sopir taksi. Pak Tanba lalu keluar kamar menuju ruang tamu rumah Ayu yang mewah. Sembari kagum dengan kemewahan ruman itu, Pak Tanba menelpon ponsel anak bungsunya. Terdengar nada sambung.
“ Iya pak. Bapak nggak jadi pulang?” terdengar suara anak perempuan, anak bungsu Pak Tanba yang kini sudah berusia 25 tahun.
‘ Nggak. Bapak masih di luar kota. Semalam oleh pelanggan , Bapak dilarang pulang karena sudah jam 2 subuh. Bapak diskasih tempat menginap, “ ujar Pak Tanba berbohong.
Padahal pria hitam besar yang sudah memiliki satu cucu ini sedang berada di sebuah rumah yang hanya berjarak paling lama, 45 menit , ke rumahnya.
“Oh gitu ya pak. Semoga bayarannya sesuai, ya pak. Bapak sudah makan?” 
“ Oh iya bayarannya amat memuaskan. Bapak sudah makan.” Jawab Pak tanba. Tentu saja memuaskan, karena bayarannya adalah tubuh seorang gadis perawan.
“Ibumu mana?” jelas Pak tanba basa-basi. Padahal ia tahu jam seperti ini istrinya sedang membeli kebutuhan untuk warung kecil mereka.
“ Masih belanja di pasar pak. Sudah dulu ya pak. Saya mau berangkat kerja, “ ujar anak Pak tanba sopan.
“ Ya. Hati-hati di jalan ya, “ tutup Pak Tanba.

Pak Tanba merenung. Ia merasa hidupnya sangat indah. Ia punya keluarga yang saling menyayangi, dan kini ia juga seorang selingkuhan berusia muda yang baik, kaya dan tidak menuntut. Pak Tanba tersenyum puas. Ia sangat menikmati hidupnya. Ia lalu coba berolahraga sebentar di taman belakang rumah Ayu Dyah, sembari melihat-lihat seisi rumah. Sementara di kamar, Ayu mulai terbangun. Ia merasa tidurnya amat pulas sehabis melakukan hubungan seksual pertamanya dengan Pak Tanba. Saat tersadar sepenuhnya, hal pertama yang dicarinya adalah Pak Tanba. Ia mencari pria paruh baya yang sudah memerawaninya itu. Ayu lalu bangkit lalu memeriksa halaman depan dari jendela kamarnya. Tampak taksi milik Pak Tanba masih terparkir, tanda pria jantan itu belum pergi dari rumahnya.
Ayu pun tersenyum. Ia merasa Pak Tanba adalah pria bertanggung jawab. Ia pun segera mandi dan menyegarkan tubuh, lalu menuju ruang tamu. Ayu mencari Pak Tanba ke sekeliling rumah, lalu gadis muda nan cantik ini mendengar suara di halaman belakang. Di sana ia mendapati pria Ambon bertubuh tinggi besar itu sedang berolahraga ringan dan push-up. Dalam hati ia maklum, kenapa di usia yang sudah 48 tahun, Pak Tanba masih memiliki stamina kuat. Diperhatikan tubuh agak gendut pria hitam besar itu sedang berolahraga. Ayu tersenyum mlihat gerakan Pak Tanba yang agak lucu. Ia juga melihat bagaimana penis besar hitam yang semalam merenggut keperawanannya tergantung-gantung di balik celana boxer Pak Tanba. Terlihat lemas, tapi masih gagah. Ayu tidak ingin mengganggu ritual Pak Tanba. Gadis muda ini lalu memutuskan membuat sarapan, karena jam sudah menunjukkan pukul 07:05 pagi.
Meski anak semata wayang keluarga kaya, Ayu bukan tipikal gadis manja. Ia mandiri dan bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun, memang ia kurang kasih sayang orang tuanya yang tinggal di Bali. Mungkin hal inilah yang membuat Ayu merasa nyaman berhubungan dengan pria dewasa seperti Pak Tanba. Pak Tanba yang sudah cukup berkeringat lalu masuk ke dalam rumah. Ia mendengar suara televisi dan mendapati Ayu Dyah sudah bangun dan memakai kimono menyiapkan sarapan. Pak tanba semakin kagum atas gadis muda yang meski kaya dan cantik, namun tidak manja. 
“ selamat pagi pak, “ ujar Ayu ramah.
“ selamat pagi juga non, eh, Ayu, “ Pak Tanba gugup. 
Meski sudah berhubungan intim semalam, Pak Tanba masih merasa canggung berdekatan dengan Ayu. Pak Tanba merasa ia yang hanya sopir taksi tidak pantas berhubungan dengan gadis muda itu. Terlebih usia mereka amat jauh, Pak Tanba sudah punya satu cucu, sementara Ayu masih gadis (yang sudah tidak perawan olehnya).
“Pak ini sarapan untuk bapak. Kita makan bareng yok,” ujar Ayu dengan riang.
Pak Tanba tersenyum. Ia memang lapar. Apalagi semalam sudah bekerja keras menumpahkan air mani yang amat banyak di lubang vagina Ayu. Mereka lalu makan bersama. Menu sarapannya adalah nasi goreng buatan Ayu yang dilengkapi dengan telur mata sapi, sosis dan udang. Juga ada buah-buahan dan juga susu, serta jus yang segar. Dalam hati Pak tanba yang biasanya sarapan nasi uduk tetangga, merasa ini amat mewah. 

Mereka makan sambil berbincang. Ayu yang merasa Pak Tanba masih malu-malu, mencoba memancing percakapan. Lalu mengalirlah percakapan yang disertai humor. Sesekali mereka nampak malu, bila mengingat persetubuhan semalam. Mereka makan amat lahap, akibat enerji yang terkuras setelah persetubuhan dahsyat semalam. Seusai menyantap, Ayu membereskan meja makan dengan dibantu Pak Tanba. Mereka seperti pasangan pengantin baru yang sedang dimabuk asmara. Setelahnya, Ayu lalu menuntun tangan Pak Tanba untuk menuju ruang tamu. Di sana mereka duduk berdampingan, sambil menonton TV. Kepala Ayu disandarkan ke bahu kokoh Pak Tanba. Pak Tanba merasa amat bahagia. Pria Ambon paruh baya itu juga terangsang oleh harum tubuh selingkuhan mudanya ini.
“ Pak Tanba nggak narik taksi Sabtu ini?” Ayu memulai percakapan.
“ Rencananya sih narik. Tadi Bapak udah nelepon rumah dan bilang nggak akan pulang hari ini karena langsug narik. Maklum kejar setoran bapak kan Cuma dari taksi. Tapi tadi nggak tega ninggalin Ayu, “ ujar Pak Tanba sambil tersenyum.
Ayu tersenyum senang. Ia lalu bangkit dan mencium pipi Pak Tanba. Pak Tanba menoleh, lalu mereka berciuman dan berpagutan cukup lama.
“ Pak Tanba di sini aja hari ini. Biar uang setpran bapak, Ayu yang tanggung, “ ujar Ayu.
“ Bapak nggak enak Ayu. Ayu sangat baik terhadap bapak. Ayu selama ini udah bayarin taksi bapak. Terus semalam Ayu rela bapak tiduri. Bapak nggak mau menyusahkan, “ jelas Pak Tanba jujur. 
Mata tuanya menatap wajah gadis muda yang kini jadi kekasihnya itu. Ayu tersenyum.
“ Ayu gak merasa disusahkan oleh bapak. Soal setoran taksi kan wkatu itu status Ayu pelanggan taksi bapak. Soal semalam, kan kita sama-sama puas pak, “ Ujar Ayu tersenyum manja.
Pak Tanba merasa tersentuh lalu kembali melumat bibir merah gadis muda ini. Mereka berciuman dengan panas. Lidah mereka saling berkaitan dan bertukar air liur. Acara televisi tidak mereka hiraukan, yang ada mereka saling bercipokan memadu kasih. Pak Tanba yang sudah terangsang lalu menggerakkan tanganya meraba payudara Ayu dari balik kimononya. Sarapan bergizi membuat stamina keduanya bangkit dan siap untuk memadu kasih. Terdengar erangan dari Ayu saat tangan besar hitam Pak Tanba menggerayangi kedua payudaranya. Kedua tangan Ayu meraih wajah hitam dan kepala botak Pak Tanba. Pak Tanba lalu mengalihkan ciuman dan jilatanya ke telinga kiri Ayu. Telinga memang salah satu titik rangsang bagi gadis muda ini. Segera saja desahannya semakin besar.
“ Ohhh paaak terusss..geliii” desah Ayu sambil memejamkan mata, menikmati jilatan dan ciuman Pak Tanba. 
Suhu semakin memanas. Pak Tanba segera mengaarahkan ciuman dan jilatannya ke leher jenjang Ayu. Ayu semakin tak terkontrol. Kepala botak Pak Tanba diremasinya, sementara sang lelaki paruh baya itu meninggalkan jejak cupangan ke leher selingkuhan mudanya itu. Aroma keringat Pak Tanba yang habis berolahraga membuat Ayu makin terangsang. Aroma khas jantan itu membuat fantasinya semakin melambung. Ia memejamkan mata menikmati setiap jilatan dan ciuman Pak Tanba di lehernya. Pak Tanba lalu menghentikan ciumannya. Wajah nakalnya tersenyum pada Ayu.
“ Ayu bapak ingin netek dan nyusu. Boleh?” ujar lelaki Ambon ini menyeringai.
“ Bapak kan tadi sudah minum susu?” canda Ayu manja sambil meleletkan lidah.
Lidah itu kemudian disambar oleh Pak Tanba, mereka kembali berciuman dengan panasnya. Tangan kekar hitam Pak tanba lalu menarik kimono Ayu. Segera saja terpampang dua buah dada milik Ayu yang putih sekal, dihiasi puting berwarna merah muda yang sudah mengacung keras. Segera saja bibir hitam Pak Tanba mengulum buah dada bagian kanan Ayu. Buah dada berukuran sedang itu habis masuk ke mulut Pak Tanba. Sembari mengemut, Pak Tanba memainkan lidahnya di puting merah muda Ayu.
“ ooogggghh paaak enaaak” desah Ayu.
Bergantian Pak Tanba mengemut dan menjilati dua buah dada Ayu tersebut. 

Tak mau diam, tangan kanan pria Ambon ini meraba selangkangan Ayu yang tertutup oleh celana dalam berwarna merah muda. Ia lalu memasukkan tangan kanannya yang hitam berotot dan menggosok permukaan vagina sempit yang mulai basah itu. Desahan Ayu semakin kuat. Tangannya menekan kepala botak Pak Tanba agar terus menghisapi buah dadanya. Sementara kakinya mengangkang lebar,membiarkan dua jari tangan kanan Pak tanba memasuki lipatan vaginanya.
“ oohhh enaaak paaak…terusss” desah Ayu semakin liar.
Kegiatan seks pagi hari di atas sofa itu membuat tubuh keduanya mengeluarkan keringat. Jari-jari tangan Tanba sudah basah oleh cairan vagina Ayu yang mulai mengalir akibat rangsangan di payudara dan lubang kemaluannya. Ayu mulai berani. Ia menarik kepala Pak Tanba dan menciumi mulutnya. Kedua berpagutan dengan amat bergairah. Desisan dan desahan Ayu tertutup oleh ciuman lembut dan jilatan nakal Pak Tanba. Ayu yang semakin panas lalu berinisiatif membuka kaos Pak Tanba. Pak Tanba menghentikan sementara kocokan jarinya di lubang vagina Ayu, dan pasrah saat kekasih mudanya itu melepas kaosnya. Segera saja tubuh hitam besar dan tambun Pak Tanba tidak memakai baju lagi. Keringat sudah membuat tubuh hitam tuanya mengkilat. Terlihat seksi bagi Ayu. Ayu kini mulai aktif. Ia lalu menciumi leher Pak Tanba membuat pria paruh baya asal Ambon ini mendesah. Tak ketinggalan jilatan dan ciuman liar Ayu turun ke dada. Kini gadis muda yang sudah hilang perawan itu menjilati dada bidang dan kekar Pak Tanba. Tak ketinggalan Ayu sedikit menggigit puting susu Pak Tanba yang hitam dan besar itu.
“aaaahhh… enak ayuuu..oooh” Pak Tanba mendesah memejamkan mata. Kepalanya menegadah. 
Di satu sisi Pak tanba kaget dengan sikap Ayu yang mulai liar. Selama berhubungan dengan istrinya, Pak Tanba selalu menjadi pihak yang aktif. Kini Ayu berubah agresif dan menjilati tubuhnya yang sudah basah oleh keringat. Pak Tanba amat menikmatinya. Ia merasa amat beruntung. Tangan mulus Ayu pun segera menggerayangi penis besar Pak Tanba yang masih tertutup boxer. Pak Tanba semakin belingsatan. Tubuhnya menegang dan desahan keluar dari mulut lelaki bertubuh hitam besar itu. Ayu tersenyum puas atas keberhasilannya merangsang Pak Tanba. Ia lalu menciumi kembali mulut Pak Tanba, sementara tangan Pak Tanba kembali memeras payudara Ayu dengan lembut. Ayu kemudian menghentikan rangsangannya sesaat. Hal ini membuat Pak Tanba heran.
“Kok berhenti?” ujarnya.
Ayu tersenyum.
“ Pak aku boleh nggak ngeliat penis bapak? Terus boleh nggak aku kulum?” tanya Ayu manja.
Pak Tanba kaget, namun senang. Selama dengan istrinya, ia belum pernah merasakah penis kebanggaannya dikulum. Pertanyaan Ayu membuatnya tersenyum.
“memang Ayu mau mengulum kontol bapak yang gede ?” tanya Pak Tanba sembari tersenyum.
Ayu mengangguk. Lalu Pak Tanba memelorotkan celana boxer-nya dan membuat penis besar hitamnya menangguk perkasa. Ayu kemudian turun dan menatap penis hitam besar yang sudah merenggut keperawanannya semalam itu. Ia menatapnya dengan kagum. Penis itu panjangnya 19 cm. berwarna hitam, berdiamater besar dan memiliki urat-urat menontol. Kepala penis yang disunat itu pun berwarna hitam kecoklatan. Amat besar seperti kepala jamur. Diapit oleh paha gempal milik lelaki Ambon itu, buah zakarnya juga berukuran besar dan kencang. Penis itu ditumbuhi bulu jembut lebat keriting berwarna hitam. Ayu menatap dan memegangi batang penis besar hitam tersebut. Lalu perlahan lidahnya mulai menjilat batang, bak anak kecil menjilati permen. 
“oooohhh enak sayaaaaang” desah Pak Tanba.

Ayu semakin semangat menjilati batang berurat kekar itu. Lidahnya yang membasahi batang penis hingga terlihat mengkilat. Aroma khas kejantanan pria membuat Ayu semakin terangsang. Vaginanya mulai basah oleh perbuatannya sendiri. Ayu menjilati seluruh permukaan batang penis hitam gede Pak Tanba dengan telaten. Tak semili meter pun yang ia luput untuk menjilatinya. Tangan mulus Ayu tak lupa meremas buah zakar Pak Tanba dengan lembut. Perlakuan ini semakin membuat Pak Tanba mendesah penu nikmat. Matanya terpejam, mulutnya menganga dan ia menengadahkan kepalanya. Sesekali ia melihat reaksi Ayu menjilati batang penisnya. Pemandangan gadis cantik muda menjilati batang penisnya, membuat Pak Ayu makin terangsang. Ayu semakin liar. Ia kini menjilati lubang kencing di kepala penis Pak Tanba. Ia jilati cairan pre-cum bening yang sudah muncul. Tak puas, Ayu lalu mengulum kepala penis lelaki Ambon itu. Kepala penis hitam kecoklatan yang besar itu dijilatinya dengan lembut. Ayu lalu berusaha memasukkan penis hitam besar Pak Tanba ke mulutnya.
“Aaaaaahhh enak bangeeet sayaaang, “ desah Pak Tanba yang belum pernah dioral seks sebelumnya.
Pak Tanba lalu memegangi kepala Ayu, lalu membimbing gadis muda itu untuk bisa mengulum penis andalannya. Tentu saja mulut Ayu yang mungil tidak sanggup menelan seluruhnya penis Pak tanba yang berukuran jumbo itu. Sesekali nampak gadis itu tersedak dan seperti kelolotan. 
“ Jangan dipaksa sayaaang, “ ujar Pak Tanba dengan suara berat menahan nafsu, Mata pak Tanba berubah sayu, ia mendsah merasakan hangatnya mulut dan lidah Ayu memanjakan batang penisnya.
Segera saja batang penis hitam besar Pak Tanba menegang dengan maksimal. Tak ingin memuntahkan air mani ke mulut Ayu, Pak Tanba segera menarik Ayu dan mencium mulutnya. Ciumannya berubah menjadi ganas dan liar. Ayu menanggapinya dengan semangat. Ia senang dengan sikap liar dan jantan yang ditunjukkan lelaki paruh baya itu. Sambil berciuman, tangan kiri Ayu masih mengocok batang penis kekasih tuanya itu. Pak Tanba yang seudah terangsang berat, lalu menidurkan Ayu di sofa. Tubuh mungil itu ditindih badan besar hitam lelaki Ambon itu dan Pak Tanba mengangkangkan kaki Ayu lebar lebar. Ia malepaskan celana dalam milik Ayu. Gadis itu pun membantu dengan mengangkat pantatnya. Pak Tanba membuang celana dalam Ayu ke atas karpet ruang tamu. Lalu dengan ganas pria paruh baya bertubuh gempal ini menyasarkan ciuman dan jilatannya ke lubang vagina Ayu.
“oooh paaakkk enaaaaak, “ desah Ayu.
Pak Tanba lalu membuka lipatan vagina Ayu dengan dua jarinya, terlihat vagina yang semalam sudah diperawaninnya itu merekah memperlihatkan isi dalam dan klitoris warna merah muda sang gadis.
Dalam hati Pak tanba merasa heran. Meski semalam penis besarnya sudah membobol vagina perawan Ayu, pria Ambon ini melihat vagina itu masih rapat, tanpa terlihat bekas luka. Terlihat masih seperti vagina perawan. Namun Pak Tanba tak mau ambil pusing. Nafsunya yang sudah di ubun-ubun, membuat pria gempal ini segera mencium dan menjilati vagina Ayu. Kelentitnya juga dijilati. Ayu merasa gatal yang amat sangat di vaginanya, saat lidah kasar dan basah Pak Tanba menjilati vaginanya. Sembari menjilat tangan Pak Tanba pun tak luput mengobok lubang kenikmatan itu. Hal ini membuat Ayu semakin menjerit. Ia meremas sendiri payudaranya, matanya terpejam dan kepalannya menengadah. Ia mendesis dan mendesah.
“Ohh yesss paaaak… enaaakk” 
Lubang vagina Ayu semakin becek oleh cairannya sendiri. Cairan itu membasahi dua jari Pak Tanba yang terus asik mengocoknya. Tak butuh waktu lama, Ayu merasa terbang ke awang-awang. Lubang vaginanya semakin gatal dan ia semakin meremas payudaranya sendiri.
“ Oohh paaak aaaku sampeeee” jerit Ayu di ruang tamu itu. Ayu menekukkan badannya ke atas, matanya terpejam dan akhirnya cairan orgasmenya menyemprot keluar.
“ croot..croot.” Cairan orgasme Ayu menyembur kuat hingga ke wajah hitam Pak Tanba yang tepat di depannya. 

Pak Tanba tersenyum puas melihat Ayu orgasme dengan dahsyatnya. Ia membersihkan cairan orgasme Ayu yang menyemprot ke wajahnya dengan telapak tangan kekarnya. Ia sedikit menjilat cairan yang terasa gurih itu.Pak Tanba lalu naik menindih tubuh lemas Ayu. Mulut dan lidahnya kembali menjilati leher. Telinga dan payudara Ayu. Tak butuh waktu lama bagi Ayu untuk pulih dari lemasnya. Ia membalas cipokan Pak Tanba ke mulutnya dan tubuhnya siap untuk menerima sodokan batang kekar kekasih tuanya itu. Pak Tanba lalu merentangkan kaki Ayu yang terguling di atas sofa. Ia menaikkan kedua kaki Ayu ke bahu kekar hitamnya. Tangan kanan Pak Tanba lalu membimbing penis besar hitamnya untuk memasuki leubang vagina Ayu. Meski sudah merasakan penis itu semalam, Ayu masih deg-degan saat kepala penis Pak Tanba yang besar mencoba memasuki lubang sempitnya. Pak Tanba mencoba menguak lubang vagina Ayu dengan du jarinya. Setelah merasa kepala penisnya terjepit bibir vagina Ayu, pria tambun itu mencoba mendorong penisnya masuk.
“ooohhhh” baik pak tanba dan Ayu mengeluh merasakan nikmat.
Pak Tanba merasa, meski semalam sudah memerawani Ayu. Lubang vagina gadis itu masih amat sempit. Hal ini membuatnya takjub. Kepala penis pria itu masih sulit menembus lubang kenikmatan Ayu.
“Jangan dibuat tegang Ayu. Santai saja ya, “ ujar Pak tanba dengan suara berat menahan nafsu.
Ayu pun mencoba santai, yang membuat kepala penis Pak Tanba bisa terjepit sempurna bibir vaginanya yang mulai terkuak. Perlahan Pak Tanba mendorong penisnya masuk dan dibantu oleh cairan vagina Ayu, kepala penis besar itu bisa masuk perlahan.
“ogggghhh enaknya” desah Pak Tanba sembari memejamkan mata.
Ayu pun mengerang menahan perih, sekaligus nikmat. Pak tanba merasa kepala penisnya dijepit dengan sempurna dan diremas-remas oleh dinding vagina Ayu. Pak Tanba terus memasukkan lubang penisnya secara perlahan. Ditarik sedikit, kemuddian ditekan lagi. Begitu berulang-ulang. Batang penis Pak tanba yang menggesek klitoris Ayu, membuat gadis muda ini amat terangsang. Cairan vaginannya semakin banyak tertumpah. Penis pak Tanba pun terus perlahan masuk dan akhirnya hampir separuh batangnya masuk sempurna ke lubang itu. Pak Tanba mencoba mendiamkan batang penisnya sejenak. Meresapi kenikmatan pjatan dinding vagina sempit Ayu di batang kekarnya. Hal ini dilakukan Pak Tanba agar vagina sempit Ayu terbiasa menerima ukuran penis besarnya itu. Ayu pun merasa liangnya penuh, meski baru separuh batang Pak Tanba yang memasuki vaginanya. Gadis ini mendesah nikmat, menikmati setiap kedutan urat penis PakTanba di dalam vaginannya. Sesudah cukup merasa beradaptasi, Pak Tanba mulai menggenjot batang penis hitam besarnya ke vagina Ayu. Keluar masuk, secara perlahan dan penuh perasaaan. Tubuh Ayu dan Pak Tanba sudah basah oleh keringat. Tubuh hitam tambun Pak Tanba tampak mengkilat menimbulkan kesan perkasa dan macho. Pantat hitam besar gempal milik Pak Tanba maju mundur sering upayanya menggenjot batang pelernya ke vagina Ayu. Di ruang tamu yang sepi itu kini terlihat tubuh hitam besar Pak Tanda menindih dan mengangkangi tubuh putih mulus Ayu. Terlihat amat kontras dan seksi. Ayu sendiri sudah pasrah oleh nikmat birahi. Wajah cantiknya terlihat menikmati setiap genjotan batang Pak Tanba. Mulutnya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan.
Pak Tanba sendiri memicu tubuhnya dengan penuh bertenaga. Kedua kaki jenjang Ayu tersandar di bahu kokohnya dan matanya melihat tajam ke arah wajah Ayu yang terpejam menikmati genjotannya. Ia semakin terangsang melihat reaksi muka Ayu. Pejantan paruh baya Ambon ini mendengus setiap kali penis besar hitamnya menembus vagina Ayu, otot-otot tubuhnya menegang dan terlihat seksi. Sekitar 7 menit adegan ini berlangsung dan AYu merasa dinding vaginannya semakin berdenyut. Ia merasa lubangnya terasa penuh dan rasa gatal menghampiri dirnya. 

Rasa gatal di vagina Ayu semakin terasa, ia merasa tubuh dan wajahnya panas. Keringat makin membasahi tubuhnya dan payudaranya menjadi kencang karena terangsang. Desahaan gadis ini semakin besar, lalu saat orgasme pun datang. Ayu merasa vagina berkedut semakin kencang dan akhirnya sang gadis cantik ini berteriak.
“ aaaaaahhh paaaakkk sampeeee” gadis ini melengkungkan tubuhnya ke atas, matanya tinggal tampak putihnya saja dan mulutnya terbuka. Wajah cantiknya memerah.
“Crottt…crooottt…crott.” Orgasme kedua Ayu kali ini begitu dahsyat. Cairannya menyembur dengan amat banyak. Membuat tubuhnya lemas.
Pak Tanba merasa penisnya dipijat semakin kuat oleh dinding vagina Ayu, saat gadis itu orgasme. Kepala penis lelaki Ambon ini terasa gatal dan dipijat oleh tenaga konstraksi dahsyat . Pak Tanba merasa orgasmenya akan semakin datang. Maka ia mempercepat genjotnya lalu menanamkan batang penis hitam besarnya sedalam mungkin ke lubang vagina Ayu. Urat-urat penis pria ini berkedut-kedut dan akhirnya pria paruh baya ini menggeram bak kesurupan. Otot-otot tubuh dan pahanya menegang. Mata lelaki paruh baya ini terpejam dan kepalanya mendongak ke atas. Tubuh hitamnya terlihat mengkilat dan terlihat amat jantan. 
“Crot..crot…crott..croot..Argggh..arghhhh” beberapa kali air mani pembuat bayi milik Pak Tanba muncrat membasahi rahim dan lubang vagina Ayu. 
Terlihat Pak Tanba lima kali mengejan dan menembakkan mati kentalnya ke dinding rahim Ayu. Ayu merasa vaginanya disiram oleh cairan kental dan lengket milik Pak Tanba. Vaginanya terasa hangat oleh cairan pembuat bayi Pak Tanba. Air mani Pak Tanba memang amat banyak sehingga mengalir keluar dari lubang vagina Ayu yang masih disumpal oleh batang penis sopir taksi Ambon itu. Pak Tanba tergulai lemas di atas tubuh Ayu. Keringat lelaki bertubuh hitam tambun itu bercampur dengan keringat wangi Ayu. Keduanya masih meresapi kenikmatan orgasme yang baru saja mereka dapatkan. Air mani Pak Tanba yang bercampur dengan cairan orgasme Ayu, mengalir menetes ke paha dan pantat Ayu. Ayu merasa pahanya pegal karena terus dikangkangkan oleh Pak Tanba. Setelah merasa puas, Pak Tanba lalu mancabut batang penisnya dari vagina Ayu. Batang hitam besar itu terlihat mengkilat karena percampuran air mani dan cairan orgasme Ayu. Air mani Pak Tanba yang banyak juga mengalir dari lubang vagina Ayu dan membasahi sofa tempat mereka bergumul. Suasana sepi. Tak lagi terdengar desahan. Hanya terdengar suara burung jalak dari halaman belakang rumah Ayu, suara TV dan dengungan AC di ruang tamu. Setelah kedua pulih, Pak Tanba bangkit dan mencium kening Ayu dengan sayang. Ayu pun tersenyum dan balik mencium pipi hitam Pak Tanba. Keduanya masih terguling lemas di Sofa ruang tamu Ayu. Lalu keduanya tersenyum puas. Pak Tanba yang staminanya memang kuat lalu bangkit dan mengangkat tubuh Ayu. Sepasang tangan kekar hitam milik Pak Tanba membopong tubuh kekasih mudanya itu. Ayu melingkarkan tangannya ke leher kokoh Pak Tanba.
“Mandi yok” kata Pak Tanba.
Ayu tersenyum penuh arti. Lalu tubuh hitam perkasa Pak TAnba membopong gadis pemuas nafsunya ke kamar mandi di dalam kamar Ayu. Keduanya mandi dan saling menyabuni. Vagina Ayu yang semula perih, berangsur sembuh oleh pengaruh Cincin Perawan. Sambil mandi keduanya menyempatkan diri berciuman. Usai mandi keduanya menuju kamar tidur dan tertidur berpelukan tanpa busana. Mereka tertidur bak penganten baru, hingga pukul 12:00 siang. Ketika bangun, Pak Tanba dan Ayu yang merasa lapar lalu memesan makanan delivery service. Keduanya makan di ruang tamu sambil saling bersuapan, bersenda gurau layaknya penganten baru.

Pukul 13:15 Pak Tanba mencoba pamit kepada Ayu untuk pulang. Ayu tampak keberatan karena masih kangen dengan Pak Tanba. 
“Ayolah sayang..Bapak kan harus narik taksi.” 
Ayu pun kemudian mengalah dan Pak Tanba pun keluar menarik taksi hingga pukul 19:00 malam. Selepasnya Pak Tanba memutuskan untuk pulang ke rumah, menyambangi anak istrinya. Istri dan anak Pak Tanba sama sekali tidak curiga atas kelakuan Pak Tanba. Pria Ambon hitam besar itu pun awalnya ingin menghabiskan malam minggu di rumah. Namun bayangannya atas persetubuhan dengan Ayu tidak bisa dilupakan Pak Tanba. Ditambah sms sayang dari Ayu yang muncul di hapenya, membuat pria 48 tahun ini semakin gelisah. Ia pun lalu memutuskan keluar, mengenakan jaket dan membawa motor bututnya.
“Mau kemana lagi pak?” tanya sang istri.
“ Aku kelupaan mengambil sesuatu yangketinggalan di luar kota bu?” jawab Pak tanba sekenanya.
“ Pukul 9 malam gini? Apa tidak lebih baik besok pagi saja?” cegah istrinya.
“ Nggak bisa buk. Barang ini dibutuhkan sekali. Barusan pelanggan menelpon” Pak Tanba berbohong.
Pak Tanba lalu memicu motornya, kemana lagi kalau bukan ke rumah Ayu, kekasih mudanya. Pria paruh baya perkasa ini begitu ketagihan dengan Ayu. Sang istri sebenarnya berfirasat kurang baik, tetapi tidak bisa mencegah suaminya. Sementara Ayu yang sudah siap-siap tidur, tiba-tiba menerima telpon dari Pak Tanba. Dengan girang Ayu mengangaktnya.
“ Saya di depan sayang, “ ujar Pak tanba mesra di balik telpon.
Ayu yang juga membutuhkang kejantanan Pak tanba bergegas membuka gerbang dan menyuruh Pak Tanba masuk. Sesampainya di rumah, Ayu yang girang langsung menghambur ke arah Pak Tanba. Tubuhnya menggelendot manja dan dibopong oleh sopir taksi Ambon itu. Mereka berciuman hangat penuh nafsu.
“ Aku hampir saja tidur sendirian pak. AKu kira bapak pulang ke rumah istri” ujar Ayu manja.
Pak Tanba tersenyum. Sembari tangan kerkarnya membopong Ayu, ia menjawab.
“ tadinya gitu. Tapi pas terima sms dari Ayu, bapak kangen berat sama Ayu” ujar Pak tanba sambil tersenyum.
“ Ah gombaal” Ayu merajuk manja.
Pak Tanba hanya tersenyum lalu keduanya kembali berciuman hangat di ruang tamu. Pak Tanba lalu membopong tubuh Ayu ke tempat tidur di kamarnya. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk telanjang bulat dan saling mencumbu. Kamar yang awalnya sunyi, kini dipenuhi oleh desahan nikmat dari insan terpaut umur jauh yang sedang dimabuk asmara itu. Lalu terlihat pemandangan erotis saat tubuh hitam besar perkasa milik Pak Tanba menindih tubuh seksi putih Ayu. Kaki Ayu terlihat mengangkang dan vaginanya tersumbat penis besar hitam Pak Tanba. 

Keduanya telah basah oleh keringat dan mendesah penuh kenikmatan. Pak Tanba yang sebelum ke rumah Ayu tadi meminum jamu kuat, terlihat amat perkasa malam itu. Tubuh besar hitam tambunya tampak memompa vagina Ayu. Otot-otot tubuh dan pantat Pak Tanba yang perkasa, terlihat maju mundur memompa batang penisnya ke vagina yang dirasakan pak tanba masih amat sempit. Ayu sudah dua kali orgasme, tapi Pak Tanba masih terlihat perkasa. Ayu kemudian mengusulkan gaya woman on top, yang belum pernah dicoba oleh Pak Tanba. Sopir taksi Ambon itu lalu terlentang di tempat tidur. Penis besar hitamnya tampak masih gagah mengacung, mengkilat karena cairan orgasme Ayu. Ayu lalu menduduki Pak Tanba dan membimbing penis lelaki paruh baya jantan ini memasuki lubang vaginannya. Keduanya melenguh nikmat, saat kepala penis besar hitam Pak Tanba memasuki lubang senggama Ayu. Ayu kemudian mengambil alih posisi yang mengatur Pak Tanba. Penis besar hitam itu kini amblas sepenuhnya di lubag vagina Ayu. Pak Tanba amat terangsang oleh gaya ini. Ia terlentang menikmati penis besarnya dipijat oleh vagina Ayu. Ayu pun kadang memutar vaginanya yang membuat Pak Tanba segera mendapat orgasme. Otot-otot tubuh jantannya menegang dan ia memuncratkan air mani kental derasnya ke vagina Ayu. Ayu yang juga orgasme bersamaan, meresapi dan berteriak penuh nafsu. Keduanya lalu terbaring lemas, lalu tidur sambil berpelukan. Tinggal menunggu jam saja bagi keduanya untuk terus memicu birahi.

########################
Hubungan antara Ayu Dyah dan Pak Tanba semakin akrab. Sejak pertama kali Ayu menyerahkan keperawanannya pada Jumat malam kepada pria Ambon paruh baya itu, terhitung sudah empat kali keduanya melakukan hubungan intim layaknya sepasang suami istri. Setiap kali melakukan hubungan intim, keduanya selalu mencapai kepuasan maksimal. Ayu yang belum pernah berhubungan seks sebelumnya, seolah mendapatkan guru yang tepat. Pak Tanba yang sudah berusia 48 tahun selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ayu merasa sopir taksi itu bisa membimbingnya dan memberikan kepuasan seksual. Ayu pun merasa nyaman dengan Pak Tanba. Ia merasa terlindungi. Sementara Pak Tanba pun merasa dirinya menjadi pria paling beruntung sedunia. Lelaki bertubuh tambun tinggi besar hitam itu mendapatkan seorang gadis perawan yang amat cantik. Pak Tanba yang sudah lama tidak merasakan hubungan seksual itu pun mampu memuntahkan air maninya yang selama ini tertahan ke liang vagina Ayu yang sempit. Pak Tanba merasa amat terpuaskan setiap bersenggama dengan Ayu. Ia merasa Ayu bukan sekadar gadis yang menjadi pelampiasan seksualnya, dalam hatinya ia sudah menyayangi gadis muda itu seperti istrinya sendiri. Kedua manusia berbeda kelas dan strata ekonomi itu terakhir kali bertemu pada hari Minggu, tepat satu hari setelah pertama kali mereka berhubungan intim. Tentu saja mereka menghabiskan pertemuan dengan bertukar peluh dan kelamin. Pada malam Minggu Pak Tanba memberikan kepuasan batin kepada Ayu. Hanya dijedakan oleh tidur malam dan sarapan, keduanya kembali mengayuh birahi pada pagi harinya. Penis hitam besar Pak Tanba kembali menyodok vagina Ayu yang sempit. Ayu yang mulai terbiasa pun tidak kalah memberikan pelayanan birahi kepada kekasih tuanya itu. Meskipun berkaki pincang dan sudah berusia lanjut, Pak Tanba memang memiliki stamina dan alat kelamin luar biasa. Beberapa kali Ayu terlihat kewalahan melayani Pak Tanba. Sopir taksi asal Ambon ini pun merasa amat bahagia bisa memuaskan kekasih mudanya itu. Beberapa kali Pak Tanba memuntahkan air maninya yang kental di vagina Ayu., sehingga ia pun merasa kepuasan batin. Kedua manusia berlawanan jenis ini pun terpaksa harus berpisah sementara. Pak Tanba yang sudah beristri dan memiliki satu cucu ini merasa dirinya tidak bisa terus bersama dengan Ayu. BIar bagaimanapun ia sebagai kepala keluarga harus bertanggung jawab, mencari nafkah dan tak ingin istri dan anaknya tahu. Pertimbangan lainnya, Pak Tanba merasa tidak ingin terlampau merusak masa depan Ayu yang masih amat muda. Ayu pun mengerti posisi Pak Tanba. Keduanya lalu berjanji untuk mengatur pertemuan, agar tidak terlalu sering bertemu.
Senin, Selasa,dan Rabu, Pak Tanba dan Ayu bertekad untuk tidak bertemu. Meski terdapat rasa kangen ingin berjumpa dan melampiaskan gairah, mereka berusaha untuk menepati janji masing-masing.

Ayu percaya Pak Tanba yang memiliki rasa tanggungjawab itu, tidak akan menyeleweng dengan perempuan lain. Di sisi lain, Pak Tanba juga percaya bahwa gadis yang telah mengorbankan keperawanannya itu tidak akan mencoba dengan lelaki lain. Mereka hanya menjalin hubungan dengan sms ataupun telepon. Semenjak pertemuannya dengan Ayu, Pak Tanba memang merasa kembali muda. Ia lebih bersemangat, ceria dan getol mencari uang. Meski ia tahu bahwa tak mungkin menikahi Ayu yang masih muda dan kaya, tapi lelaki hitam besar ini tidak mau dianggap memanfaatkan kekayaan Ayu. Namun di sisi lain, Pak Tanba merasa amat bersalah dengan anak istrinya. Ia yang selama ini setia, merasa berdosa telah berselingkuh. Meski Pak Tanba berusaha bersikap wajar, namun perubahan sikapnya ini sudah menarik kecurigaan istrinya yang telah menemaninya selama 28 tahun. Dan pada malam Kamis itu, Pak Tanba pun terpergok. Malam itu sekitar pukul 21:30, Pak Tanba pulang ke rumah setelah menarik taksi seharian. Suasana rumahnya sepi. Anak bungsunya yang perempuan dan telah berusia 25 tahun, menginap di rumah kakak sulungnya yang telah memiliki anak. Pak Tanba yang merasa lelah pun segera ke ruang makan untuk mengambil minum, lalu duduk di ruang tengah di rumahnya yang sempit. Dalam hati ia merindukan Ayu. Rasa rindunya membuat lelaki paruh baya itu memutuskan untuk menelpon gadis muda itu. Pak Tanba beruntung. Baru saja ia ingin menelpon Ayu, sang gadis telah menelponnya duluan. Lelaki Ambon ini pun menyambutnya dengan riang. Obrolan yang awalnya ringan, lalu berujung pada pembicaraan cabul. Obrolan yang berlanjut pada kenangan saat mereka berhubungan intim, membuat Pak Tanba yang sudah 3 hari tidak ngentot dengan kekasih mudanya itu membuat Pak Tanba terangsang. Ia lalu menarik risleting celananya, lalu mengeluarkan penis besar hitam 19 cm-nya dari celana dalamnya. Sambil menelpon, Pak Tanba mengocok batang kejantanannya. Suara Ayu yang seksi dan mendesah membuat Pak Tanba amat terangsang. Seiring kocokannya, penis besar hitam dan berurat miliknya menjadi tegang maksimal. Kepala kemaluannya yang besar berwarna kecoklatan pun membesar. 20 menit mereka saling menelpon, Pak Tanba lalu mengerang. Air maninya muncrat berkali-kali . Di ujung telepon Ayu pun yang melakukan onani dengan menggesek vaginanya mencapai orgasme yang sama. Keduanya terengah-engah setelah menuntaskan rasa kangen dan birahi melalui phone-sex itu.
“ Pak, Ayu kangen sama bapak, “ ujar suara manja Ayu di balik telpon.
“ Sama Ayu. Bapak juga kangen ingin tidur dengan Ayu lagi, “ jawab Pak Tanba sambil mengeluarkan bunyi kecupan.

Percakapan terputus dan Pak Tanba meletakkan ponsel tuanya. Ia menerawang, meresapi kepuasanya setelah beronani sambil mendengarkan suara Ayu. Ia membayangkan betapa nikmatnya bila ia mengluarkan air maninya tadi ke lubang vagina sempit Ayu. Penis hitam besar Pak Tanba kini mulai melemas, meski ukurannya masih perkasa. Pak Tanba lalu mengelap air mani kental yang membasahi tangan dan batang pelernya dengan tisu. Pak Tanba tidak menyadari bahwa sedari tadi kelakuannya bertelepon dan beronani dilihat oleh seorang wanita bertubuh gemuk berkulit hitam. Wanita bertampang Jawa dan ndeso itu adalah istri Pak Tanba, Bu Wati. Meski telah berusia 51 tahun, 3 tahun lebih tua dari Pak Tanba, Bu Wati masih memperlihatkan sisa-sisa wajah manis wanita Jawanya. Melihat suami yang telah menemaninya selama 28 tahun itu bertelepon mesra, bahkan sambil mengocok penis dengan ditemani suara wanita, sebenarnya membuat hati wanita tua ini pedih. Kecurigaannya beberapa hari ini ternyata terbukti. Bahwa suaminya yang selama ini tidak pernah berbuat neko-neko memiliki wanita idaman lain. Bahkan ia yakin, suaminya itu telah bersenggama dengan wanita tersebut. Bu Wati sebenarnya sangat sadar bahwa Pak Tanba masih aktif secara seksual. Keadaan tubuhnya yang sudah menopause dan tua, membuat Bu Wati sudah tidak bisa memberikan nafkah batin kepada suaminya itu. Ditambah Bu Wati yang mengidap penyakit diabetes, tidak memungkinkannya memuaskan penis besar suaminya. Sudah lebih 6 tahun Bu Wati dan Pak Tanba tidak berhubungan intim. Bu Wati sebenarnya beberapa kali menyarankan Pak Tanba beristri lagi. Namun Pak Tanba menolak ide itu. Alasan finansial dan malu terhadap anak, selalu menjadi alasan Pak Tanba. Bu Wati sebenarnya percaya sepenuhnya dengan Pak Tanba. Meski bertampang bak preman, suaminya itu memiliki hati yang baik dan bertanggung jawab. Namun, perubahan sikap Pak Tanba yang 3 hari ini bak remaja yang jatuh cinta, membuat Bu Wati sadar bahwa suaminya telah menemukan wanita lain. Kenyataan bahwa Bu Wati memergoki Pak Tanba beronani sembari menelpon wanita, membuat Bu Wati yakin. Bu Wati hanya penasaran, siapa wanita yang sudah bisa membuat prinsip Pak Tanba yang tidak ingin mendua, berubah.
Pak Tanba masih menerawang sambil membelai penis besar hitamnya dan membersihkan air mani, saat Bu Wati bertanya.
“Sudah puas, pak? “ Tanya Bu Wati dengan nada penuh selidik dan suara dingin.
Pak Tanba kaget dan terperanjat. Pandangannya segara tertuju kepada istrinya. Lelaki botak hitam besar itu merasa amat cemas dan berdebar. Sudah terlambat baginya. Tubuh lelaki paruh baya itu berkeringat saat mengetahui istrinya memergoki ia beronani sambil menelpon Ayu. Buru-buru ia menyingkirkan gumpalan tisu bekas air mani dan memasukkan penisnya kembali ke celana dalam, serta menutup risleting celananya. Pak Tanba buru-buru membenarkan posisi duduknya. 
“Kenapa harus ditutup toh pak? Aku sudah puas ngeliat dan ngerasain penis bapak selama 28 tahun, “ ujar Bu Wati masih dalam nada selidik dan dingin, ada rasa sakit hati di dalam nada suaranya. 
Bu Wati lalu menghampiri Pak Tanba ke sofa butut tempat lelaki itu duduk. Pak Tanba bertambah gugup dan merasa bersalah. Suara dan gerak tubuhnya mendadak bingung.
“aeeeh.. umm . sudah di rumah toh bu?” tanya Pak Tanba basa-basi. Kegugupan akibat terpergok dan rasa bersalah amat jelas terlihat dari sikapnya. Pak Tanba memang sebenarnya pria yang baik.
“Sudah dari tadi pak. Ibu tau bapak datang, bapak ngambil minuman, terus bapak nerima telpon dari cewek dan bapak ngocok sambil puas. Bapak terlalu asyik nyampe ndak sadar kalo Ibu ngeliat dari tadi, “ ujar Bu Wati dalam bahasa Jawa medok. Suaranya tetap tenang, meski terdengar kepedihan.

Pak Tanba hanya menunduk. Ia tidak berani berkata apa-apa.
“Siapa wanita itu pak? Ketemu di mana? Jelasin aja Pak. Jangan bohong, “ tanya Bu Wati yang sambil menahan tangis, Air matanya mulai menetes.
“Bapak kan sudah tahu saya sudah rela bapak nikah lagi. Ibu sadar pak, kalo ibu sudah ndak sanggup melayani bapak, sedangkan bapak itu masih kuat. Tapi kenapa mesti di belakang Ibu pak?” cecar Bu Tanba. Air matanya sudah menetes.
Pak Tanba melihat istrinya dengan merasa kasihan dan bersalah. Ia sudah mengecewakan istrinya yang sudah lama berjuang bersamanya. Dengan suara gugup dan bergetar, pria tua perkasa ini meminta maaf.
“Maaf buu.. Bapak khilaf. Bapak memang salah, “ ujar Pak Tanba kepada istrinya yang sudah terisak.
Bu Wati menyeka air matanya. Wanita tua gendut itu menatap suaminya yang terlihat bingung. Dalam hati Bu Wati tahu, Pak Tanba merasa bersalah. Pengalamannya menemani lelaki Ambon ini selama 28 tahun, membuat Bu Wati mengenal pribadi suaminya.
“Sudah berapa lama pak? Berapa hari? Ibu tahu ini baru terjadi,” tanya Bu Wati sambil terisak.
Pak Tanba menarik nafas berat. Mau tidak mau ia harus bercerita kepada istrinya tentang kejadian yang sebenarnya.
“Baru dari hari Jumat malam kemarin, Bu. Baru 6 hari. Bapak pun baru kenal dia hari Senin minggu lalu, ‘ jawab Pak tanba dengan suara bergetar.
“Baru Jumat malam kemarin? Baru kenal Senin minggu lalu? Maksdunya apa Pak? Bapak sudah tidur dengannya? Umurnya berapa pak? ‘ Cecar Bu Wati sambil menahan isak.
Dengan suara bergetar menahan malu dan bersalah, Pak Tanba menjawab.
“Dia masih muda bu. Baru 22 tahun. Bapak kenal dia Senin minggu lalu. Dia penumpang bapak. Bapak tidur dengannya Jumat Malam lalu. Dannn.. ia masih perawan waktu pertama kali bapak gauli, “ jelas Pak Tanba dengan terbata-bata. Ia melirik wajah Bu Wati, ingin melihat reaksinya.
Bu Wati merasa kaget. Awalnya Bu Wati merasa bahwa wanita yang menjadi selingkuhan suaminya itu adalah seorang wanita nakal atau janda berumur 30-an. Mendengar suaminya berselingkuh dengan seorang gadis lebih muda dari anak bungsunya dan masih perawan, membuat Bu Wati kaget. Wanita ini tidak menyangka. Ia memandangi suaminya. Tapi raut muka dan sikap tubuh suaminya tidak memperlihatkan bahwa ia berbohong. Dalam hatinya Bu Wati makin penasaran. Suaminya bukan tipe pria yang bisa mendapatkan gadis muda perawan. Suaminya itu bertubuh hitam, gendut, berwajah relative tidak sedap dipandang. Apalagi kaki kanannya pincang dan ia bukan pria banyak duit. Meski Pak Tanba memiliki alat kelamin dan stamina seks yang membuat wanita bisa bertekuk lutut, tapi sulit mempercayai bahwa ada gadis perawan yang mau disetubuhi oleh suaminya.

“Bapak memperkosa gadis itu?” Suara Bu Wati meninggi.
“Bukan bu..bukan. Sumpah Bapak juga masih bingung kenapa gadis ini mau dengan bapak. Awalnya Bapak juga nganterin dia pake taksi. Nggak ada maksud apa-apa. Waktu pertama ia bilang suka ke bapak pun, bapak nggak percaya. Bapak sudah bilang bapak bukan pria yang tepat untuknya, tapi ia percaya dengan bapak. Lama-lama bapak khilaf bu. Jujur bapak awalnya juga suka dengan dia, tapi bapak sadar ia terlalu muda, terlalu kaya untuk bapak. Sekarang ia sudah tidak perawan lagi gara-gara bapak, “ ujar Pak Tanba panjang lebar.
Bu Wati masih tercenung. Meski ia percaya perkataan suaminya, namun cerita itu tetaplah luar biasa. Seorang gadis perawan cantik, masih muda dan kaya, mau menyerahkan tubuhnya tanpa meminta apapun, dengan suaminya yang tua, hitam dan jelek ini. Bu Wati mencoba tenang. Ia ingin mendengar lebih jauh.
“Ceritakan dari awal pak, “ 
Pak Tanba menghela nafas. Ia bingung mau menjelaskan dari mana. Setalah tahu, lelaki Ambon ini lalu bercerita tentang awal mula pertemuannya dengan Ayu. Siapa Ayu dan kegiatannya mengantar sang gadis sebagai sopir taksi langganan. Pak Tanba juga bercerita tentang Ayu yang selalu membayari jatah setoran taksinya, meski sudah dicegah oleh Pak Tanba. Lalu lelaki besar hitam ini juga bercerita tentang mulai dekatnya ia dengan Ayu. Saat di taman dan saat Ayu menyerahkan keperawanan kepada dirinya. 
Ada rasa bangga yang tersirat dari suara Pak Tanba, saat bercerita di bagian Ayu yang rela menyerahkan keperawanannya. Biar bagaimanapun, Pak Tanba merasa amat sangat beruntung. Di sisi lain, meski sedih, tersembul rasa bangga di hati Bu Wati saat tahu suaminya digilai oleh seorang gadis muda cantik kaya raya. Bahwa Pak Tanba masih berusaha bertanggung jawab dan mengingatkan sang gadis, meski akhirnya suaminya meniduri gadis itu. Pria normal mana yang akan kuat imannya dan mampu menolak ajakan tidur seorang gadis cantik yang masih muda dan perawan? Bu Wati juga bahagia, karena tahu bahwa suaminya berselingkuh dengan gadis baik-baik. Perasaan campur aduk itu membuat Bu Wati bingung dan gelisah.Melihat reaksi istrinya usai mendengar ceritanya, Pak Tanba berkata.
“Maafkan bapak, bu. Jujur bapak tidak kuasa menahan hasrat. Ayu itu gadis yang amat baik. Ia tidak meminta bapak menikahinya. Bapak juga tahu bapak nggak pantas dengannya. Dan jujur bapak merasa sayang dengan Ayu. Bapak nggak bisa ninggali Ayu, setelah bapak menghisap madunya. Tapi, bapak juga nggak bisa ninggalin Ibu dan anak-anak,” Pak Tanba berkata dengan suara beratnya. Ada kebingungan di nadanya.Bu Wati menghela nafas panjang. Ia sudah mengambil satu keputusan.
“Ibu sekarang sudah tahu penjelasannya. Jujur ibu bingung, tapi ibu kagum dengan gadis itu. Ia bisa menerima bapak apa adanya. Ibu juga kagum dengan bapak, meski bapak salah, bapak ngakuin dan mau tanggung jawab. Ibu mau bertemu dan ngobrol dengan Ayu besok,” jelas BU Wati tegas.
Pak Tanba kaget. Ia tidak menyangka bahwa keadaannya seperti ini. Dari tadi lelaki tua Ambon ini menyangka bahwa istrinya akan marah dan menyuruhnya meninggalkan Ayu. Keadaan akan lebih mudah.Tapi permintaan istrinya membuat ia bingung. 
“Bu..buat apa bu?” 
“Ibu Cuma pengen ngeliat non Ayu. Ibu pengen ngobrol dan kenal lebih dekat. Ibu sadar bahwa posisi kita serba salah. Ibu juga sadar bahwa sudah terlanjur. Tapi sebagai istri bapak, Ibu pengen memastikan bahwa Ayu adalah gadis yang tepat untuk bapak. Kalo benar, ibu rela bapak terus sama Ayu,” jelas Bu Wati tegas.
Pak Tanba tambah bingung. Ia tidak menyangka bahwa istrinya bisa memutuskan hal yang seperti ini. Ada perasaan senang, takut dan perasaan lain yang bercampur aduk.
“ Maksud Ibu? Ibu ingin cerai atau bagaimana? Bapak nggak mau ini terjadi.,” tanya lelaki Ambon ini.
“ Nggak pak. Ibu nggak ingin cerai. Kasian anak-anak juga. Ibu hanya mau bila Bapak terus sama Ayu, bapak nggak sembunyi-sembunyi lagi. Besok bawa Ayu ke sini pak. Ibu mau ngobrol dan bertemu.” ujar Bu wati lalu berlalu masuk ke kamarnya.
Pak Tanba terdiam. Lelaki botak bertubuh hitam besar ini merasa serba salah. Di satu sisi ia lega bahwa istrinya amat pengertian. Di sisi lain, ia tak ingin Ayu kemudian marah karena ia menceritakannya hubungan mereka dengan istrinya. Pak Tanba masih ingin bersama dengan gadis muda itu dan terus merasakan kehangatan tubuhnya. Pak Tanba menarik nafas berat. Pilihan ini membuanta tak bisa tidur. Malam pun terasa amat panjang baginya.

Keesokan hari, Pak Tanba memberanikan diri menelopon Ayu. Ayu yang memang menantikan telepon kekasih tuanya itu, gembira menerimanya. Namun, Ayu merasa heran saat mendengar suara Pak Tanba yang amat serius dan mengatakan ingin bertemu. Dalam hati gadis muda ini tahu, ada suatu masalah yang menimpa pejantan tuanya itu. Mereka lalu sepakat bertemu di kampus. Sore sekitar pukul 16:30, Pak Tanba menjemput Ayu menggunakan taksinya. Ayu yang kangen dengan Pak Tanba mencium kekasih tuanya itu dengan gembira. Meski dibalas dengan hangat, tapi Ayu heran bahwa lelaki Ambon itu teramat serius.
“ Ada apa pak? Kok kayak ada masalah?” tanya Ayu.
Pak Tanba menghela nafas berat.
“Ayu, bapak pengen ngobrol panjang dengan Ayu, “ ujar lelaki hitam besar itu.
Ayu mengangguk, meski heran. Mereka lalu menuju sebuah rumah makan yang sudah menjadi langganan Ayu. Setelah memesan makanan, Pak Tanba yang sudah tidak tahan lagi, lalu menceritakan kejadian saat ia kepergok bertelpon seks dengan gadis muda itu. Ayu sempat kaget dan terkejut. Namun, gadis cantik keturnan Indo ini memberikan kesempatan Pak Tanba untuk bercerita lebih lanjut. Pak Tanba pun bercerita panjang lebar, termasuk keinginan istrinya untuk bertmu dengan Ayu. 
“Begitulah Yu. Bapak sudah menceritakan segalanya. Dari awal bapak sudah cerita ke Ayu kalau bapak ini sudah punya anak istri. Bahkan sudah punya cucu. Bapak ini bukan pria yang pantas untuk Ayu. Bapak senang Ayu sudah percaya memberikan keperawanan Ayu ke Bapak. Bapak juga ingin terus bersama Ayu. Sekarang terserah Ayu gimana, “ ujar lelaki tua itu pasrah.
Ayu termenung. Semula Ayu memang hanya ingin menjalankan ritual Cincin Perawan yang telah membuatnya berhubungan intim dengan Pak Tanba. Ia pun tidak ada keinginan untuk menikah dengan sopir taksi 48 tahun ini. Ia masih muda, cantik, masa depannya cerah. Ia juga tak yakin, bila orang tuanya yang tinggal di Bali mengizinkan ia berhubungan dengan pria yang lebih pantas jadi ayahnya ini. Namun Ayu harus mengakui bahwa Pak Tanba telah menempati ruang khusus di hatinya. Selain puas dengan penis hitam besar lelaki ini, Ayu pun merasa bahwa Pak Tanba adalah pria bertanggung jawab. Ia pun ingin terus merengguk birahi dengan pria ini, entah sampai kapan. Tidak masalah bahwa Pak Tanba adalah lelaki tua, berkaki pincang, hitam dan berwajah seram. Ayu pun tersenyum. Ia meraih tangan kekar hitam Pak Tanba. Lelaki tua ini ini menatap wajah kekasih mudanya dengan hati yang berdegub kencang. Pak Tanba sudah siap bila ia harus melupakan kenangan seksual indah dengan gadis ini.
“ Pak, sekarang kita makan dulu. Terus kita ke rumah bapak ya,” Jawab Ayu dengan tersenyum.
Pak Tanba merasa kaget, senang dan berbagai perasaan lainnya. 
“ Be…bee..nar Ayu? Pak Tanba memastikan. Ia masih tidak percaya.
“ Benar pak. Ayu pun tidak ingin berpisah dengan bapak,” tegas Ayu.
Ingin rasanya Pak Tanba mencium Ayu saat ini. Ia begitu bahagia, mengetahui gadis cantik ini begitu baik ingin menemaninya. Perasaan Pak Tanba saat ini sama saat Ayu pertama kali mengajaknya ebrhubungan intim. Keduanya lalu makan dan setelahnya mereka menuju rumah Pak Tanba.

Sepanjang jalan mereka hanya diam, sibuk berpikir masing-masing. Keduanya lalu tiba di rumah Pak Tanba tepat pukul 20:05. Istri Pak Tanba, Bu Wati, telah menunggu di depan pintu. Anak bungsu mereka masih menginap di rumah kakaknya, jadi di rumah hanya ada Bu Wati. Melihat sosok perempuan tua gendut berkulit sawo matang sedang menunggu di depan pintu, Ayu langsung tahu bahwa itulah Bu Wati, istri Pak Tanba. Ayu merasa gugup dan gelisah. Biar bagaimanapun ia akan bertemu dengan istri sah lelaki tua yang telah berselingkuh dengannya. 
“ Itu Bu Wati ya pak?” Tanya Ayu gugup.
Pak Tanba mengangguk. Matanya menatap gadis muda di depannya. Ia menggenggam tangan Ayu, lalu mencium mulutnya lembut.
Keduanya lalu turun dari taksi dan melangkah masuk pintu rumah kecil itu.
Rumah Pak Tanba amatlah sederhana bila dibandingkan dengan rumah Ayu. Ruang tamunya kecil. Hanya ada sofa butut panjang, karpet, televisi dua puluh inch keluaran lama, dan bantal-bantal untuk tidur. 
Dari ruang tamu sudah terlihat dua sekat kamar. Lalu terlihat ruang makan dan dapur yang tertutup tirai. Tidak ada perabotan mewah. Ruang tamu semakin sempit karena ada motor butut Pak Tanba yang terparkir.
‘Permisi” Ujar Ayu mencoba sopan. Pak Tanba menggandeng tangan Ayu supaya masuk ruang tamu.
“Silahkan masuk” Ujar Bu Wati dengan ramah. Tidak terdengar kemarahan. Keadaan ini membuat Ayu sedikit tenang
Ketiganya lalu duduk di atas karpet tua tipis di ruang tamu. TV menyala menyiarkan acara sinetron.
Pak Tanba duduk di dekat pintu keluar, Ayu di sampingnya. Bu Wati di depan mereka, seolah menginterogasi. Sejenak suasana menjadi canggung dan kaku. Mereka bertiga hanya diam. Hingga akhirnya Pak Tanba memberanikan diri memperkenalkan Ayu ke istrinya.
“ Bu perkenalkan ini Ayu. Ayu ini istriku, Wati” ujar Pak Tanba.
Ayu dan BU Wati berjabatan tangan. Mereka saling berpandangan dan memperhatikan
Bu Wati melihat Ayu dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia tidak menyangka bahwa suaminya amat beruntung merenggut keperawanan gadis muda yang amat cantik ini. Bu Wati selama ini hanya melihat sosok secantik Ayu, lewat artis-artis Ibukota di layar kaca. Dalam hati Bu Wati makin penasaran apa yang menyebabkan Ayu mau saja tidur dengan suaminya. Sebaliknya, Ayu melihat sosok Bu Wati seperti ibu-ibu pada umumnya. Berwajah bundar, sudah keriput di wajahnya. Rambutnya yang panjang sudah memutih sebagian. Tubuhnya gendut dan Bu Wati memiliki raut keramahan yang membuat Ayu tenang.
“ Oh ini toh namanya Nak Ayu,” ujar Bu Wati lembut.
Ayu hanya tersenyum sambil menunduk. Ia melirik Pak Tanba, yang terlihat canggung dan salah tingkah. Mereka bak dua remaja nakal yang akan dihukum oleh Bu Guru.
“ Pak, Ibu ingin ngobrol berdua dengan Nak Ayu. Bapak nunggu di luar saja, “ pinta Bu Wati.
Ayu dan Pak Tanba cemas. Mereka berpandangan.

“Tenang saja Pak. Nak Ayu yang cantik ini nggak akan diapa-apakan. Ibu hanya pengen ngobrol dengan sesama wanita saja, ‘ jelas Bu Wati.
Ayu pun mengangguk kepada Pak Tanba. Kekasih tuanya, sekaligus suami Bu Wati ini pun kemudian berdiri dan keluar rumah. Lelaki tua ini amat gugup. Ia kemudian berdiri di halaman, dan menyalakan rokok. Sementara di dalam, istrinya dan gadis yang diselingkuhinya sedang bertemu, entah akan membicarakan apa. Di ruang tamu, Bu Wati memulai pembicaraan.
“ Non mau minum apa?” Tanya Bu wati lembut.
Ayu masih gugup. Ia hanya tersenyum, menggeleng.
“ Nggak usah Bu. Tadi saya dengan Pak Tanda sudah makan”
BU Wati tersenyum. Ayu merasa wanita tua ini amatlah baik dan bijaksana. Gadis muda ini kemudian merasa berdosa, telah membuat suaminya tidur dengannya. Hanya karena nafsu birahi Cincin Perawan.
Bu wati mendekati Ayu. Tanpa diduga, wanita tua itu membelai rambut dan wajah Ayu yang tampak bingung dan pucat. Bu Wati menatap wajah Ayu dengan lama. Wanita tua ini lalu memgang dagu lancip Ayu, kemudian melepasnya.
“ Nak Ayu ini sangat sangat cantik. Berkulit putih, baik, kaya. Ibu ingin tanya, apa yang membuat Ayu rela melepas keperawanan kepada suami ibu? Suami ibu itu udah tua, hitam, jelek, jalannya pincang. Sopir taksi lagi. Ibu yakin, banyak pemuda3 ganteng kayak artis yang sama kayanya dengan nak Ayu, yang rela mengejar-ngejar Nak Ayu. Ibu heran. Kenapa Nak?” tanya Bu Wati dengan lembut.
Ayu terdiam. Ia menunduk tak berani memandan. Ia sebenarnya sedang mencari jawaban yang tepat. Ayu tak mungkin bercerita mengenai Cincin Perawan yang dimilikinya. Setelah menemukan jawaban, Ayu memberanikan diri menatap Bu Wati dan menjawabnya dengan sopan.
“Saya juga bingung bu. Saya Cuma pernah berpacaran dua kali. Itu pun nggak ngapa-ngapain. Tapi ketika ngeliat Pak Tanba, Ayu merasa amat tertarik. Ada sesuatu dalam diri suami ibu yang membuat saya tertarik. Pak tanba memang bukan tipe ideal gadis-gadis seumuran saya. Pada malam setelah saya bertemu suami Ibu, saya mimpi bahwa Pak Tanba adalah pria yang saya cari. Saya sendiri tahu Pak Tanba telah punya anak istri, bahkan telah punya cucu. Saya tahu masa depan saya masih panjang, tapi saya tidak bisa membohongi diri sendiri, bahwa saya amat tertarik dengan Pak Tanba. Saya tidak minta dinikahi, saya hanya menemukan sosok lelaki yang membuat saya nyaman, “ jelasnya panjang. Tentu saja ia mengarangnya.
Bu Ayu tersenyum. Antara kagum, tidak percaya, dan bangga terhadap suaminya yang telah bisa menaklukkan gadis amat cantik ini. Wanita tua ini lalu memegang tangan Ayu.
“Ibu jarang ketemu sama gadis kayak Nak Ayu. Anak bungsu saya saja mencari pria tampan kaya. Tapi Nak Ayu beda. Ibu hargai kejujuran Nak Ayu,” ujar Bu Ayu lembut.

Ayu sama sekali tidak menduga reaksi Bu Ayu seperti ini. Tadi dia siap menerima dampratan, makian dan hinaan Bu Wati karena telah merebut suaminya. Dalam hati Ayu makin mengagumi Pak Tanba, yang memang seorang lelaki hebat. Tak hanya soal seks dan ukuran kelamin, namun juga mampu menjadi kepala keluarga yang baik. Bu Wati lalu bercerita mengenai awal mulanya bertemu dengan Pak Tanba. Ayu dan Bu Wati lalu mengobrol tentang sejarahnya bertemu dengan Pak Tanba, tentang dirinya dan tentang anak-anaknya. Bahkan Bu Wati memperlihatkan foto pernikahannya dengan Pak Tanba, Pak Tanba waktu muda, serta foto anak-anaknya. Obrolan mereka bak obrolan seorang ibu dan anaknya. Dalam hati Ayu merasa senang dengan Bu Wati. Bu Wati pun senang suaminya mendapat gadis seperti Ayu. Bu Wati juga menjelaskan perilaku seks Pak Tanba, yang ternyata memang lembut dan mampu membuat Bu Wati melayang. Wanita tua ini juga menceritakan bagaimana sudah lebih 6 tahun mereka tidak lagi berhubungan intim.
“Kini Ibu rela dan bahagia, suami Ibu bisa mendapat seorang wanita yang tak hanya menjadi teman tidur, tapi juga amat baik seperti Nak Ayu. Kalau misalnya bukan duluan bapaknya yang nidurin Nak Ayu, Ibu amat yakin, anak lelaki ibu pun akan kepincut, “ ujar Bu Wati tersenyum
“Ah Bu Wati bisa aja, “ jawab Ayu malu.
“Nak Ayu, Ibu mau bertanya. Waktu pertama kali suami Ibu merawanin Nak Ayu, apakah Nak Ayu kuat? Senjata Bapak kan gede dan panjang. Terus Bapak kuat lagi. Nak Ayu nggak kewalahan? Ibu aja duluu waktu malam pertama dengan bapak, sempat seminggu nggak bisa jalan, “ Bu Wati serius bertanya.
Ayu mukanya memerah mendapatkan pertanyaan ini. Gadis muda ini lalu teringat kembali saat pertama kali penis besar hitam Pak Tanba menjebol keperawanannya. Ayu pun merasakan hal yang sama. Sakit menahan penis besar hitam dan panjang milik Pak Tanba. Namun, Ayu tak mungkin bercerita mengenai Cincin Perawan miliknya. Mengingat saat ia ngentot dengan Pak Tanba, membuat Ayu terangsang.
“Jangan malu Nak Ayu. Ceritakan saja. Sudah berapa kali Nak Ayu bersenggama dengan Bapak?” tanya Bu Wati.
“Sudah 4 kali bu. Waktu pertama dengan Pak Tanba, memang sakit. Punya bapak gede banget. Tapi, bapak itu telaten dan lembut. Dia bisa membimbing Ayu. Habisnya Ayu juga sempet gak bisa jalan. Tapi Pak Tanba bisa ngemong Ayu. Dari malam pertama, Ayu sama Bapak ngelakuin lagi paginya. Terus Malam minggu dan Minggu Siangnya. Pak Tanba staminanya kuat, “ jawab Ayu sambil tertunduk malu.
Bu Wati terkekeh. Ia suka dengan sikap lugu Ayu. Ia juga senang bahwa suaminya telah belajar banyak dari pengalamannya. Meski tidak pernah berselingkuh sebelumnya, Pak Tanba ternyata banyak belajar bagaimana memperlakukan seorang perawan. Bu Wati membelai rambut Ayu.
“Nak Ayu, Ibu senang ngeliat Ayu dengan Bapak. Ibu juga senang bahwa kalian saling menyayangi. Ibu sekarang merestui Nak Ayu dengan Suami Ibu, “ ujar Bu Wati mantap.
Ayu terkejut. Ia tak menyangka ketulusan dan kebesaran hati Bu Wati mendukung suaminya.
“ Sekarang Ibu minta Nak Ayu malam ini nginep di rumah ini. Layani Bapak. Ia amat butuh Nak Ayu. Kebetulan Anak bungsu Ibu sekarang nginep di rumah kakaknya. Nak Ayu sama Bapak tidur di kamar kami, Ibu akan tidur di kamar anak bungsu, “ ujar Bu Wati mantap.
Ayu terkejut. Bukan karena kerelaan Bu Wati ia bersetubuh dengan suaminya di kamar mereka, tetapi Ayu tidak membawa pakaian ganti. Ayu memang selalu membawa perlengkapan mandi, tapi ia tidak membawa celana dalam. Bu Wati mengerti pikiran Ayu.
“Nak Ayu bisa pinjam baju anak Ibu untuk tidur. Memang bukan baju mahal, tapi cukup untuk tidur. Kasian juga misal Nak Ayu mesti pulang dulu, baru kesini lagi. Sudah jam setengah sepuluh malam. Kamar ibu juga Cuma punya kipas angin, tapi Ibu yakin Nak Ayu juga sudah kangen dengan bapak, “ jelas Bu Wati.
Dalam hati Ayu membenarkan perkataan Bu Wati. Ia memang sudah merindukan belaian, cumbuan dan penis hitam besar Pak Tanba. Dan kini, istrinya sudah merestui hubungan mereka. Kini mereka sudah bisa berhubungan tanpa sembunyi-sembunyi lagi. Memikirkan itu, Ayu mengangguk. 
‘Bentar ibu panggilkan Bapak dan Ibu kasih baju ganti buat Nak Ayu. Nak ayu bawa alat mandi kan? Sekarang Nak Ayu mandi dulu, ganti baju ya, “ ujar Bu Wati.
Bu Wati lalu menuntun Ayu ke kamar mandi dan ke kamar pribadi Bu Wati dan Pak Tanba.




Di luar rumah Pak Tanba merasa gelisah. Sudah 40 menit lebih ia menunggu di luar, sementara istri dan Ayu, gadis selingkuhannya, mengobrol di dalam. Sudah satu bungkus rokok kretek yang ia habiskan selama menunggu. Jantungnya berdegup kencang. Ajakan menngobrol para tetangganya pun diiyakan Pak Tanba diiyakan untuk menutupi kegelisahannya. Selama mengobrol, pikirannya tertuju pada Istri dan Ayu. Apa yang mereka obrolkan? Apakah Ayu mendapat marah? Pak Tanba sebenarnya ingin masuk ke dalam rumah. Tapi lelaki tua ini tak mau memperkeruh suasana. Kegelisahan Pak Tanba terbaca oleh para tetangganya.
“ Kenapa Pak Tanba, kok gelisah? Kayak nunggu lahiran saja.? Lagi ada tamu ya?” tanya tetangganya.
Pria botak tinggi besar hitam ini hanya tersenyum dan mencoba menjawab dengan sewajarnya.
“Nggak kok. Hanya kurang tidur. Di dalam lagi ada keponakan istriku sedang bertamu,” Ujarnya singkat. 
Penantian Pak Tanba berakhir selepas satu jam lebih. Dari rumahnya, ia mendengar istrinya memanggil. Pak Tanba pun lalu minta diri. Dengan langkah pincang, lelaki hitam besar ini menuju rumahnya. Ia sudah siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi. Namun, di ruang tamu ia tidak melihat sosok Ayu. 
“Lho, kemana Ayu? Ngobrol apa aja kalian, Bu?” tanya Pak Tanba dengan suara beratnya.
Ia penasaran kemana gadis muda selingkuhannya itu. Bu Wati hanya tersenyum.
“ Nak Ayu sedang nunggu Bapak di kamar kita,” ujar Bu Wati.
Pak Tanba terkejut. Apakah istrinya telah setuju dengan hubungannya dengan Ayu? Apakah kini ia bisa menikmati tubuh Ayu tanpa takut dan sembunyi- sembunyi lagi? Bu Wati tahu perasaan suaminya. 
“Saya sudah setuju Pak. Nak Ayu itu gadis yang baik. Ia amat menyayangi Bapak. Ibu juga tahu Bapak sayang sama Nak Ayu. Ibu minta Nak Ayu malam ini tinggal di sini, melayani Bapak. Sekarang Bapak bisa menggauli Nak Ayu dengan tenang, Ibu sudah ikhlas, “ jawab Bu Wati mantap kepada suaminya. 
Tak terbayangkan betapa senangnya hati pria tua Ambon itu. Ia lalu mencium kening istrinya dengan penuh sayang. Pria jantan ini kagum akan keikhlasan istrinya itu.
“Terima kasih Bu.” Hanya itu yang bisa dikatakan Pak Tanba.
Bu Wati tersenyum .
“Sekarang bapak gauli Nak Ayu. Hamili dia. Tapi Ibu minta Bapak jangan lupa diri. Secepat mungkin Bapak ajak nikah Nak Ayu, supaya hubungan Bapak sah sebagai suami istri. Puaskan Bapak dan Nak Ayu. Jarang ada gadis muda cantik kaya raya yang rela ditiduri lelaki tua, “ ujar Bu Wati.
Pak Tanba tersenyum. Ia ingin membantu istrinya menutup pintu, tapi Bu Wati meminta Pak Tanba segera mandi dan menemui Ayu di kamarnya. Sambil tersenyum bahagia, Pak Tanba melangkah ke kamar mandi. Di dalam lelaki tua gempal berkulit hitam ini terasa amat bahgia. Tak sabar ia segera membersihkan diri lalu menemui istri mudanya yang amat cantik itu. Sudah 4 hari Pak Tanba tidak memuntahkan air maninya ke vagina Ayu yang sempit.

Seusai mandi, dengan hanya mengenakan sarung, Pak Tanba melangkah ke kamar istrinya. Di ruang tamu, sekilas terlihat istrinya yang tersenyum memberi restu. Bu Wati bahagia melihat suaminya gembira, karena sebentar lagi akan menunaikan tugasnya sebagai pejantan kepada madunya. Pak Tanba lalu mengetuk pintu kamar. Terdengar suara Ayu yang mempersilahkan ia masuk. Di dalam kamar yang sempit, yang hanya diterangi lampu 5 watt, lemari tua, dan ranjang tua, lelaki Ambon ini melihat Ayu sedang duduk di atas ranjangm mengenakan kaos dan celana pendek anak bungsunya. Kipas angin tua sudah dihidupkan untuk menghilangkan suasana gerah dan sumpek. Ayu melihat lelaki tua bertubuh hitam besar di hadapanya dengan tersenuym. Pak Tanba sudah bertelanjang dada, memamerkan tubuh hitamnya yang gempal, berbulu dan perut gendut. Hanya mengenakan sarung tua. Dada gadis muda ini bergetar. Kini ia akan bersenggama dengan lelaki tua ini di kamar yang ditempati bersama istrinya. Kini mereka resmi menjadi sepasang kekasih yang telah direstui istri Pak Tanba. Pak Tanba lalu mendekati Ayu. Lelaki tua ini melihat gadis cantik ini dengan penuh gairah. Keduanya lalu duduk berhadapan di ranjang tua milik Pak Tanba dan istrinya. Aroma tubuh keduanya memancarkan kesegaran sehabis mandi dan juga gairah yang sebentar lagi akan tersalurkan. Pak Tanba membelai wajah cantik Ayu. Jemari besar hitam dan kasar lelaki tua itu meraba bibir sang gadis.
“Sekarang kita sudah direstui Ayu. Ayu bahagia?” tanya Pak Tanba.
Ayu tersenyum.
“ Iya pak. Istri bapak luar biasa. Saya terharu, “ ujar Ayu sambil meneteskan air mata.
Pak Tanba mengusap air mata bahagia Ayu dengan jari besarnya yang kasar. Lelaki tua ini lalu mengecup pipi putih Ayu. Lalu bibirnya mengecup bibir Ayu dengan lembut. Lalu mengulumnya. Ayu membalas ciuman pejantannya itu. Kedua berciuman dengan lembut dan penuh birahi. Kedua tangan Ayu memegang wajah hitam Pak Tanba dan membelai kepala botaknya. Segera saja kedua lidah mereka bertautan. Nafsu dengan cepat membara. Pak Tanba lalu berusaha melepas kaos yang dikenakan Ayu. Ayu membantunya. Ayu segera telanjang dada, tanpa mengenakan apapun lagi. Pak Tanba kembali menciumi mulut Ayu, sambil berusaha meraba kedua payudara sekal indah milik Ayu. Tangan Pak Tanba terlihat gugup dan gemetar.
“Kenapa gemetar pak?” Tanya Ayu di sela percipokan mereka.
“Bapak sekarang malah gugup, karena sekarang kita resmi Ayu, “ ujar Pak Tanba sambil menatap wajah Ayu, betapa cantiknya wajah itu.
Ayu hanya menjawab dengan ciuman dan pagutan ke bibir Pak Tanba. Keduanya segera larut dalam gairah birahi. Segera saja Pak Tanba menciumi dan menjilati telinga, leher dan dada Ayu. Kedua buah dada Ayu di kulum dan dijilati dengan lembut.
Ayu mendesah, “Aaaah terus paaak” 
Lelaki tua Ambon itu lalu merebahkan Ayu ke ranjang tua miliknya. Ia lalu menjilati selueurh tubuh Ayu tanpa lelah. Segera saja tubuh putih mulus gadis muda cantik itu basah oleh air liur Pak Tanba. Keringat pun segera membasahi kedua insan itu. Tubuh hitam gempal Pak Tanba tampak berkilat jantan. Sambil menciumi tubuh istri mudanya itu, tangan Pak Tanba menelusup ke balik celana pendek Ayu, meraba vagina sempit gadis itu. 
Ayu mendesah, “Aaah.. buka saja ppaak” 
Pak Tanba dengan senang mengabulkan permintaan gadis muda itu. Tidak susah karena dibantu oleh Ayu. Segera saja tubuh Ayu sudah bugil. Pak Tanba segera melihat vagina sempit mulus gadis muda itu. Dalam hati ia amat takjub, meski sudah empat kali dibobol oleh penis hitam besarnya, vagina itu masih seperti perawan.

Pak Tanba pun segera melepas sarung yang dikenakannya. Kini lelaki tua itu sudah bugil. Terlihat tubuh hitam besar kekarnya dan juga penis besar hitam lelaki Ambon itu yang sudah menegang. Meski sudah beberapa kali melihat batang perkasa itu, Ayu masih merasa bergetar. Ada pesona tersendiri saat melihat batang kejantanan Pak Tanba yang berwarna hitam dan berukuran 19 cm itu. Terlebih melihat kepala penis yang disunat berwarna coklat kehitaman mengkilat bak jamur itu.
“Lampunya dimatikan Ayu?” tanya Pak Tanba.
“BIarkan saja pak. Ayu ingin melihat wajah dan badan bapak waktu memasuki Ayu, “ ujar Ayu genit.
Lelaki Ambon itu segera menindih tubuh Ayu. Kembali mereka berciuman. Pak Tanba terus merangsang gadis muda itu dengan ciuman, jilatan dan belaian lembut di sekujur tubuh mulusnya. Sasaran berikutnya mulut Pak Tanba adalah liang vagina Ayu. Lelaki itu segera menjilati dan menciumi liang kecil harum tak berbulu itu.
“ aaaaaah enaak paak”. 
Pak Tanba dengan telaten menjilati vagina itu. Sesekali jarinya membelai dan mengocok liang, serta kelentit Ayu. Tidak butuh lama bagi Ayu untuk merasakan sensasi birahi. Vaginanya terasa gatal.
“ Aaahhh paaaakk enaaak” 
Pak Tanba terus merangsang vagina pasanganya dengan penuh gairah. Lidah kasarnya menjilat kelentit Ayu tanpa henti. Liang vagina Ayu terus banjir oleh cairan kenikmatan. Ayu pun segera orgasme. Liang kemaluannya berdenyut dan berdenyut.
“oooohh paaaakk” Ayu melolong panjang, seiring muncratnya cairan orgasmenya.
Pak Tanba tersenyum melihat gadis muda itu takluk oleh cumbuannya. Wajah hitamnya semakin mengkilat terkena cairan orgasme Ayu. Lelaki tua itu pun kemudian bangkit dan merangsek ke atas tubuh Ayu. Ciuman dan jilatnya kini mengarah pada ketiak putih mulus Ayu. Ayu yang masih lemas karena orgasme, menjerit geli. Pak Tanba lalu bangkit dan menghadapkan batang kemaluannya yang sudah menegang ke wajah Ayu. Ayu tahu bahwa sopir taksi Ambon ini ingin agar Ayu mengulum penis hitam besar itu. Segera saja kepala penis besar hitam Pak Tanba dihisap dan dikulum.
“oooh enaaak ayuu” desah Pak Tanba. 
Pak Tanba lalu memompa batang kemaluannya ke mulut Ayu secara perlahan. Rongga mulut kecil Ayu segera terisi penuh oleh batang perkasa itu. Batang kemaluan hitam besar Pak Tanba segera keluar masuk mulut Ayu. Ayu berusaha memberi rangsangan kepada siempunya batang perkasa itu. Beberapa kali Ayu terlihat tersedak. Pak Tanba yang merasa penisnya sudah mengaceng maksimal, tak ingin mengeluarkan air maninya ke mulut Ayu. Lelaki Ambon ini mengeluarkan penisnya dari mulut Ayu. Kini batang penis besar hitam dan berurat itu telah basah mengkilat oleh air liur Ayu. Pak Tanba kini mengarahkan dua jarinya memasuki lubang vagina Ayu. Dikocoknya perlahan, sehingga vagina itu kembali basah.
“ooohh paaak Ayu udah nggak tahaaan”
Ingin memuaskan gadis muda itu dan dirinya, Pak Tanba segera mengambil ancang-ancang. Kaki Ayu dibuka lebar dan dua jari kasarnya menguak lubang vagina Ayu. Lubang kenikmatan itu telah menguak. Masih sempit. Pak Tanba lalu mengocok penisnya pelan, lalu membimbingnya memasuki vagina Ayu. Kepala penis besar bak jamur milik lelaki tua itu segera menyentuh bibir luar vagina Ayu. Pak Tanba lalu mendorong pantat hitam besarnya, dan perlahan penisnya masuk ke lubang sempit Ayu.

“ooooooohhhh” Pak Tanba mendesah. 
Ayu memejamkan mata menikmati setiap pergesekan kulit vaginanya dengan kulit penis sopir taksi tua itu. Pak Tanba merasa kenikmatan saat kulit penisnya menyentuh dinding vagina Ayu. Masih sempit dan pejal, meski sudah 4 kali dibobol penisnya. Pak Tanba mendorong dan menarik penis besarnya ke lubang vagina Ayu dengan pelan dan lembut. Ia tak ingin menyakiti pasangan mudanya itu. Terlihat vagina Ayu menganga lebar akibat dimasuki batang raksasa itu. Saat penis Pak Tanba menekan masuk, lubang itu merekah. Saat Lelaki tua itu menarik penisnya, vaginanya menguncup. Begitu berulang-ulang. Usaha penis besar hitam Pak Tanba memasuki lubang vagina Ayu semakin lancar akibat cairan vagina Ayu yang mengalir deras, berfungsi sebagai pelicin. Akhirnya penis Pak Tanba masuk seluruhnya ke vagina Ayu. Pak Tanba merasakan kenikmatan luar biasa, akibat penisnya dipijat dan diremas oleh dinding vagina Ayu. Ayu pun merasakan saat itu liang vaginanya amat penuh dan sesak. Ia merasakan kenikmatan kedutan urat batang hangat itu di vaginanya. Pak Tanba membiarkan beberapa saat penisnya mengisi lubang vagina Ayu. Ia ingin gadis itu merasakan nikmat dan terbiasa dengan ukuran penis hitamnya. Dalam hati lelaki tua itu heran, meski sudah ia renggut keperawanannya, vagina gadis cantik ini masih seeprti perawan. Sempit dan menjempit. Keduanya pun bertatapan dalam diam, menikmati pertemuan dua kelamin mereka secara sempurna. Wajah cantik Ayu yang memerah menahan gairah birahi terlihat amat cantik di mata Pak Tanba. Di sisi lain,wajah Ambon lelaki botak itu terlihat amat seksi dan jantan di mata Ayu. Meski jelek dan mirip Forest Whitaker, wajah Pak Tanba yang memendam birahi itu terlihat amat jantan.Pak Tanba lalu menarik batang penisnya hingga keluar separuh. Lalu perlahan dihujamkannya lagi ke vagina Ayu hingga lubang itu menganga lebar. Begitu berulang-ulang, lembut dan bertenaga. Ayu merasakan kenikmatan luar biasa saat bibir vagina bergesek dengan batang berurat lelaki tua itu. Ia merasakan geli. Sementara Pak Tanba pun merasa amat nikmat. Lama lama kocokan batang penis hitam besar Pak Tanba semakin cepat. Mata Ayu sudah terlihat sayu memendam birahi. 
Keringat keduanya semakin membasahi tubuh masing-masing. Terlihat dalam kamar sempit sederhana di bawah lampu 5 watt itu, tubuh tambun hitam besar Pak Tanba terlihat mengkilat dan amat macho. Amat kontras dengan tubuh putih mungil Ayu. Hawa panas penuh birahi memenuhi kamar itu. Suara kipas angin tua, bercampur desahan dan erangan nikmat keduanya bercampur baur. Kaki putih indah milik Ayu mengangkang lebar. Memberika kesempatan bagi Penis besar hitam Pak Tanba memasuki vaginanya tanpa halangan. Kaki jenjang Ayu kini bertumpu pada pantat sekal besar milik Pak Tanba. Dari pertemuan kedua kelamin mereka, terdengar bunyi cipokan, akibat pertemuan batang penis dan vagina. Biji peler Pak tanba pun sesekali menampar pangkal vagina Ayu. Mata Ayu terpejam meresapi kenikmatan yang diberikan Pak Tanba. Kedua tanganya melingkar pada leher kokoh milik lelaki tua itu. 
Kedua lengan hitam kekar Pak Tanba terlihat memegangi kedua paha Ayu. Mata lelaki tua itu terlihat sayu, namun menatap tajam ke arah wajah Ayu. Mulutnya tak berhenti. Kini bergantian, mulut hitam Pak Tanba mengulum kedua payudara sekal Ayu, sesekali lidahnya menjilat kedua puting merah jambu yang sudah mengeras.
“ooohh paaaaak” desah Ayu mendapat rangsangan.
Pemandangan yang terlihat di kamar itu amat menggairahkan. Betapa otot-otot tubuh Pak Tanba mengencang, karena lelaki Ambon ini ingin memberikan kenikmatan maksimal ke kekasih mudanya ini.
“Plokkk..plokkk” bunyi pertemuan antara penis Pak Tanba dan vagina Ayu, bercampur dengan desahan nikmat keduanya. Juga terdengar derit ranjang tua milik Pak Tanba dan istrinya. Seprai dan batal ranjang itu sudah tak karuan. Berantakan akibat perang birahi keduanya. 

Sudah 13 menit persenggamaan panas itu berlangsung. Ayu kini merasakan vaginanya semakin gatal. Empotan dinding vaginanya semakin kuat. Gadis muda itu akan segera orgasme untuk kedua kalinya. Ketika saat itu datang, Ayu merasakan tubuhnya menegang. Tubuhnya melengkung ke atas. Pak Tanba yang sigap, segera mengulum buah dada kanan Ayu. Memberikan kenikmatan maksimal. Mulut Ayu terbuka, matanya terpejam dan semburan air vaginanya menyemprot kera.
“ acccchhhhh paaak Tanbaaa” Kedua tangan Ayu memeluk leher pak tanba keras.
“Crooot..croot..croot” Ayu lemas tak bertenaga.
Di sisi lain, Pak Tanba pun merasakan remasan dinding vagina Ayu semakin kuat menjepit batang penis dan kepala besarnya. Pak Tanba merasakan kepala penisnya gatal. Urat-urat penisnya membesar dan berkedut. Mata lelaki tua ini terpejam. Otot leher, dahi, serta tubuhnya menegang maksimal. Tubuh tua itu terlihat amat macho dan jantan. Pak Tanba lalu menekan seluruh batang penis hitam besarnya dan air maninya pun muncrat dengan deras. Pria tua Ambon itu menggeram.
“ oooohhhhh..ooooh…crroot..crooot” 
Air mani kental sopir taksi ini membasahi seluruh ruang vagina dan rahim Ayu. Saking banyaknya terlihat campuran antara mani kental dan cairan vagina Ayu, menetes dari vagina wanita itu. Kedua insan berlainan jenis itu lalu terkulai lemas. Tubuh hitam berkilat keringat Pak Tanba menindih tubuh mungil Ayu. Penis Pak Tanba masih tertanam di vagina Ayu. Saat lelaki ini menarik keluar penisnya, tampak lelehan air mani mengalir deras dari vagina Ayu yang kini sudah menganga. Batang hitam besar Pak Tanba terlihat mengkilat oleh mani dan cairan vagina Ayu. 
“Plop..” begitu bunyi yang keluar saat pak tanba mencabut penisnya. 
Kini Pak Tanba berbaring di samping Ayu. Nafas keduanya tersengal sehabis persenggamaan luar biasa itu. Angin kipas angin sedikit mengurangi udara panas di kamar itu. Ayu yang baru sadar dari kenikmatannya menoleh ke Pak Tanba. Lelaki tua itu kemudian mengecup bibir Ayu. Adegan persenggamaan itu disaksikan oleh Bu Wati yang mengintip dari lubang di kamar. Meski tidak merasakan gairah lagi, Bu Wati merasa amat puas dan bahagia. Ia teringat puluhan tahun silam, saat dirnya masih segar dan berada di posisi Ayu. Bu Wati bisa mengerti kepuasan yang dirasakan Ayu saat bersenggama dengan suaminya. Ia pernah merasakan kejantanan penis Pak Tanba mengobrak-abrik vaginanya. Empat anak yang sudah dewasa adalah buktinya. Saat persenggamaan itu selesai, Bu Wati menuju ruang kamar anak bungsunya. Ia menangis bahagia. Sementara di dalam kamar, Pak Tanba telah bangkit. Ia meraih sarungnya, mengenakan dan keluar kamar untuk mengambil air minum. Jalannya pincang, namun ia tetap jantan. Pak Tanba kembali ke kamarnya, menutup pintu kamar dan menghampiri pengantin mudanya. Ia dengan sayang memberikan minum kepada Ayu. Ayu pun meminumnya untuk memulihkan tenaga dan rasa hausnya. Keduanya lalu tertidur. Tubuh telanjang Ayu dipeluk oleh lengan kekar hitam Pak Tanba. Keduanya tidur pula seusai menuntaskan nafsu birahi yang terpendam. Kini hubungan mereka telah direstui oleh istri Pak Tanba.

##############################
“Bangun sayang” suara berat dan jantan itu membangunkan Ayu Dyah dari tidur lelapnya. 
Dirasakan Ayu sebuah ciuman hangat menghampiri pipi dan bibirnya. Ayu pun membuka mata. Kini di hadapannya terlihat wajah hitam tua milik Pak Tanba, kekasihnya. Tampak beberapa garis keriput hadir di garis mata yang berkantung. Ayu bisa mencium aroma jantan sehabis mandi yang terpancar dari pria tua berkepala botak ini. Ayu sadar ia tertidur di kamar di rumah Pak Tanba. Kamar yang biasa ditempati sang kekasih tua itu dengan istri sahnya. Ayu mengulet manja. Ia tidur di balik selimut, tanpa mengenakan apapun. Ia tidur di ranjang tua milik Pak Tanba dan istrinya. Tercium aroma air mani dan air orgasme Ayu hasil persetubuhannya dengan Pak Tanba semalam. Pak Tanba melihat kekasih mudanya itu dengan bahagia. Lelaki tua itu duduk di pinggir ranjang. Lelaki Ambon ini mengenakan kaos dan celana panjang. Tampak membayang penis besar hitam milik lelaki 48 tahun ini di balik celananya. 
“Jam berapa sekarang pak?” ujar Ayu masih di balik selimut. Jendela masih tertutup, namun sinar matahari masuk melalui celah-celahnya. 
“Jam 7 pagi Ayu, “ jawab Pak Tanba sambil tersenyum, membelai wajah kekasih mudanya itu.
“Loh bapak nggak narik taksi?” tanya Ayu heran.
“Bapak narik malam nanti. Ayu juga nggak kuliah?” tanya balik Pak Tanba.
Ayu sebenarnya ada jadwal kuliah hari ini. Namun, badannya masih terasa lemas akibat persetubuhannya dengan Pak Tanba. Ia bermaksud ingin mengirim email ke dosen dan temannya, meminta izin untuk tidak masuk.
“Malas pak. “ Ujar Ayu singkat.
“Loh nggak boleh malas. Banyak yang pengen kuliah. Anak bapak juga pengen, tapi ngga ada biaya, “ Pak Tanba menasihati.
“Habis. Ayu masih lemas gara-gara bapak semalam. Ayo tanggung jawab,” jawab Ayu manja.
Pak Tanba terkekeh. Dengan gemas diciumnya kekasih mudanya itu. Kini tak ada lagi yang menghalangi mereka. Hubungan mereka sudah direstui oleh istri Pak Tanba semalam.
“ Ayo mandi dulu, “ ujar Pak Tanba.
Ayu pun bangkit dengan malas. Tubuh telanjang indahnya kini berada di depan Pak Tanba. Lelaki tua itu masih berdecak kagum. Tubuh Ayu yang putih mulus ini amat ramping. Pinggangnya membentuk biola, pantatnya mungil kencang, padat dan putih. Kaki dan pahanya jenjang. Dan vagina Ayu pun masih sempit tak berbulu, meski telah berkali-kali dihentak oleh penis hitam besar lelaki Ambon ini. Pak Tanba pun segera terangsang. Lelaki hitam gempal ini memeluk tubuh Ayu. Mencium bahunya dari belakang.
“Tubuh Ayu memang seksi. Bapak beruntung, “ rayu Pak Tanba.
“sudah. Tadi bapak nyuruh Ayu mandi, “ Ayu merajuk.
Pak Tanba terkekeh. Ayu lalu mengenakan kaos dan celana pendek milik anak bungsu Pak Tanba yang sedang menginap di tempat anak tertua lelaki itu. Ayu masih merasa vaginanya lengket oleh air mani kental pejantan tuanya semalam. Ayu pun menuju kamar mandi sederhana milik keluarga Pak Tanba. Tidak ada shower, apalagi air hangat. Kamar mandi itu sederhana dan hanya pakai gayung. Toiletnya pun toilet jongkok. Ayu mandi dan merasakan air dingin membasuhi sekujur tubuhnya. Tak lupa ia bersyampo, mandi junub. Alat mandinya yang mahal, menyebarkan bau harum. 

Cincin Perawan yang dikenakan Ayu, membantu gadis muda itu kembali segar. Vaginanya terasa menutup kembali, sehingga tidak terlihat jejak perbuatan penis perkasa Pak Tanba semalam. Usai mandi, Ayu pun keluar. Di ruang makan telah menunggu Pak Tanba. Mereka pun makan sarapan hasil masakan Bu Wati, istri Pak Tanba. Nasi uduk itu amat lezat. Saat makan dan ngobrol dengan Pak Tanba, Bu Wati masuk ruang makan. Wanita tua gendut istri Pak Tanba itu, sudah rapi seakan ingin pergi.
“Ayo dimakan Nak Ayu. Pasti capek abis semalam, “ sindir Bu Wati.
Pak Tanba dan Ayu yang mendengarnya tersipu. Ayu merasa malu, ia menikmati perlakuan hangat dari seorang istri, setelah ia bersetubuh dengan suaminya. Di kamar mereka pula.
“Masakan ibu enak, “ puji Ayu tulis.
Bu Ayu tersenyum. Ia mengelus rambut gadis muda itu. 
“Ah masakan sederhana. Ayo dihabisi makannya. Nanti Ibu pinjam Bapak sebentar. Ibu mau ke rumah tetangga. Bantu hajatan, “ ujar Bu wati.
Mereka pun lalu menyegerakan makan. Tidak lama, Pak Tanba membantu bersiap-siap istrinya yang akan pergi. Pak Tanba memanaskan mobilnya. Dalam hati Ayu iri melihat kekompakan pasangan suami istri yang sudah membina rumah tangga selama 28 tahun itu. Tidak tampak Bu Wati bersedih hati, karena suaminya sekarang berhubungan dengan wanita lain, di depan matanya. Ayu melihat pengorbanan wanita Jawa sejati dari diri Bu Wati. Pak Tanba masuk sebentar.
“Ayu, bapak ngantar Ibu dulu ya, “ ujar Pak Tanba.
“Iya pak,” jawab Ayu. Pak Tanba menyempatkan diri mencium bibir kekasih mudanya itu. Melihat hal itu, Bu Wati terbersit rasa cemburu.
Pak Tanba dan Bu Wati pun pergi. Ayu menutup pintu rumah sederhana itu. Gadis muda itu kini sendiri.
Tidak ingin membuang waktu, ia mengirim pesan singkat dan email kepada rekan kuliahnya, menjelaskan bahwa ia tidak bisa masuk karena sakit. Lewat handphone-nya, Ayu pun mengecek beberapa e-mail yang sempat masuk. Rumah Pak Tanba memiliki halaman kecil di depannya, yang berdiri pohon jambu air. Rumah itu terletak di perkampungan padat penduduk. Dari dalam rumah, Ayu mendengar suara langkah kaki orang, anak kecil yang berlari-lari dan suara penjaja keliling. Suasana perkampungan ini amat beda dari rumahnya yang mewah di kompleks elit. Di bagian depan rumah Pak Tanba ada warung kelontong kecil milik Bu Wati. Warung itu tutup, karena penghuninya pergi. 
Ayu sebenarnya ingin duduk di luar rumah. Namun, ia tidak mau kehadiran gadis muda sepertinya mengundang pertanyaan tetangga. Siapa dia? Keponakan Pak Tanba atau Bu Wati? Para tetangga tentu tidak percaya, karena tampang Indo-nya amat berbeda dari kedua suami istri itu. Mengisi kebosanan, Ayu memainkan games di hapenya. 

Satu setengah jam kemudian, tepat pukul 09 pagi, ia mendengar deru mobil. Ia mengenali deru mobil itu, taksi pejantan tuanya, Pak Tanba. Meski telah lima kali berhubungan intim dengan lelaki tua itu, Ayu selalu bergetar saat membayangkannya. Bagaimana tubuh hitam besar tambunnya, senyuman dan suaranya, tangan kekarnya, hingga ke penis hitam panjang berurat Pak Tanba yang merenggut keperawanannya. Ayu bergidik. Gadis muda ini mulai terangsang. Pintu terbuka dan Pak Tanba pun masuk. Lelaki tua perkasa ini tersenyum melihat kekasih mudanya sedang menunggunya. 
“Lagi ngapain Ayu?” tanya Pak Tanba sembari menghampiri gadis muda yang duduk di karpet usang di ruang tamu.
“Lagi nungguin bapak,” jawab Ayu ringan. 
Pak Tanba lalu duduk di dekat Ayu. Tangan kekar hitamnya memeluk tubuh Ayu dari belakang. Diciuminya leher belakang gadis muda itu, juga pundaknya. Ayu merasa terangsang. 
“Bapak lama banget perginya, “ tangan Ayu membalas dekapan tangan kekar hitam lelaki tua itu.
“Tadi nemenin Ibu ke pasar bentar. Ayu nggak marah kan? “ canda lelaki Ambon itu, sembari menciumi leher Ayu dari belakang.
Bibir hitam tebal itu terus menciumi leher jenjang putih Ayu. Menjilatinya, memberikan kecupan ringan. Nafsu Ayu pun segera naik. Pak Tanba terus menjilati leher Ayu. Kedua tangan kekar hitamnya yang semula memeluk Ayu, kini telah meraba dan meremas dua buah dada Ayu dari balik kaosnya.
“aaaachhh’ Ayu mulai mendesah.
Remasan tangan Pak Tanba di payudara, serta jilatan di leher Ayu, membuat gadis muda ini terbuai. Tubuhnya lemas, ia lalu berada di dekapan tubuh hitam pejantan tuanya itu. Ayu kemudian mendongakkan kepala menoleh ke arah Pak tanba yang memeluknya dari belakang. Bibir merah Ayu yang sedikit terbuka, menjadi sasaran mulut Pak Tanba. Lelaki tua jantan ini segera mengecup dan mencipoknya.
“mmmffft” desahan Ayu tertahan oleh ciuman Pak Tanba. 
Lidah mereka segera bertaut. Tangan Ayu meremas kepala botak lelaki tua itu. Bunyi cucupan dan cipokan lidah keduanya terdengar di ruang tamu kecil itu. Kedua tangan kekar hitam Pak Tanba masih aktif meremas payudara Ayu dengan lembut. Sesekali jari tangan kasar sopir taksi itu, memainkan puting Ayu dari balik kaosnya.
“Ahhhhh” ayu semakin terlena dengan permainan Pak Tanba.
Semenjak bertemu dengan Ayu, pengalaman seks Pak Tanba semakin mahir. Lelaki ini dulu hanya melakukan gaya misionaris saat menggauli istri tuanya. Kini Pak Tanba menjadi pejantan tangguh. Tidak hanya penis besar hitamnya amat perkasa, permainan foreplay pria tua ini juga meningkat. Sambil berciuman, tangan Ayu kini turun ke selangkangan lelaki tua itu. Dirasakannya batang perkasa itu telah membesar, seiring cumbuan mereka. Meski sudah lima kali merasakannya, Ayu tetap takjub akan penis besar berurat milik pria Ambon ini. Mulut dan lidah Pak Tanba pun sekarang beralih ke telinga Ayu. Telinga yang menjadi salah satu daerah sensitif gadis itu dijilati dan diciuminya. Ayu pun mendesah.
“Aaah gelii paak” 
Vagina Ayu kini mulai basah dan gatal akibat permainan lembut Pak Tanba. Di tengah aktifitasnya menjilati dan menciumi telinga Ayu dari belakang, lelaki hitam besar ini membisikan sesuatu ke telinga Ayu.
“Tadi bapak beli sesuatu untuk Ayu, “ bisik Pak Tanba.

Ayu tersenyum. Ia berbalik menghadap Pak Tanba.
Dengan mata sayu menahan birahi, gadis muda ini bertanya,” Apa itu pak?”
Pak tanba tersenyum. Ia menciumi bibir mungil Ayu. Tangan mesumnya tetap mempermainkan puting Ayu yang makin mengeras.
“Kalo mau tahu, buka celana bapak” jawab Pak tanba mesum.
Ayu meringis.
“Loh katanya tadi beli sesuatu? Apa hubungannya dengan celana bapak?” ujar Ayu sembari merajuk.
Pak Tanba tertawa kecil. 
Dengan gemas ia memencet putting Ayu, sehingga yang punya meringis.
“ Tadi Bapak beli jamu kuat, dengan telur dan madu. Bapak minum dan hasilnya ada di balik celana bapak, “ jawab Pak Tanba nakal.
“Ih bapak nakal,” rajuk Ayu, lalu mencium mulut Pak Tanba. 
Lidah keduanya kembali bertautan. Meski Ayu merasa bau rokok di mulut lelaki tua itu, tapi Ayu menyukainya. Terasa jantan.
“Mau liat nggak?” tanya Pak tanba menggoda.
Pak Tanba lalu berusaha melepaskan celananya, sambil tetap duduk. Celana panjang itu segara turun hingga ke dengkul. Ayu membantu Pak Tanba melepaskannya, lalu membuang celana itu ke atas sofa di atas mereka. Kini Pak Tanba hanya mengenakan celana dalam murahan berwarna biru tua. Dari baliknya terlihat penis lelaki Ambon ini yang sudah menegang. Pak Tanba lalu membiarkan Ayu melepas celana dalamnya. Dan segara tampak batang penis hitam besar yang setengah tertidur. Ukurannya luar biasa, 19 cm. Penis itu dihiasi oleh bulu jembut lebat berwarna hitam. Kepalanya yang bulat besar bak jamur raksasa, tampak begitu indah. Terlihat pula buah pelir Pak Tanba yang masih kencang, diapit kedua paha gempal berwarna hitam dan berbulu. Dengan penuh nafsu Ayu memegang batang penis Pak Tanba dengan tangan kananya yang mungil. Diamatinya batang hitam setengah tertidur itu. Saat itu ukurannya sudah besar dan gemuk, apalai kalo sudah ereksi maksimal. Ayu lalu membungkuk mendekatkan wajahnya ke penis Pak Tanba. Diciuminya dan dihirupnya aroma kejantanan pria tua ini. Ayu kemudian mengarahkan kepala penis tumpul seperti topi baja itu kebibirnya. Lalu dimasukkannya ke dalam mulutnya. 
“oooooh.” Pak Tanba mendesah nikmat, matanya terpejam saat mulut dan lidah Ayu menyapu kepala penisnya.
Ayu segera menjilati dan mengulum batang penis itu dengan pelan. Segera saja ukurannya membengkak dan membesar. Batang penis Pak Tanba segera mengacung tegang, bak kena strum. Ayu secara aktif dan lembut menjilati batangnya. Tak lupa lidah Ayu yang basah dan hangat, menjilati lubang kencing Pak Tanba. Pak Tanba terpejam. Mulutnya mengeluarkan desahan. Kedua tanganya secara aktir membimbing kepala Ayu agar bisa mengulum penisnya dengan sempurna. Sesekali mata Ayu melihat ekspresi kenikmatan lelaki tua itu. Terlihat seksi dan jantan di mata Ayu. Hari masih pagi, namun tubuh hitam besar Pak Tanba sudah mengeluarkan peluh yang membasahi kaosnya. Tak nyaman, lelaki Ambon ini melucuti kaosnya, hingga kini ia bugil. Tampak pemandangan erotis, ketika seorang gadis cantik berkulit putih, menghisap kemaluan lelaki tua bertubuh hitam besar tambun itu. Jilatan Ayu membuat penis Pak Tanba ereksi maksimal. Kini terlihat batang penis hitam besar itu mengacung dengan gagahnya, terlihat mengkilat karena air liur Ayu. Ayu terus mengulum penis hitam besar itu bak menjilati permen lollipop. Nafsu Pak Tanba sudah di ubun-ubun. Ia mendesah.

Saat itu tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari luar. Rupanya itu tetangga Pak Tanba yang ingin membeli sesuatu dari warungnya. Tetangga itu melihat dari luar rumah Pak tanba sepi, namun taksi pria Ambon ini terparkir di depan. Tanda ada tamu. Padahal di dalam, sang empunya sedang memacu birahi dioral oleh gadis simpanannya. 
“Bu Watii… Pak Tanba..mau beli nih” teriak tetangga itu.
Pak Tanba yang sedang tanggung merasa kesal. Nafsu yang sudah diubun-ubun membuat kepalanya mau pecah. Tapi ia coba menjawab.
“Warungnya tutup.” Teriak Pak Tanba sambil menahan nafsu. Ayu tersenyum geli melihat pejantan tuanya yang sedang bugil dan memicu nafsu itu.
Tapi tetangga Pak tanba tak menyerah.
“Ayo dong pak.. butuh banget nih” teriaknya. Terdengar suara pria remaja.
Pak Tanba yang kesal pun lalu berdengus.
“Uh nggak tau lagi butuh dan tanggung nih, “ jelasnya kesal.
Ayu terkikik tertahan. Mata Pak Tanba yang sudah merah menahan nafsu sekilas menatap Ayu. Kedua jarinya membentuk isyarat untuk tidak bersuara.
“Sebentar ya sayang,. Ada gangguan” ujar Pak Tanba kesal.
Ayu mengerti. Ia lalu melepaskan pegangnya dari penis Pak Tanba. Pak Tanba terlihat gugup mencari celana dan kaosnya yang sudah terlepas. Ayu yang mengerti lalu menghambur ke dalam mencari sarung. Ia memberika sarung itu ke Pak Tanba. Pak Tanba nyengir memamerkan gigi putihnya. Ia lalu mengenakan sarung dan kaosnya. Ayu pun menghambur ke dalam kamar, agar tidak terlihat. Dengan kesal Pak Tanba membuka pintu rumah. Terlihat seorang bujang remaja berdiri di hadapannya.
“Mau beli apa?” tanya Pak Tanba dengan suara beratnya. 
“Rokok pak. Dua bungkus untuk ayah, “ jelas sang remaja.
Pak Tanba lalu masuk ke dalam warung, mengambil dua bungkus rokok, lalu memberikannya ke remaja pria itu. 
“ini” dengusnya
Pria remaja itu memberikan uang tiga puluh ribu rupiah. Sekilas dilihatnya muka hitam lelaki botak itu yang terlihat kusut. Keringat membasahi muka dan tubuhnya. Sang remaja pria tanpa sengaja melihat batang penis Pak Tanba yang mengaceng dari balik sarungnya. Sang pria tersenyum geli.
“Apa? Sudah dapet kan?’ Tanya pak Tanba ketus.
Anak pria itu berlari menghambur tanpa menoleh lagi. Pak Tanba pun kembali menutup pintu. Ia menguncinya dari dalam. Lelaki Ambon botak ini pun mengecek semua jendela dan lubang, memastikan tidak ada celah bagi untuk mengintip ke dalam. Lelaki tua ini lalu menuju ruang makan, membuka kulkas dan mengambil sebotol air minum. Ia meneguknya untuk menghilangkan kekesalan, haus dan nafsu birahinya yang tertunda. 

Efek minum jamu kuat memang amat dahsyat. Pak Tanba butuh pelampiasan dan menumpahkan maninya ke dalam vagina Ayu. Pak Tanba lalu menuju kamar istrinya. Di sana terlihat Ayu yang tersenyum geli melihat kejadian tadi.
“hihi.. baru kali in Ayu liat bapak kesal. Serem juga. Baru keliatan orang Ambonnya, “ ejek Ayu.
Pak Tanba tersenyum. Lalu menghampiri Ayu. Mulutnya kemudian menyumpal mulut gadis muda itu dan menghujaminya dengan ciuman dan jilatan.
“Mau lihat bapak marah lagi? Tapi kali ini akan muasin Ayu, “ 
Pak Tanba lalu menciumi Ayu. Ayu pun membalas ciuman pejantan tuanya ini dengan jilatan dan sedotan. Jujur saja, Ayu pun tadi merasa nafsunya terputus.
“Ayu, kita main di kamar anak bapak aja ya. Di sana nggak pake ranjang. Cuma kasur. Lagian di sana nggak dekat jalan, jadi suara kita nggak kedengaran, “ rayu Pak Tanba dengan suara yang menahan nafsu.
Ayu mengangguk. Lelaki tinggi besar hitam ini kemudian membopong tubuh Ayu dengan tangan besar kekarnya. Dengan langkah pincang, Pak Tanba membawa tubuh Ayu ke kamar seberang, tempat anak bungsunya. Kamar ini sedikit lebih luas dari kamar Pak Tanba. Dengan sentuhan khas anak perempuan. Ada poster beberapa penyanyi terkenal di dindingnya. Pak Tanba menutup jendela kamar dan mengunci pintu. Ayu pun dengan sigap membuka celana pendek dan kaosnya hingga bugil. Kamar itu gelap, hanya diterangi cahaya matahari yang masuk dari celah-selahnya. Pak Tanba menyalakan kipas angin. Ia segera melepas kaos dan sarungnya. Kini tampak tubuh besar hitam tambun dengan perut gendut dan peler yang mengacung maksimal. Lelaki botak ini segera menghambur ke arah Ayu yang sudah berada di kasur kamar itu. Suasana di luar rumah sunyi. Sekilas rumah itu tidak berpenghuni. Seluruh jendela dan pintu tertutup rapat. Namun, mobil taksi Pak tanba terpakrkir d luar. Orang ramai lalu lalang di dekat rumah Pak Tanba. Cuaca cukup terik dan hangat. Namun, tidak sepanas keadaan di kamar tidur anak Pak Tanba.Terlihat dua sosok tanpa busana sedang saling tindih. Yang berada di bawah adalah gadis muda cantik berkulit putih dan berbadan ramping, sementara di atasnya adalah pria paruh baya bertubuh hitam besar berkepala botak. Kedua tubuh itu sudah dibasahi keringat nafsu yang mebuat tubuh sang pejantan mengkilat. Sang pria besar hitam botak itu tanpa bergerak maju mundur di atas sang gadis. Kaki sang gadis mengangkang, dan mengapit pantat besar hitam sang pejantan. Mata gadis itu terpejam, semantara kedua tangannya berada di bahu sang pria. Tentu saja mereka adalah Pak Tanba dan Ayu yang sedang bersenggama. Tampak penis besar hitam perkasa Pak Tanba, sedang memompa vagina sang gadis.

Sudah dua puluh menit persenggamaan itu berlangsung. Ayu pun sudah orgasme. Namun, Pak Tanba masih perkasa membobol vagina Ayu. Terdengar suara cipokan akibat pertemuan antara batang penis Pak Tanba dengan vagina Ayu yang sudah sangat becek. Juga desahan mereka terdengar keras memacu birahi. Ayu yang terpejam amat menikmati persetubuhan kali ini. Dan sebenar lagi orgasme kedua pun menghampiri sang gadis.
“ aaaaaaahhhhhhh” Ayu menjerit.
Muncratan cairan orgasme keluar dari vaginanya menjepit dan meremas penis Pak Tanba. Namun Pak Tanba masih belum mencapai puncak. Ia menghentikan sebentar genjotannya menikmati remasan vagina Ayu yang orgasme. Efek jamu kuat itu sungguh luar biasa. Pria paruh baya yang dalam keadaan normal sudah perkasa itu, makin seperti kuda liar. Penis besar hitamnya masih perkasa. Pak Tanba lalu membisiki Ayu untuk berganti posisi. Ayu yang sudah lemas, hanya mengangguk. Dalam hati ia ssudah sangat lemas, vaginanya sudah pegal. Namun, ia bangga melihat stamina luar biasa pak Tanba. Pak tanba lalu mencabut penis hitam besarnya. Batang penis berurat dengan kepala bulat besar bak helm tentara itu, terlihat mengkilat akibat cairan orgasme Ayu. Pak Tanba lalu duduk dan meminta Ayu mendudukinya. Posisi woman on top. Ayu yang sudah lemas, dibimbing Pak Tanba. Ayu menduduki paha gempal Pak Tanba, lubang vaginanya dikuakkan, lalu dimasukkannya penis besar hitam Pak Tanba yang berdiri tegak. Perlahan-lahan batang penis besar itu amblas ditelan vagina Ayu yang sudah melebar. 
“aaaaagghhh” desah Pak Tanba.
Ayu melingkarkan tangannya ke leher dan bahu kokoh lelaki hitam besar ini. Sementara kedua tangan Pak Tanba melingkar di pinggang ramping Ayu. Ayu yang lemas hanya menerima sodokan penis Pak Tanba dari bawah. Pak Tanba menggenjot keras, menimbulkan bunyi ciplokan akibat pertemuan antara kedua kelamin, serta paha gempal Pak tanba dan pantat Ayu.
“ ooh..ophhh”
Terdengar desisan bak orang kepedasan dari mulut Pak Tanba. Mulut lelaki jantan ini tak diam. Ia lalu mencium dan mengkulum bibir Ayu. Ayu yang lemas membalasnya dengan cipokan dan jilatan mesra. Dua lidah mereka bertemu, air liur mereka menetes. Sesekali muulut Pak Tanba menghisap dan menyusu payudara Ayu secara baergantian. Perbuatan Pak Tanba ini membuat nafsu Ayu kembali bangkit. Lidah kasar Pak Tanba juga menjilati kedua putting ranum Ayu yang sudah keras bergantian.
Ayu pun tak ketinggalan memberikan rangsangan kepada pejantan Ambonnya ini. Lidahnya menjilati telinga dan leher hitam Pak Tanba yang basah oleh peluh. Terasa asin keringatnya.

“ahhh…aaahhh” 
Tak lama Ayu pun merasa akan mencapai orgasme ketiga. Tubuhnya mulai menegang. Pandangan gadis ini mulai kabur. Vaginanya mengendut keras. Diringi suara keras, Ayu pun menjerit. Ini adalah tenaga terakhirnya.
“aaaaahhh…mmmffft” Desahan Ayu tertahan oleh ciuman Pak Tanba.
Ayu mengejan. Vaginanya meremas keras penis besar hitam Pak Tanba. Lalu keluarlah orgasme dahsyat gadis muda ini.
“Crott..crott” 
Di sisi lain, Pak Tanba pun mulai mencapai puncak kenikmatannya. Genjotannya semakin kasar, cepat tak beraturan. Tubuhnya menegang. Seluruh otot tubuh nya mengencang. Otot di leher dan dahi Pak Tanba keluar. Batang penisnya semakin membengkak dan diringi geraman keras, lelaki hitam besar ini menyodok penisnya sedalam-dalamnya ke lubang vagina Ayu di atasnya.
”argggghhh,,, arfggghh ooooh” 
“Croott.crott.crrooot” berkali kali Pak Tanba menembakkan air mani kentalnya secara banyak ke rahim Ayu. 
Tampak cairan pembuat bayi itu mengalir dari lubang vagina Ayu, bercampur dengan air orgasme Ayu. Menetes ke pangkal penis dan paha Pak Tanba.Kedua insan ini mengatur nafas yang tersengal-sengal. 
Ayu yang masih berada di pangkuan Pak Tanba terduduk lemah lunglai. Tenaganya kali ini benar-benar terkuras oleh stamina ampuh Pak Tanba yang meminum jamu kuat. Penis besar hitam Pak Tanba masih tertanam di vagina Ayu. Lelaki tua botak ini lalu membaringkan Ayu di kasur anaknya. Barulah pria ini mencabut penisnya keluar. Batang hitam besarnya terlihat mengkilat akibat campuran mani dan air vagina Ayu. Gadis cantik ini amat lemas,namun puas. Ia segera merebahkan diri. Sementara Pak Tanba terbaring di sampingnya. Tubuh hitam besar gendutnya tertidur dan tergeletak di samping Ayu. Lelaki ini puas setelah membasahi rahim Ayu dengan bibitnya. Ia bertekad menghamili gadis ini. Namun Pak Tanba tak tahu rahasia cincin perawan Ayu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10:30 siang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar